Koma 5 Hari, Bocah 4 Tahun Digigit Ular Weling Saat Tidur Meninggal Dunia, Begini Bahayanya

Adila menjalani perawatan medis selama lima hari sejak Jumat malam (7/2/2020) hingga Rabu di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
MUHAMAD SYAHRI ROMDHON
Keluarga, perangkat dan warga Desa Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Jawa Barat mengantarkan jenazah Adila Oktavia, balita 4 tahun yang meninggal dunia setelah digigit ular weling, Kamis (13/2/2020). Adila digigit ular pada JUmat malam (7/2/2020), dan dinyatakan meninggal pada Rabu (12/2/2020), setelah menjalani penanganan medis lima hari di RSD Gunung Jati Kota Cirebon. 

TRIBUNJAKARTA.COM, CIREBON - Adila Oktavia, balita berusia empat tahun yang digigit ular jenis weling di Desa Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon Jawa Barat, dinyatakan meninggal dunia pada Rabu (12/2/2020) malam sekitar pukul 20.30 WIB.

Adila menjalani perawatan medis selama lima hari sejak Jumat malam (7/2/2020) hingga Rabu di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati Kota Cirebon.

Dilansir dari Kompas.com, kepergian Adila Oktavia menyisakan duka mendalam bagi banyak orang, terutama kedua orang tuanya, Rusmiati (24) dan Mukmim (27).

Sejumlah warga Desa Pamengkang beramai-ramai mengantar jenazahnya ke tempat peristirahatan terakhir.

Di pemakaman, Mukmin dan Rusmiati berusaha tabah dan tegar atas kepergian putri pertamanya.

Sanak keluarga yang hadir juga tak dapat menahan kesedihan atas kepergian Adila yang meninggal karena digigit ular.

“Kabarnya, tadi malam, sekitar pukul 20.30 WIB,” kata Kosasih Kepala Desa Pamengkang yang ditemui Kompas.com di lokasi pemakaman, Kamis (13/2/2020).

Kosasih menceritakan, Adila Oktavia, bocah yang masih berusia empat tahun ini meninggal dunia setelah didigit ular jenis weling pada Jumat malam saat sedang tidur di rumahnya.

Dia langsung merintih kesakitan dan mengeluarkan muntah-muntan berulang kali.

Kedua orang tua Adila panik dan langsung membawanya ke Rumah Sakit Daerah Gunung Jati pada Sabtu dini hari. 

Kondisi kesehatan Adila dinyatakan sudah kritis.

Sabtu pukul 06.00 WIB, tim RSD Gunung Jati menyatakan kondisi Adila koma.

Setiap hari kondisi Adila menurun, dan pada Rabu malam tadi, sekitar pukul 20.30 wib, Adila dinyatakan meninggal dunia.

Darurat serum anti-bisa ular weling

Sebagai pimpinan di salah satu desa di Kecamatan Mundu, Kosasih memohon agar pemerintah Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, hingga pemerintah pusat agar dapat membuat serum anti bisa ular weling yang sangat mematikan.

“Mohon kepada pemerintah Kabupaten Cirebon untuk menindaklanjuti dan mohon bantuannya apabila ada kejadian seperti ini lagi agar cepat untuk mengatasi ular jenis macam ini," kata kosasih.

"Karena sampai saat ini belum ada obatnya di Cirebon khususnya, umumnya di Indonesia. Mohon pemerintah,” kata kosasih mengulang-ulang permohonannya.

Dia mengaku turut berduka dan sedih.

Dia khawatir ada warga Desa Pamengkang dan lainnya yang mengalami hal serupa dan tidak bisa tertangani karena tidak adanya anti bisa.

Atas dasar itu, dia mengimbau agar masyarakat melakukan kerja bakti secapatnya untuk membongkar sarang ular berbahaya di lingkungan rumah masing-masing warga.

Sempat koma 5 hari

Wakil Direktur Pelayanan Medik Dan Perawatan RSD Gunung Jati Kota Cirebon Siti Maria menjelaskan, Adila di rawat ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSD Gunung Jati.

Tim medis langsung melakukan berbagai upaya pertolongan untuk menyembuhkan Adila.

Adila menjalani perawatan medis selama lima hari sejak Sabtu (8/2/2020) hingga Rabu (12/2/2020).

"Selama lima hari kondisinya Adila (koma),” kata Maria kepada Kompas.com di RSD Gunung Jati.

Maria menjelaskan, bisa ular jenis weling ini sudah masuk dan menjalar ke bagian saraf dan sel darah.

"Sebagian sel darah sudah pecah, dan trombositnya terus menurun," ujarnya.

Selama penanganan, kata dia, tim medis sudah memasukan sebanyak sepuluh VIAL Serum Anti Bisa Ular (SABU) ke tubuh Adila.

Namun, upaya itu belum membuahkan hasil karena ketidakcocokan anti serum dan juga racun yang sudah menyebar ke sebagian besar tubuh Adila.

Proses penanganan Adila, kata Maria, juga dibantu dokter spesialis emergency dari WHO Dokter Tri Maharani.

Mengenal ular weling

Pakar Herpetofauna dari Universitas Brawijaya (UB), Nia Kurniawan saat menjelaskan tentang karakteristik ular weling di salah satu laboratorium di Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Jumat (24/1/2020).
Pakar Herpetofauna dari Universitas Brawijaya (UB), Nia Kurniawan saat menjelaskan tentang karakteristik ular weling di salah satu laboratorium di Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Jumat (24/1/2020). (KOMPAS.COM/ANDI HARTIK)

Pakar Herpetofauna dari Universitas Brawijaya (UB), Nia Kurniawan mengatakan, ular weling merupakan salah satu ular mematikan di Indonesia.

Dilansir dari Kompas.com, bisa yang keluar dari taring ular tersebut dapat menyebabkan kematian.

“Racunnya cukup kuat,” kata Wawan, panggilan akrabnya, saat diwawancara di Kampus Universitas Brawijaya (UB) Kota Malang, Jumat (24/1/2020).

Ular dengan nama latin Bungarus candidus menyimpan bisa neurotoksin yang dikeluarkan melalui taring depannya atau protero glipha.

Bisa jenis itu dapat menyerang saraf.

Efeknya berupa paralisis, yakni kelumpuhan seperti capek, lemas dan mengantuk.

“Jenis racunya neurotoksin, menyerang saraf. Karakternya itu matanya jadi sayu, kelihatan ngantuk,” ujar dia.

Sementara itu, ular weling merupakan ular yang senang berada di area genangan air. U

lar itu biasa ditemui di pinggir sungai dan persawahan.

“Karakteristik weling ini biasanya di daerah yang tergenang air. Pinggiran sungai dan rawa-rawa yang ada air,” ujar Wawan.

Ular weling memiliki warga belang hitam dan putih, ada juga hitam dan kuning.

Berbeda dengan ular welang, ular weling warna belangnya hanya di atas hingga samping.

Sedangkan warna bawahnya putih semua.

Ular weling memiliki karakteristik diam dan tenang.

Ular itu tidak akan menggigit atau menyerang jika tidak dalam keadaan terancam.

“Ular ini pasif, dia akan diam saja. Kalau dia merasa terganggu, kaget atau terinjak, otomatis nyerang,” kata dia.

Ular tersebut biasanya memakan ular lain yang ukurannya lebih kecil dan tidak beracun.

Selain itu, juga memakan kadal dan kodok.

“Makannya ular lain yang lebih kecil dan tidak berbisa, kadal dan kodok,” kata dia.

Ular weling memiliki bentuk tubuh yang panjang. Ketika baru menetas, ular tersebut biasanya memiliki panjang 15 hingga 20 sentimeter.

Ular welang

Ular weling mirip dengan ular welang. Bedanya, ular weling berbuntut lancip sedangkan ular welang memiliki buntut yang tumpul.

Warna belang pada ular weling hanya pada bagian atas dan samping.

Sedangkan warna belang pada ular welang meliputi keseluruhan, termasuk warna di bagian bawannya.

Meski begitu, ular weling dan welang sama-sama memiliki racun yang mematikan.

Ular cicak

Terdapat ular lain yang warnanya mirip dengan ular weling dan tidak berbisa.

Yakni ular cicak atau Lycodon subcinctus. Bedanya, sisik ular weling lebih besar dan tulang punggungnya lebih menonjol.

“Ular weling sisik punggung atau vertebral besar dan tulang punggungmya agak menonjol,” kata dia. (KOMPAS.com/Kontributor Malang, Andi Hartik/Kontributor Kompas TV Cirebon, Muhamad Syahri Romdhon)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved