Hari Buruh 2020

Buruh Tetap di Bekasi Banyak Dirumahkan Akibat Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang tengah terjadi hingga saat ini membuat sejumlah buruh perusahaan di Bekasi terpaksa dirumahkan.

TribunJakarta.com/Muhammad Rizki Hidayat
Ilustrasi: Ribuan buruh kompak berjalan kaki dan menutup jalan raya dari arah Jalan Gatot Subroto menuju Slipi, dekat gedung DPR-MPR RI, pukul 10.35 WIB, Senin (20/1/2020). 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Pandemi Covid-19 yang tengah terjadi hingga saat ini membuat sejumlah buruh perusahaan di Bekasi terpaksa dirumahkan.

Langkah ini diambil akibat menurunnya jumlah produksi.

Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Bekasi, Abdullah mengatakan, kebijakan dirumahkan ini berbeda dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Ada sebagian dirumahkan, tapi kalau dikurangi (PHK) adalah mereka pekerja kontrak," kata Abdullah kepada TribunJakarta.com, Kamis, (30/4/2020).

Abdullah menjelaskan, kebijakan dirumahkan ini rata-rata diterapkan bagi mereka para pekerja yang statusnya karyawan atau buruh tetap.

Meraka menurut Abdullah, tetap menerima upah bulanan.

Hanya saja, jumlah upah yang mereka terima terpaksa dipotong hingga 50 persen.

"Nonimalnya berbeda-beda, itu ditentukan dari hasil musyawarah perusahaan sama serikat pekerjanya, ada yang hanya menerima 75 persen gaji bahkan ada yang hanya 50 persen gaji," paparnya.

Buruh yang dirumahkan ini lanjut Abdullah, masih memiliki kesempatan kembali bekerja jika kondisi sudah pulih.

"Iya kalau produksi sudah normal baru akan dipanggil lagi tapi kalau untuk pekerja kontrak itu sudah kontraknya tidak diperpanjang," ucapnya.

Dia menambahkan, selama pandemi Covid-19, tidak sedikit perusahaan menurunkan jumlah produksi mereka menjadi 30 persen atau bahkan 40 persen.l

Menonton Video Dewasa di Bulan Ramadhan Bisa Batalkan Puasa? Ini Penjelasannya

4 Pemuda Rudapaksa Siswi SMA di Kebun Tebu Situbondo, Awalnya Diajak Naik Motor

Kebijakan ini diambil menyusul, sulitnya bahan baku produksi yang notabene berasal dari barang import serta rendahnya aktivitas pengiriman barang jadi yang berorientasi eksport.

"Problemnya adalah perusahaan orientasi eksport karena negara lain di lockdown, misal tujuan eksport ke Eropa banyak negara lockdwon jadi perusahaan orientasi eksport kesulitan, begitu juga bahan baku yang import karena mengalami lockdown juga kan," tuturnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved