Terbuai Gurihnya Nasi Uduk Kakek Suryadi di Kebon Kacang: Berdiri Sejak 1950

Nasi Uduk Kakek Suryadi bisa dibilang menjadi sang perintis jalan usaha nasi uduk di kawasan itu

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Jaisy Rahman Tohir
Nasi uduk, bumbu kacang, sambal dan lauk paru, babat serta tahu tersaji di atas meja pada Selasa (16/6/2020). 

Beras yang digunakan berasal dari beras pera sehingga seperti butiran nasi tidak lengket.

Aroma wangi nasi membuai dinding mulut. Paru dan babatnya pun terasa empuk ketika dipotong. Namun, kedua lauk itu masih terasa kenyal kala dikoyak.

Rasa gurih juga didukung dengan kehadiran bumbu kacang yang menyerupai bumbu sate.

Rasa manis pun terasa di mulut karena bumbu kacang juga dilumuri oleh kecap manis.

Uniknya, nasi uduk dibungkus ke dalam beberapa daun pisang berukuran kecil. Anda harus mengambil beberapa bungkus lagi bila perut terasa belum "nendang".

Nasi Uduk Kebon Kacang Pertama

Generasi ketiga Kakek Suryadi, cucunya, Abu Syahri (63) menceritakan awal mula berdirinya nasi uduk Kebon Kacang hingga dikenal sampai saat ini.

Abu mengklaim bahwa nasi uduk kakeknya lah yang merupakan warung nasi uduk pertama di Kebon Kacang yang buka dari sore sampai malam hari.

Sebelum memulai usaha nasi uduk, Suryadi bekerja menjadi seorang pembatik di kawasan Karet Tengsin.

Ia juga pernah bekerja sebagai penjual pisang goreng, kopi dan ketan.

Suryadi mulai berjualan nasi uduk ketika di tahun 1950 banyak penjual nasi uduk setiap pagi hari.

Para penjual itu menyunggih dengan kepala dan menenteng dagangan berkeliling jalan.

Namun, tidak ada yang menjualnya saat malam hari.

"Kakek mencoba dagang nasi uduk malam-malam. Nasi uduknya ternyata banyak yang minat, laku. Akhirnya keterusan sejak tahun 1950," kenang Abu.

Resep nasi uduk kala itu berasal dari istri Suryadi. 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved