Banjir Jakarta
2 Bulan Kebanjiran, Warga Kampung Arus Bertahan Tanpa Bantuan Makanan Pemprov DKI Jakarta
Selama dua bulan nyaris tanpa henti terdampak banjir luapan Kali Ciliwung, mereka harus kelaparan karena tak dapat bantuan logistik.
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Bagi warga RW 02, Kampung Arus, Kelurahan Cawang, anggaran besar milik Pemprov DKI Jakarta tak ubah hiasan yang terpampang di media massa.
Selama dua bulan nyaris tanpa henti terdampak banjir luapan Kali Ciliwung, mereka harus kelaparan karena tak dapat bantuan logistik.
Alex (38), satu warga RW 02 mengatakan tak sekalipun mencicipi bantuan makanan atau logistik lain dari lain selama 2 bulan terdampak banjir.
"Enggak, enggak pernah ada bantuan logistik, sembako, atau nasi boks. Selama dua bulan ini banjir sama sekali enggak dapat," kata Alex di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (3/2/2020).
Menurutnya hingga kini tercatat sudah enam kali warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung dengan ketinggian sekitar 1 meter.
Paling parah yakni banjir pada tanggal 1 Januari dengan ketinggian 4 meter, dan tanggal 25 Februari dengan ketinggian sekitar 2,5 meter.
"Selama ini kita makan seadanya saja, stok mie instan, susu, popok untuk bayi. Kalau lagi enggak ada makanan ya kelaparan, enggak makan," ujarnya.
Sri Suwarti (63), warga RW 02 lainnya mengaku satu hari penuh tak makan saat banjir luapan Kali Ciliwung pada tanggal 1 Januari 2020 lalu.
Dia terpaksa menahan lapar karena di rumahnya seorang diri karena tak ada petugas yang datang mensuplai makanan atau bantuan evakuasi.
Derasnya arus dan ketinggian air yang mencapai empat meter membuat petugas gabungan evakuasi tak berdaya menembus permukiman.
"Seharian saya di rumah enggak makan, enggak bohong. Posko pengungsian saja enggak ada, warga mengungsi ke Musala, tapi di sana juga enggak dapat makanan," tutur Sri.
Sri menialai nasib warga Kampung Arus tahun ini jauh berbeda dan paling buruk selama puluhan tahun jadi korban banjir luapan Kali Ciliwung.
Sedari bantuan makanan hingga tenaga membersihkan timbunan lumpur dan sampah imbas banjir tak dirasakan sama sekali.
"Satu bungkus nasi pun saya enggak dapat, enggak ada. Waktu bulan Januari lalu saya sempat satu hari ngungsi ke rumah teman, makan di sana," lanjut dia.
Ujang (62), warga RW 02 Kampung Arus lainnya menuturkan keluarganya hanya pernah mencicipi 4 nasi bungkus yang didapat tanggal 3 Januari 2020.
Setelah dapat 4 nasi bungkus yang dibagi untuk lima anggota keluarganya, hingga kini dia tak sesuap pun merasakan bantuan.
Dia juga tak tahu apakah nasi bungkus diberikan Pemprov DKI Jakarta atau relawan lain yang datang menggunakan perahu karet.
"Mungkin 4 bungkus nasi itu dikasih untuk selama banjir ini. Selain nasi cuman pernah dikasih mie instan 3 bungkus. 3 bungkus ya, bukan dus," kata Ujang.
Ironisnya, 3 bungkus mie instan diberikan selang 15 hari setelah bantuan 4 bungkus nasi diberikan dan tak semua warga RW 02 merasakan.
Meski permukimannya dekat dapur umum Sudin Sosial Jakarta Timur, saling berbagi makanan persediaan jadi solusi warga mengganjal perut.
"Katanya dana penanganan banjir pemerintah sekian miliar rupiah, tapi nyatanya kita enggak dapat sama sekali bantuan makanan. Sama sekali enggak ada," ujarnya.
Saat wartawan TribunJakarta.com menyambangi permukiman warga RW 02, timbunan lumpur dan sampah imbas banjir pun masih bercokol.
Dari tujuh warga RW 02 Kampung Arus yang ditemui, tak ada satu pun dari mereka yang mencicipi bantuan makanan dari Pemprov DKI Jakarta.
Seorang warga bahkan menyantap mie instan tanpa dimasak karena kompornya terendam banjir dengan ketinggian 1,5 dini hari tadi.
"Enggak bisa masak, kompor basah terendam banjir. Bantuan makanan enggak ada, yang banyak di sini cuman lumpur," kata warga tersebut.
Penampakan permukiman warga Kampung Arus
Kerja bakti gabungan membersihkan permukiman korban banjir yang digalakan Pemkot Jakarta Timur hari ini belum menjamah seluruh warga.
Di saat wilayah lain dapat bantuan bersih-bersih, nasib berbeda dialami warga RW 02 Kampung Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati.
Satu warga RW 02, Alex (38) sejak banjir parah tanggal 1 Januari-29 Februari 2020, mereka tak dapat bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah.

"Enggak ada, dari Kelurahan juga enggak ada bantuan bersih-bersih. Habis banjir tanggal 1 Januari lalu kita bersih-bersih sendiri," kata Alex di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).
Upaya gotong royong warga RW 02 membersihkan Gang Arus Dalam setelah dijamah banjir awal tahun 2020 lalu sebenarnya berhasil.
Nahas pada bulan Februari Kali Ciliwung yang membentang di permukiman mereka kembali meluap, paling parah tercatat tanggal 25.
"Lumpur sisa banjir tanggal 1 hampir satu meter, tebalnya sepaha. Itu warga bersihin sendiri, terus bulan Februari banjir lagi," ujarnya.
Ketinggian air yang merendam permukiman warga RW 02 tercatat 2,5 meter dan kini menyisakan timbunan lumpur sekitar 30 sentimeter.
Akumulasi kelelahan membersihkan rumah dari lumpur membuat mereka hanya pasrah terhadap timbunan lumpur di sepanjang Gang Arus Dalam.

"Selama bulan Februari sudah 6 kali kebanjiran dengan ketinggian sekitar 1 meter. Paling parah tanggal 25, gimana bisa bersih-bersih jalan dari lumpur," tuturnya.
Puput (35), warga RW 02 Kampung Arus lainnya mengeluhkan ketiadaan bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah dari petugas gabungan.
Padahal pamor Kampung Arus sebagai wilayah rawan banjir di Jakarta Timur setara dengan Kampung Pulo, Kebon Pala, dan wilayah lain.
Menurutnya mustahil bila Pemprov DKI Jakarta tak tahu warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung yang tak henti usai.
"PPSU cuman foto-foto doang, enggak bantu bersih-bersih. Mungkin karena dipikir warga sini cuman tinggal sedikit, kebanyakan sudah pindah," kata Puput.
Sejak awal tahun 2019, mayoritas warga Kelurahan 02 pindah karena rumahnya sudah dibeli satu pengembang swasta untuk proyek.
Status warga di RT 09, RT 11, dan RT 12 bahkan ibarat 'hantu' karena tak memiliki Ketua RT sehingga persoalan administrasi diselesaikan Ketua RT 10.
Deretan rumah kosong dengan kondisi mengenaskan karena diterjang banjir tampak jelas saat memasuki permukiman RW 02.
"Beda sama banjir dulu, setiap banjir selalu ada perhatian. Dari mulai bantuan makanan, bersih-bersih. Tahun ini enggak ada, makannya lumpur menumpuk," ujarnya.
Ujang (62), warga RW 02 Kampung Arus lainnya juga mengeluhkan minimnya bantuan selama dua bulan terdampak banjir nyaris tanpa henti.
Nasib mereka berbeda jauh saat banjir di tahun-tahun sebelumnya yang dapat bantuan hingga perabot bersih-bersih rumah.
"Jujur saya kesal, dulu serokan untuk bersih-bersih saja dapat, sekarang enggak ada sama sekali. Mau bersihin jalan sudah capek, rumah saja masih kotor," kata Ujang.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, banjir dengan ketinggian 1,5 meter yang sempat merendam permukiman RW 02 dini hari tadi sudah surut.
Namun timbunan lumpur dan sampah masih dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter masih bercokol di Gang Kampung Arus Dalam.
Agar tak tergelincir saat melintasi timbunan lumpur dan sampah warga RW 02 memilih tak mengenakan alas kaki alias nyeker.