Antisipasi Virus Corona di Tangsel
Dilarang Mudik Agen Tiket Bus di Tangsel ini Menjerit: Makan Enggak Bisa, Lebaran Enggak Bisa
Larangan mudik yang diumumkan Presiden Joko Widodo, berimbas panjang, bukan hanya bagi para perantau tapi juga untuk para agen yang menjualkan tiket.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Suharno
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPUTAT - Larangan mudik yang diumumkan Presiden Joko Widodo, berimbas panjang, bukan hanya bagi para perantau tapi juga untuk para agen yang menjualkan tiket untuk perusahaan otobus (PO) mereka.
Para agen itu bekerja dengan cara mencari penumpang agar mereka bisa mendapat upah per setiap tiketnya.
Keputusan Jokowi melarang mudik secara tidak langsung memutus mata pencahariannya.
Tince, adalah salah satu agen PO di Terminal Bayangan Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan ( Tangsel).
Ia bekerja untuk PO Tunggal Jaya dan Gajah Mungkur.
• Wali Kota Airin Rachmi Diany: Ada Pemotor Sudah Pakai Masker untuk Cegah COVID-19, Tapi Helm Lupa
Mulai Jumat (24/4/2020) operasional PO di Cimanggis berhenti, wanita yang usianya sudah lebih dari 40 tahun itu kehilangan pekerjaan.
Janda anak tiga itu tak punya pilihan lain, ia hanya bisa pasrah.
Tince belum tahu apa yang akan dilakukannya untuk menghidupi tiga anaknya, selama PO tidak beroperasi.
"Kita ngikutin pemerintah saja, pasrah saja. Ya kaya saya kan ibaratnya enggak bisa makan saya juga, apa lagi saya kan single. Kalau bulan puasa nol, saya gigit jari enggak makan," ujar Tince di Terminal Bayangan Cimanggis, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel), Kamis (23/4/2020).
Tince juga mengkhawatirkan saat lebaan yang hanya tinggal satu bulan lagi.
"Makan enggak bisa, lebaran enggak bisa, PO ditutup, gimana," ujarnya.
Taahun-tahun sebelumnya, Bulan Ramadan, penumpang melonjak karena menjelang lebaran.
Tempo sepekan sebelum Hari Raya Idul Fitri, tiket bus yang dijualnya selalu ludes.
Dari satu tiket yang dijual, Tince mendapat upah Rp 15 ribu.