Banjir Jakarta

Tak Dapat Bantuan Makanan, Warga Kampung Arus Berenang Beli Mie Instan ke Warung

Sudah puluhan tahun mereka kebanjiran tapi nasibnya hingga kini tak kunjung membaik, selama nyaris dua bulan banjir tak henti datang.

Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA
Warga RW 02 Kampung Arus saat ditemui di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Nelangsa mungkin jadi kata yang tepat menggambarkan nasib warga RW 02 Kampung Arus, Kelurahan Cawang korban banjir luapan Kali Ciliwung.

Sudah puluhan tahun mereka kebanjiran tapi nasibnya hingga kini tak kunjung membaik, selama nyaris dua bulan banjir tak henti datang.

Namun bantuan makanan, susu, hingga tenaga membersihkan timbunan lumpur dan sampah imbas banjir tak dirasakan sama sekali.

Saat banjir dengan ketinggian sekitar 2,5 meter tanggal 25 Februari 2020 lalu Alex (38), satu warga RW 02 bahkan terpaksa membeli makan di minimarket.

"Saya berenang ke minimarket di Jalan Dewi Sartika, beli persediaan makanan sama susu. Karena memang enggak ada bantuan sama sekali," kata Alex di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).

Perjalanan sekitar 500 meter dari rumahnya di RT 11 menuju ke satu minimarket di Jalan Dewi Sartika pun tak mudah.

Dia sempat terseret arus sekitar 10 meter hingga ke sudut Gang Arus Dalam sebelum berhasil melawan terjangan arus.

"Karena susu untuk anak saya yang masih 2 tahun habis, persediaan makanan segala macam juga habis. Jadi nekat berenang, beli pakai duit saya sendiri," ujarnya.

Beda dengan banjir di tahun-tahun sebelumnya, pada banjir tahun 2020 ini Alex menuturkan tak ada posko pengungsian.

Susutnya jumlah warga karena mayoritas menjual rumahnya ke pengembang diduga jadi sebab Kampung Arus luput dari perhatian.

Alex membandingkan nasib mereka dengan warga Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan yang wilayahnya dipisahkan Ciliwung.

"Anehnya di seberang, warga Pengadegan dapat bantuan pas banjir. Kalau di sini mah enggak sama sekali, posko pengungsian enggak ada," tuturnya.

Nasib serupa juga dialami Ujang (62), warga RW 02 yang juga harus berenang melawan arus saat banjir untuk pergi beli makan di warung.

Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang terdampak banjir luapan Kali Ciliwung di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).
Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang terdampak banjir luapan Kali Ciliwung di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Makanan yang dibeli hanya sekedar mie instan hasil patungan warga yang sama-sama terjebak di rumah saat banjir.

"Kalau punya duit kita ke depan (arah Jalan Dewi Sartika) pakai perahu, beli mie instan. Beli pakai duit sendiri, bukan pakai duit pemerintah," kata Ujang.

Meski puluhan tahun jadi korban banjir, baru kali ini warga RW 02 Kampung Arus merasakan kelaparan dan tak dapat bantuan makan.

Pasalnya pamor Kampung Arus sebagai wilayah rawan banjir di Jakarta Timur setara dengan Kampung Pulo dan Kebon Pala.

"Dulu bantuan makanan, baju, susu, sampai perabot bersihin lumpur enggak pernah kekurangan. Sekarang nasi bungkus saja dapat enggak dapat," ujarnya.

Selama dua bulan nyaris tanpa henti terdampak banjir luapan Kali Ciliwung, Ujang hanya mendapat 4 bungkus nasi dan 3 bungkus mie instan.

Bantuan tersebut tak merata ke semua warga RW 02, tetangga Ujang, Sri Suwarti (63) bahkan tak sekalipun mencicipi bantuan nasi bungkus.

Makanan yang selama dua bulan ini dikonsumsinya hanya sisa beras untuk rumah tangga miskin (Raskin), dan telur dari pemerintah pusat.

Sisanya, Sri yang tinggal seorang diri memenuhi kebutuhan perutnya dari pemberian tetangga sesama korban banjir.

"Kalau rejeki mah ada saja, dari tetangga. Sekarang benar-benar enggak dapat bantuan, banjir tanggal 1 awal tahun kemarin saya satu hari penuh enggak makan," kata Sri.

Penampakan permukiman warga Kampung Arus

Kerja bakti gabungan membersihkan permukiman korban banjir yang digalakan Pemkot Jakarta Timur hari ini belum menjamah seluruh warga.

Di saat wilayah lain dapat bantuan bersih-bersih, nasib berbeda dialami warga RW 02 Kampung Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati.

Satu warga RW 02, Alex (38) sejak banjir parah tanggal 1 Januari-29 Februari 2020, mereka tak dapat bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah.

Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).
Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

"Enggak ada, dari Kelurahan juga enggak ada bantuan bersih-bersih. Habis banjir tanggal 1 Januari lalu kita bersih-bersih sendiri," kata Alex di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).

Upaya gotong royong warga RW 02 membersihkan Gang Arus Dalam setelah dijamah banjir awal tahun 2020 lalu sebenarnya berhasil.

Nahas pada bulan Februari Kali Ciliwung yang membentang di permukiman mereka kembali meluap, paling parah tercatat tanggal 25.

"Lumpur sisa banjir tanggal 1 hampir satu meter, tebalnya sepaha. Itu warga bersihin sendiri, terus bulan Februari banjir lagi," ujarnya.

Ketinggian air yang merendam permukiman warga RW 02 tercatat 2,5 meter dan kini menyisakan timbunan lumpur sekitar 30 sentimeter.

Akumulasi kelelahan membersihkan rumah dari lumpur membuat mereka hanya pasrah terhadap timbunan lumpur di sepanjang Gang Arus Dalam.

Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020).
Permukiman warga RW 02 Kampung Arus yang tertutup lumpur dan sampah imbas banjir luapan Kali Ciliwung, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (1/3/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

"Selama bulan Februari sudah 6 kali kebanjiran dengan ketinggian sekitar 1 meter. Paling parah tanggal 25, gimana bisa bersih-bersih jalan dari lumpur," tuturnya.

Puput (35), warga RW 02 Kampung Arus lainnya mengeluhkan ketiadaan bantuan bersih-bersih lumpur dan sampah dari petugas gabungan.

Padahal pamor Kampung Arus sebagai wilayah rawan banjir di Jakarta Timur setara dengan Kampung Pulo, Kebon Pala, dan wilayah lain.

Menurutnya mustahil bila Pemprov DKI Jakarta tak tahu warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung yang tak henti usai.

"PPSU cuman foto-foto doang, enggak bantu bersih-bersih. Mungkin karena dipikir warga sini cuman tinggal sedikit, kebanyakan sudah pindah," kata Puput.

Sejak awal tahun 2019, mayoritas warga Kelurahan 02 pindah karena rumahnya sudah dibeli satu pengembang swasta untuk proyek.

Status warga di RT 09, RT 11, dan RT 12 bahkan ibarat 'hantu' karena tak memiliki Ketua RT sehingga persoalan administrasi diselesaikan Ketua RT 10.

Deretan rumah kosong dengan kondisi mengenaskan karena diterjang banjir tampak jelas saat memasuki permukiman RW 02.

"Beda sama banjir dulu, setiap banjir selalu ada perhatian. Dari mulai bantuan makanan, bersih-bersih. Tahun ini enggak ada, makannya lumpur menumpuk," ujarnya.

Ujang (62), warga RW 02 Kampung Arus lainnya juga mengeluhkan minimnya bantuan selama dua bulan terdampak banjir nyaris tanpa henti.

Nasib mereka berbeda jauh saat banjir di tahun-tahun sebelumnya yang dapat bantuan hingga perabot bersih-bersih rumah.

"Jujur saya kesal, dulu serokan untuk bersih-bersih saja dapat, sekarang enggak ada sama sekali. Mau bersihin jalan sudah capek, rumah saja masih kotor," kata Ujang.

Pantauan wartawan TribunJakarta.com, banjir dengan ketinggian 1,5 meter yang sempat merendam permukiman RW 02 dini hari tadi sudah surut.

Namun timbunan lumpur dan sampah masih dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter masih bercokol di Gang Kampung Arus Dalam.

Agar tak tergelincir saat melintasi timbunan lumpur dan sampah warga RW 02 memilih tak mengenakan alas kaki alias nyeker.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved