Terkuak Predator Remaja SMA di Pasuruan, Menyukai Laki-laki hingga Ngaku Pernah Jajakan Diri
Satreskrim Polres Pasuruan mengamankan seorang terduga pelaku penculikan, penyekapan & pencabulan yang sempat terjadi di wilayah hukum Polres Pasuruan
Penulis: Muji Lestari | Editor: Muji Lestari
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Sosok Predator Pedofilia di Pasuruan akhirnya terungkap.
Satreskrim Polres Pasuruan mengamankan seorang terduga pelaku penculikan, penyekapan dan pencabulan yang sempat terjadi di wilayah hukum Polres Pasuruan.
Tersangka Mustofa (47) alias Musdalifa diamankan di rumahnya, Dusun Kenayan, Desa Sumberagung, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan.
Dari pria tersebut, polisi berhasil mengamankan barang bukti satu set kartu remi dan satu set kartu lentrek atau kartu yang digunakan untuk menghipnotis korbannya yang dikemas di kantong warna hijau yang bertulisan huruf Arab.
Mustofa diduga adalah predator pedofilia. Dalam kasus ini, Mustofa diduga kuat menculik, menyekap dan mencabuli STN, remaja yang masih duduk di bangku SMA di Kota Pasuruan.
Dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolres Pasuruan, Selasa (17/3/2020), Mustofa seolah-olah tak pernah menyesali perbuatannya meski pernah menculik, menyekap dan melakukan pencabulan sejenis kepada STN.
Ia bahkan tertawa ceria saat difoto dan direkam oleh media yang hadir dalam konferensi pers tersebut.
• Lakukan Ini saat Sedang Disunat, Rafathar Sontak Ditegur hingga Rambutnya Ditarik Nagita Slavina
Ia tetap terlihat percaya diri.
Sepintas, memang gaya dan pembawaannya mirip perempuan, centil dan kemayu sekali.
Dalam konferensi pers tersebut, Mustofa pun mengungkapkan beberapa pengakuan hingga sedikit menceritakan masa lalunya kepada media.
Pernah Jadi Korban Pencabulan
Dilansir TribunJatim.com, Mustofa mengaku pernah menjadi korban pencabulan.
Ia menyebut, perlakukan pelecehan seksual itu pernah dialaminya di waktu masa kecilnya.
Meski pernah menjadi korban pencabulan di masa kecil ia mengaku tidak dendam terhadap pelaku.
"Saya tidak dendam meski saya pernah dicabuli seorang laki - laki, cuma memang gimana ya, saya tidak suka sama perempuan, saya lebih suka laki - laki," kata pria yang berusia 47 tahun ini.
• Datangi Polres Jakbar, Doddy Sudrajat Ungkap Kondisi Kandungan Vanessa Angel Pasca Ditangkap
Dia menceritakan, saat itu, dirinya masih duduk di bangku kelas 4 SD.
Ia mengaji di sebuah rumah ustadz yang dipercaya orang tuanya.
Saat itu, orang tuannya menginginkan dirinya menjadi anak yang Sholeh.
"Saya dicabuli disana, ya itu saya trauma. Saya takut bercerita ke orang tua, saya redam sendiri saja. Sekarang mungkin dia (pelaku) sudah menikah dan punya anak," tambah dia.

Mulai Menyukai Laki-Laki
Semenjak jadi korban pencabulna, Mustofa mengaku rasa menyukai dan mencintai terhadap perempuan perlahan sirna.
Ia mulai menyukai laki - laki.
Ia juga mulai menyukai busana perempuan.
Bahkan, ia secara perlahan memulai memakai baju perempuan.
Perubahan yang terjadi pada diri Mustofa pun ditentang oleh orangtuanya.
Bahkan Mustofa mengaku pernah dihajar oleh orangtuanya karena kerap memakai baju perempuan.
"Saya pernah dihajar sama orang tua saya karena suka dan sering memakai baju perempuan. Saya dimarahi habis - habisan sama bapak saya. Saat kecil, saya tidak bisa berontak dan patuh terhadap orang tua," jelasnya.
• Gara-gara Facebook dan WhatsAppnya Diblokir, Suami di Bali Emosi hingga Nekat Habisi Nyawa Istri
Pernah Menjajakan Diri di Jakarta
Setelah lulus SMA, Mustofa memberanikan diri untuk berontak.
Ia mulai melepaskan diri dari orang tuannya.
Ia kabur dan hidup di Jakarta. Di sanalah, ia merasa kehidupan yang sesungguhnya dimulai.
"Di Jakarta saya setiap hari pakai baju perempuan. Di Jakarta pula, saya mulai melacurkan diri saya. Saya menjajakan diri saya di sebuah tempat prostitusi. Saya sedikit lupa, karena sudah lama tahun 1987 dulu," jelas dia.
Sepulang dari Jakarta, ia mengaku dirinya sudah mulai berubah.
Ia merasa dirinya bukan seorang laki-laki tapi perempuan.
Ia lantas menjalani kehidupannya sebagai laki-laki yang kewanitaan.
Bahkan, ia pun memilih untuk tidak menikah.
Sebab, ia tidak memiliki rasa cinta terhadap perempuan atau wanita yang mendekatinya.
"Saya lebih suka laki - laki, saya juga sering minta taubat, dan sudah berdoa, tapi tetap masih suka laki - laki," papar dia.
• Ibu Rumah Tangga Dijemput Polisi Berdandan Mirip Kuntilanak Keluar Dini Hari, Alasannya Demi Konten
Kapolres Pasuruan Tak Habis Pikir
Kapolres Pasuruan AKBP Rofiq Ripto Himawan menggeleng-gelengkan kepala melihat apa yang dilakukan Mustofa terhadap korbannya dalam kasus pencabulan sejenis.
Ia hanya menghela nafas panjang dan tidak mengira ada orang yang berbuat sebejat itu.
"Kamu muslim?," tanya Kapolres kepada Mustofa alias Musdalifa
"Iya," kata Mustofa menganggukkan kepalanya.
"Kalau kamu muslim, kenapa kamu melakukan hal ini," tanya Kapolres kembali.
Kapolres juga meminta Mustofa ini untuk segera kembali melaksanakan salat dan meminta ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Segeralah taubat, dan minta ampun kepada-nya. Apa yang kamu perbuat ini salah. Kamu itu sakit," tambah Kapolres.
Rofiq, sapaan akrab Kapolres, menghimbau masyarakat khususnya orang tua untuk selalu waspada dan hati - hati dalam mengawasi anaknya.
"Kalau zaman dulu, memiliki anak perempuan harus ekstra hati - hati dan sangat rawan sekali. Tapi kalau sekarang, perspektif psikologisnya sudah berubah. Punya anak laki-laki harus benar-benar dijaga biar tidak menjadi korban dari pihak yang memiliki perilaku menyimpang," pungkas dia.
Diwartakan sebelumnya, siswa SMA berinisial STN disekap setelah sebelumnya dihipnotis.
Tak cuma itu, STN juga disodomi dengan cara keji.
Kasatreskrim Polres Pasuruan AKP Adrian Wimbarda menjelaskan, kejadian ini terjadi 23 Februari 2020.
Saat itu, STN dan temannya, FHM, sedang berada di area alun - alun Bangil, depan Masjid Jami' Bangil.
Tak lama, tiba - tiba, tersangka ini datang dan bergabung dengan korban yang sebenarnya antara korban dan tersangka tidak saling kenal.
Dari pemeriksaan saksi, diceritakan tersangka ini menepuk punggung korban.
"Katanya, tepukan tersangka ke punggung korban ini merupakan guna - guna atau hipnotis dan membuat korban tidak sadarkan diri," kata Kasatreskrim saat rilis, Selasa (17/3/2020) siang.
(TribunJakarta/TribunJatim)