Antisipasi Virus Corona di DKI

Kebijakan Work From Home Buat Jumlah Sampah di Jakarta Menurun Hingga 620 Ton

Dinas LH DKI Jakarta mencatat, terjadi penurunan rata-rata jumlah sampah per hari yang dikirimkan ke TPST Bantar Gebang hingga 620 ton.

TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Suasana pemadaman hari kedua di tumpukan sampah yang ada di Jalan Kramat Oyar RT 6/4, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (14/1/2020) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta mencatat, terjadi penurunan rata-rata jumlah sampah per hari yang dikirimkan ke TPST Bantar Gebang hingga 620 ton.

Hal ini terjadi sejak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyerukan imbauan kepada masyarakat untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH) imbas mewabahnya virus corona (Covid-19).

Kepala Dinas LH DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, penurunan ini terlihat dari rata-rata harian periode 1-15 Maret atau sebelum adanya imbauan WFH dibandingkan dengan periode 16-31 Maret 2020.

Menurutnya, penurunan rata-rata harian tonase sampah ini tak lepas dari berkurangnya aktivitas masyarakat.

"Kebijakan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah membuat sampah berkurang terutama dari sumber komersial, seperti hotel, mall, restoran, perkantoran, dan tempat wisata," ucapnya, Kamis (9/4/2020).

Anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini pun mengajak masyarakat untuk lebih giat mengurangi sampah, khususnya sampah rumah tangga selama beraktifitas di rumah melalui program sampah tanggung jawab bersama (Samtama).

"Program tersebut menekankan aktifitas kurangi, pilah, dan olah sampah atau Kupilah yang dilakukan masyarakat sebagai penghasil sampah," ujarnya.

Ada tiga strategi yang dapat diterapkan untuk melaksanakan program itu, yaitu strategi pintu depan, pintu tengah, dan pintu belakanga.

Pertama, strategi pintu depan atau tahap sebelum mengkonsumsi. Dimana masyarakat diimbau menggunakan kantong plastik ramah lingkungan saat berbelanja dan membeli bahan kebutuhan yang benar-benar diperlukan.

"Kita harus tahu dan sadar apa yang mau kita konsumsi sejak dalam pikiran. Jika itu menghasilkan sampah, tak akan kita pilih," kata Andono.

Selanjutnya, strategi pintu tengah yaitu dengan tidak terburu-buru membuang sisa barang ke tempat sampah.

Seperti pakaian bekas yang sebenarnya masih layak untuk didonasikan hingga tak mengambil makanan secara berlebihan.

Terakhir ialah strategi pintu belakang, dimana masyarakat harus disiplin dalam memilah sampah, seperti sampah organik dan anorganik.

Sebab, sampah organik bisa dimanfaatkan dengan memasukan ke komposter atau lubang biopori.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved