Masalah Iptek Indonesia Masih Banyak, Indeks Inovasi Rendah Hingga Inefisiensi Dana

Bambang memaparkan empat isu straregis itu saat Rakornas Kemenristek/BRIN di Graha Widya Bhakti, kawasan Puspiptek, Setu, Tangerang Selatan, Kamis (30

Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, di Graha Widya Bhakti, kawasan Puspiptek, Setu, Tangerang Selatan, Kamis (30/1/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, memaparkan isu strategis dan permasalahan dunia iptek di depan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bambang memaparkan empat isu straregis itu saat Rakornas Kemenristek/BRIN di Graha Widya Bhakti, kawasan Puspiptek, Setu, Tangerang Selatan, Kamis (30/1/2020).

Bambang mengatakan, pihaknya tengah mencermati hasil dari iptek agar dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

"Pertama, pemanfaatan iptek sebagai pertumbuhan ekonomi, pemerintah telah membuat target pertumbuhan ekonomi pada range 5,4 sampai 6% per tahun. Kita harus memastikan bahwa hasil riset dan pengembangan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," ujar Bambang.

Bambang juga mengatakan dana iptek masih belum tepat guna dan tepat sasaran.

Persebaran sebagian besar dana dari pemerintah ke sejumlah penelitian dan pengembangan (litbang) membuatnya tidak efektif.

"Pendanaan litbang nasional kita masih sekitar 0,25% dari pdb. 84% di antaranya berasal dari anggaran pemerintah dan hanya 8% dari industri. Namun anggaran pemerintah ini tersebar pada berbagai unit litbang, kementerian dan lembaga. Sehingga memungkinkan terjadinya inefisiensi," ujarnya.

Indeks inovasi Indonesia menurut perhitungan global masih rendah. Indonesia hanya berada di peringkat 85 dari 129 negara.

"Ke tiga, kapasitas adopsi iptek dan penciptaan inovasi Indonesia masih rendah. Indonesia berada di peringkat 85 dari 129 negara dengan skor global innovation index 29,72 dari skala 0 sampai 100 tahun 2019," ujarnya.

Indeks tersebut berkaca pada rendahnya publikasi sains dan teknik di tingkat global hingga rendahnya jumlah paten.

"Selain itu, jumlah SDM di bidang iptek hanya sekitar 14,08% di antarabya yang berkualifikasi doktor atau S3," ujarnya.

Indonesia belum memiliki iklim yang kondusif untuk litbang. Bambang mengatakan, lembaga penelitian di Indonesia belum mampu mengimbangi kerja sama pemerintah dan industri serta dunia litbang.

"Ke empat, ekosistem inovasi belum sepenuhnya tercipta, proses hilirisasi dan komersialisasi hasil litbang masih terhambat. Kolaborasi triple helix antara pemerintah, dunia penelitian dan dunia usaha belum didukung oleh kapasitas lembaga litbang dan perguruan tinggi yang memadai sebagai sumber inovasi teknologi," ujarnya.

Bambang pun sudah merancang upaya untuk mengembangkan dunia iptek ke depannya, dengan memperhatikan sektor sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, penyederhanaan regulasi dan birokrasi serta transformasi ekonomi.

"Dalam konteks transformasi ekonomi, Kemenristek BRIN akan fokus Litbangkirab dan hilirisasi," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved