Sisi Lain Metropolitan
Berjalan Satu Bulan, Kolaborasi Ojek Pangkalan & Pengusaha Ponsel di PGC Gaet Pencari Jasa Servis HP
Furqon pengusaha servis handphone di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Kramat Jati, Jakarta Timur, sudah satu bulan dirinya turun ke jalan raya.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, KRAMAT JATI - Siapa yang beradaptasi dialah yang bertahan.
Pepatah tersebut menggambarkan usaha yang dilakukan Furqon pengusaha servis handphone di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Kramat Jati, Jakarta Timur.
Sudah satu bulan dirinya turun ke jalan raya menawarkan jasa servis demi mencukupi kebutuhan perut keluarga dan puluhan karyawannya.
Di pinggir jalan PGC, tepatnya di Jalan Dewi Sartika, Cililitan, Jakarta Timur, dekat perempatan jalan, Furqon, berdiri seraya mengangkat kertas karton yang dilaminating.
Kertas itu bertuliskan jasa servis ponsel bergaransi yang bisa ditunggu.
Saat ditemui TribunJakarta, beberapa kali pengendara motor yang melintas menghampirinya.
Dari jok motornya, pengendara itu menanyakan kondisi ponsel dan berapa tarif servis kepada pria yang mengenakan topi dan buff tersebut.
Sebelum mencapai kesepakatan, Furqon bergegas membawa ponsel pengendara itu ke lapak ponsel di dalam area PGC, letaknya tak jauh dari pintu masuk gedung.
Sejumlah penyedia jasa servis ponsel menggelar lapaknya di sana lantaran gedung PGC belum buka.
Pengendara motor itu pun diminta menunggu di pinggir jalan.
Tak berselang lama, Furqon akan kembali dengan menjelaskan kerusakan dan tarifnya.
Furqon beberapa kali mencapai kesepakatan dengan pengendara motor siang itu.

Sudah dua pengendara motor yang datang bertanya berapa tarif ganti layar LCD ponsel dan sepakat dengan harganya.
Sebab, saat ditanya, salah stau pengendara motor itu kesulitan mencari tempat servis yang buka.
Akhirnya, ia memilih ke PGC untuk membetulkan layar ponselnya.
"Karena data saya semua ada di sini," ujarnya singkat.
Memang ganti tarif layar LCD cukup mahal. Furqon mendapatkan Rp 300 ribu untuk membetulkan satu ponsel yang mengalami kerusakan layar.
Namun, Rp 300 ribu itu dipotong untuk "karyawan dadakan" yang diperbantukan.
Seperti seorang ojek pangkalan yang membantu Furqon dalam menawarkan jasa servis.
Sebab, Furqon sadar ia menjajakan servis ponsel itu di dekat pangkalan ojek yang sudah belasan tahun mangkal di sana.
Terlihat Andi, seorang opang, tampak membantunya dengan mengangkat kertas berlaminating itu.
Furqon juga menyadari bukan ia saja yang terdampak. Ia juga harus berbagi rezeki dengan orang lain.
Pandemi ini memaksa pengusaha ponsel itu berdiri di jalan raya sejak pukul 11.00 hingga sore hari.
"Udah sebulanan berdiri di sini karena pandemi. Enggak pernah kayak gini sebelumnya. Kita buka di dalam (PGC) lantai tiga," ungkapnya saat ditanyai TribunJakarta.com pada Selasa (2/6/2020).
Nasib pengusaha ponsel di tengah pandemi

Furqon menceritakan ia biasanya hanya mengawasi 7 toko servis ponsel miliknya di lantai tiga PGC.
Namun, karena badai Covid-19, usahanya itu turut terdampak apalagi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sekitar 25 karyawannya tak mempunyai penghasilan. Mereka juga tidak bisa pulang kampung.
Melihat kondisi itu, Furqon awalnya bingung harus bagaimana. Sebab, para karyawannya tak ada yang di-phk.
Ia pun harus memerhatikan hidup mereka selama PSBB. Apalagi, banyak karyawannya yang sudah ikut bekerja selama 8 hingga 10 tahun.
"Daripada pusing, saya kumpulin di suatu tempat, masak aja deh beli kompor kecil. Jadi saya nyetok beras, sayur dan telor. Enak enggak enak enggak apa-apa yang penting bisa makan," ujarnya.
Furqon juga berupaya untuk meminta keringanan kepada pemilik kos-kosan karyawannya.
Ada yang berhasil mendapatkan keringanan ada yang tidak.
Setidaknya, dari hasil menjual jasa di pinggir jalan ini, Furqon masih bisa membiayai hidup karyawannya.
Dalam sehari, rata-rata karyawannya mendapatkan Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu.
Namun, bisa juga lebih dari itu. Pasalnya, dari kisaran seribuan toko ponsel di PGC, hanya tujuh toko yang menggelar lapak di sana.
"Sejak begini ada yang dateng (pelanggan). Lumayan. Bisa buat makan daripada bingung di rumah," ujarnya.
Para karyawannya disuruh bekerja di dalam sementara Furqon menawarkan jasanya di pinggir jalan.
Di tepi jalan sekitaran PGC, bukan saja ia yang berjualan, ada juga orang yang menawarkan jasa servis.
Orang-orang itu suruhan dari pengusaha ponsel lainnya dari dalam. Biasanya mereka orang suruhan yang bukan berasal dari karyawan PGC.
Tidak semua pengendara motor yang menepi lekas percaya dengan Furqon.
Ada saja yang ragu dengannya kala menjajakan jasa servisnya.
Namun, ada keunggulan yang dimiliki Furqon ketimbang orang-orang suruhan itu.
"Saat mereka enggak yakin. Saya bilang kalau saya punya 7 toko di lantai 3 PGC. Semua sudah kenal dengan saya di sana," katanya.
Kolaboasi dengan ojek pangkalan
Andi bersama Furqon, sudah berdiri mencari pelanggan. Setiap pengendara melintas, mereka menggerak-gerakkan kertas yang dipegangnya.
Andi mengaku mendapatkan penghasilan tambahan dari menawarkan jasa servis ponsel di jalan itu meski tak menentu.

"Enggak tentu, tergantung banyak pelanggan yang servis ke bos (Furqon). Tergantung berat ringan servisnya juga," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (2/6/2020).
Namun, rata-rata dalam sehari ia mendapatkan Rp 100 ribu.
Biasanya, pengendara yang datang untuk membetulkan ponsel karena kerusakan software atau layar.
Dalam sehari, pasti ada saja pengendara yang menepi. Ia belum pernah merasakan sepinya mendapatkan pelanggan. (TribunJakarta.com/SatrioSarwo)