Banjir Jakarta

Tak Dapat Bantuan Bersih-bersih, Permukiman Warga Kampung Arus Tertutup Lumpur dan Sampah

Satu warga RW 02, Alex (38) sejak banjir parah tanggal 1 Januari-29 Februari 2020, mereka tak dapat bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah.

Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Kerja bakti gabungan membersihkan permukiman korban banjir yang digalakan Pemkot Jakarta Timur hari ini belum menjamah seluruh warga.

Di saat wilayah lain dapat bantuan bersih-bersih, nasib berbeda dialami warga RW 02 Kampung Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati.

Satu warga RW 02, Alex (38) sejak banjir parah tanggal 1 Januari-29 Februari 2020, mereka tak dapat bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah.

Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).
Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

"Enggak ada, dari Kelurahan juga enggak ada bantuan bersih-bersih. Habis banjir tanggal 1 Januari lalu kita bersih-bersih sendiri," kata Alex di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).

Upaya gotong royong warga RW 02 membersihkan Gang Arus Dalam setelah dijamah banjir awal tahun 2020 lalu sebenarnya berhasil.

Nahas pada bulan Februari Kali Ciliwung yang membentang di permukiman mereka kembali meluap, paling parah tercatat tanggal 25.

"Lumpur sisa banjir tanggal 1 hampir satu meter, tebalnya sepaha. Itu warga bersihin sendiri, terus bulan Februari banjir lagi," ujarnya.

Ketinggian air yang merendam permukiman warga RW 02 tercatat 2,5 meter dan kini menyisakan timbunan lumpur sekitar 30 sentimeter.

Akumulasi kelelahan membersihkan rumah dari lumpur membuat mereka hanya pasrah terhadap timbunan lumpur di sepanjang Gang Arus Dalam.

"Selama bulan Februari sudah 6 kali kebanjiran dengan ketinggian sekitar 1 meter. Paling parah tanggal 25, gimana bisa bersih-bersih jalan dari lumpur," tuturnya.

Puput (35), warga RW 02 Kampung Arus lainnya mengeluhkan ketiadaan bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah dari petugas gabungan.

Padahal pamor Kampung Arus sebagai wilayah rawan banjir di Jakarta Timur setara dengan Kampung Pulo, Kebon Pala, dan wilayah lain.

Menurutnya mustahil bila Pemprov DKI Jakarta tak tahu warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung yang tak henti usai.

"PPSU cuman foto-foto doang, enggak bantu bersih-bersih. Mungkin karena dipikir warga sini cuman tinggal sedikit, kebanyakan sudah pindah," kata Puput.

Sejak awal tahun 2019, mayoritas warga Kelurahan 02 pindah karena rumahnya sudah dibeli satu pengembang swasta untuk proyek.

Status warga di RT 09, RT 11, dan RT 12 bahkan ibarat 'hantu' karena tak memiliki Ketua RT sehingga persoalan administrasi diselesaikan Ketua RT 10.

Deretan rumah kosong dengan kondisi mengenaskan karena diterjang banjir tampak jelas saat memasuki permukiman RW 02.

"Beda sama banjir dulu, setiap banjir selalu ada perhatian. Dari mulai bantuan makanan, bersih-bersih. Tahun ini enggak ada, makannya lumpur menumpuk," ujarnya.

Ujang (62), warga RW 02 Kampung Arus lainnya juga mengeluhkan minimnya bantuan selama dua bulan terdampak banjir nyaris tanpa henti.

Nasib mereka berbeda jauh saat banjir di tahun-tahun sebelumnya yang dapat bantuan hingga perabot bersih-bersih rumah.

"Jujur saya kesal, dulu serokan untuk bersih-bersih saja dapat, sekarang enggak ada sama sekali. Mau bersihin jalan sudah capek, rumah saja masih kotor," kata Ujang.

Pantauan wartawan TribunJakarta.com, banjir dengan ketinggian 1,5 meter yang sempat merendam permukiman RW 02 dini hari tadi sudah surut.

Namun timbunan lumpur dan sampah masih dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter masih bercokol di Gang Kampung Arus Dalam.

Agar tak tergelincir saat melintasi timbunan lumpur dan sampah warga RW 02 memilih tak mengenakan alas kaki alias nyeker.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved