Virus Corona di Indonesia
Tempuh 100 KM Sehari, Korban PHK Nekat Pulang Jalan Kaki dari Jakarta ke Solo: Sampai Gosong Kulit
Menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 8 Mei 2020, membuat Maulana Arif Budi Satrio (38) tak bisa lagi bertahan hidup di Ibu Kota Jakarta.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Siti Nawiroh
TRIBUNJAKARTA.COM - Menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 8 Mei 2020, membuat Maulana Arif Budi Satrio (38) tak bisa lagi bertahan hidup di Ibu Kota Jakarta.
Pria yang kerap disapa Rio, sebelumnya merupakan sopir bus pariwisata sejak tahun 2017.
Semua berjalan lancar hingga virus corona masuk ke Indonesia.
TONTON JUGA
Dengan kondisi tanpa pekerjaan, dia pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke Solo.
Keputusan Rio untuk pulang ke tanah kelahirannya, ternyata menemui banyak rintangan.
Kepada Kompas.com, Rio mengaku sudah mencoba naik bus dengan membayar tiket Rp 500 ribu, namun yang dia dapat tak sesuai ekspektasi.
"Saya mencoba naik angkutan umum, tapi sangat mahal, Rp 500.000 tarifnya. Terus yang datang bukan bus tapi Elf, dan penumpangnya melebihi kapasitas," terang Rio, dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com, pada Rabi (20/5/2020).
Tak cuma dengan naik bus, Rio juga mencoba untuk pulang dengan meminjam mobil rekannya.
"Akhirnya saya minta uangnya. Paginya saya berangkat lagi pinjam kendaraan pribadi. Sampai di Cikarang harus balik, harus ribut dulu sama petugas. Saya tetap mengotot untuk pulang karena di-PHK tidak ada pendapatan, terus mau ke mana?" sambung Rio.
• Ruben Onsu Undang Ustaz Buka Puasa Bersama di Rumahnya, Ucapan Polos Betrand Peto Jadi Perbincangan
TONTON JUGA
Warga Sudiroprajan, Jebres, Solo, itu akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki dari Jakarta ke Solo.
Rio memulai perjalanan sejak 11 Mei 2020 dari rumah kontrakannya di Cibubur, Jakarta Timur, selepas salat subuh.
Ia harus menempuh perjalanan selama 4 hari.
Tak tanggung-tangung, Riom berjalan sekitar 100 kilometer per hari.
• Viral Foto Keramaian saat PSBB di Jakarta, Anies Ungkap Data Sebaliknya: Berada di rumah Meningkat
Walau begitu, Rio tak mengabaikan kewajibannya, ia tetap berusaha berpuasa.
Rio makan sahur dan berbuka di warung-warung yang dia lintasi.
Rio mengaku beruntung karena warung-warung itu tak mau dibayar setelah mendengar ceritanya.
"Saya pernah ditanya mau ke mana? Saya jawab mau ke Solo. Mereka terkejut. Ada yang minum sampai kesedak. Terus saya mau bayar, pemilik warung tidak mau dibayar," paparnya.
Tentu tak mudah berpuasa sambil terus berjalan kaki di tengah panasnya matahari.
• MCD Sarinah dan Bandara Soetta Sempat Disesaki Orang, Sudjiwo Tedjo Ngaku Marah: Loh Ini Gimana?
Menurutnya, medan terberat yang dia hadapi ialah di kawasan Karawang Timur sampai Tegal.
"Udaranya sangat panas. Sampai gosong semua kulit saya karena panas," ungkap dia.
Tiba di Gringsing, Kabupaten Batang, 14 Mei 2020, keberadaan Rio diketahui kawan-kawannya sesama sopir bus.
Setelah itu, dia tak boleh lagi berjalan kaki oleh kawan-kawannya dan akan diantar sampai Solo.
"Sampai Gringsing Kamis sore. Saya dijemput dari teman-teman Peparindo, diantar pulang ke Solo. Saya tiba di Solo hari Jumat pukul 08.00 WIB," ungkap dia.
Sesampainya di Solo, 15 Mei 2020, Rio langsung menuju Posko COVID-19 untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
• Dilaporkan Atas Dugaan Pelecehan Marga Latuconsina, Andre Taulany Sempat Sampaikan Ini ke Prilly
Dia lalu dikarantina di Graha Wisata Niaga selama 14 hari.
Sempat khawatir dengan tempat karantina pemkot, Rio justru merasa nyaman tinggal di sana.
"Saya kaget. Di sini teman-teman yang juga menjalani karantina itu sudah seperti keluarga. Makan terjamin, tidur nyaman, saya dapat kasur baru yang masih diplastik. Jadi benar-benar luar biasa bagi saya. Sangat memanusiakan manusia," ucap Rio.
Selepas karantina, Rio sudah memiliki rencana kegiatan, yakni berziarah ke makam orangtuanya.
"Rencananya setelah keluar karantina saya mau ke makam orangtua di Bonoloyo," ujar dia.
• Rizal Dapat Rp 10 Ribu dari Jualan Jalangkote, Sang Ibu: Rp 2 Ribu Dia Ambil, Sisanya Kasih ke Saya