Ketua RW di Tambora Positif Covid
Keluarga Bantah Ketua RW Jembatan Besi Sempat Positif Covid-19 Dievakuasi Paksa Aparat
Keluarga angkat bicara terkait kondisi kesehatan O (79), Ketua RW 07 Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat yang sempat dinyatakan positif Covid-19.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBORA - Pihak keluarga angkat bicara terkait kondisi kesehatan O (79), Ketua RW 07 Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat yang sempat dinyatakan positif Covid-19.
Marini (50) anak O, membantah informasi bahwa ayah dan ibunya dievakuasi paksa oleh aparat lantaran menolak diisolasi pasca-dinyatakan positif Covid-19.
"Di medsos dibilang abah sudah positif lalu pas dibawa aparat ngeyel. Nah itu yang kita bikin sakit hati dibilang aparat. Padahal tidak ada penjemputan paksa," kata Marini di kediaman O, Selasa (19/5/2020).
Marini mengatakan bahwa O dan istrinya dievakuasi sendiri oleh pihak keluarga ke Puskesmas Tambora, tempat O jalani swab test, pada Minggu (10/5/2020).
"Hari Minggu kita bawa sendiri, bukan tim medis. Tim medis enggak kesini, Jadi tanpa bantuan dari puskesmas," tegas Marini.
Sebelumnya, ramai diberitakan bahwa O dievakuasi oleh jajaran tiga pilar Kecamatan Tambora pada Minggu (10/5/2020) karena masih keluyuran bahkan memimpin Salat Tarawih kendati sudah dinyatakan Covid-19.
Marini mengatakan, ayahnya memang masih Salat di Musala dekat tempat tinggalnya pada Jumat (8/5/2020) setelah diberitahu bahwa positif Covid-19.
"Dikasih tahu (positif Covid-19) Jumat siang, pas Jumat Magrib abah ke musala. Nah di Musala ramai kan karena udah pada tahu abah positif ko malah salat di Musala," ujar Marini.
Atas dasar itulah, lanjut Marini, pihak keluarga menghubungi pihak Puskesmas Tambora untuk mengevakuasi O dan istrinya untuk jalani isolasi.
"Saya inisiatif telpon dokter puskesmas untuk bawa abah ke rumah sakit, kan abah sudah tua, sudah pelupa. Kadang kan kaya anak kecil lagi dilarang malah enggak didengerin. Tapi katanya (orang puskesmas) alasannya mana Sabtu besok libur lagi," ujar Marini.
Mendengar jawaban pihak puskesmas yang menyebut tak bisa evakuasi pasien di hari libur membuat pihak keluarga inisiatif evakuasi sendiri O dan istrinya ke Puskesmas.
"Makanya saya heran kok bisa begitu ya. Katanya yang positif itu membahyakan, harusnya kan enggak usah nunggu libur," kata Marini.
Marini menambahkan, setelah dibawa ke Puskesmas Tambora oleh pihak keluarga, barulah O dan istrinya dibawa ke Rumah Sakit Tarakan menggunakan protokol Covid-19.
"Kita sendiri bawa kesana karena kita tahu enggak mau bikin geger warga. Dari Puskesmas baru dibawa ke Rumah Sakit Tarakan pakai ambulans," ujarnya.