Soroti Fenomena Warga Nekat Mudik Meski Pandemi, Sosiolog: Mereka Cari Tumpuan untuk Bertahan Hidup
Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Bayu A Yulianto turut menyoroti fenomena masyarakat yang nekat melakukan mudik meski di tengah pandemi.
Penulis: Muji Lestari | Editor: Rr Dewi Kartika H
"Jaring sosial yang bisa menjadi tumpuan atau bantalan agar mereka bisa tetap survive untuk bertahan," kata Bayu.
Ketika tumpuan untuk bertahan hidup tidak mereka dapatkan di tempat mereka sekarang, hal itulah yang mendorong mereka untuk kembali ke kampung halaman.
"Ketika hal tersebut tidak mereka temukan di tempat mereka berdomisili di kota, mereka akan kembali ke jaring sosial yang sudah teruji buat mereka dan ada terus, setia buat mereka,"
"Itu ada di keluarga-keluarga besar mereka yang ada di kampung atau yang ada di wilayah-wilayah pedesaan," papar Bayu.

Bayu beranggapan, para perantau ini merasa lebih mudah mengatasi kesulitan ekonomi ketika mereka berada di kampung halaman ketimbang di kota.
Sebab ketika mereka berada di kampung halaman, mereka bisa melakukan aktivitas seperti berkebun atau bercocok tanam yang nantinya bisa mereka jadikan tumpuan hidup sampai situasi krisis ini selesai.
"Ada keluarga besar mereka terutmwa di wilayah pedesaan yang kadang masih punya tanah garapan yang bisa menjadi tumpuan buat mereka untuk bertahan hidup sampai krisis selesai," ujar Bayu.
Fenomena tersebut, menurut Bayu memang sering terjadi.
• Mengapa Kurma Baik untuk Camilan Saat Berbuka Puasa? Ini Penjelasannya
Tidak hanya ketika pandemi, tetapi ketika mereka menghadapi krisis atau kehilangan mata pencaharian dan sebagainya, mereka akan memilih untuk mudik dan kembali ke kampung halaman.
"Ketika di kota mereka tidak bisa mendapat jejaring sosial yang memadai, katakanlah negara atau pemerintah belum bisa mengatasi hal itu," ujarnya.
Lebih lanjut Bayu mengungkapkan, meski mereka sadar bahwa dengan kepulangan mereka akan membawa bahaya atau virus yang sedang mewabah ini kepada keluarga.
Tapi mereka akan merasa lebih aman secara sosial ekonomi ketika berada di kampung bersama keluarga.
"Mereka merasa secure (aman) untuk bisa pulang, ada tuntutan seperti itu untuk mereka bisa pulang,"
"Pada hari ini kita lihat mereka seolah-olah memaksa diri untuk bisa pulang, padahal mungkin mereka juga tahu resiko-resikonya," ujar Bayu.
Berdasarkan pengamatan Bayu, itu menjadi salah satu dasar bagi mayarakat nekat mudik meski sudah dilarang oleh pemerintah.