Terbuai Gurihnya Nasi Uduk Kakek Suryadi di Kebon Kacang: Berdiri Sejak 1950
Nasi Uduk Kakek Suryadi bisa dibilang menjadi sang perintis jalan usaha nasi uduk di kawasan itu
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Pembuatan nasi uduk Kakek Suryadi hampir sama dengan nasi uduk pada umumnya.
Bedanya terletak pada satu bumbu rahasia yang Abu tak beberkan.
Kakek Suryadi awalnya hanya menyajikan nasi uduk beserta telor balado dan kering tempe.
Lambat laun, aneka lauk pun ditambah sate udang, jeroan sapi seperti babat dan paru, daging, dan ayam goreng.
Pertama Kali Jualan di Pasar Gandaria
Kakek Suryadi sempat tiga kali berpindah tempat berjualan nasi uduk di seputar kawasan Kebon Kacang.
Ia berjualan pertama kali di Pasar Gandaria. Namun, lapaknya digusur karena ada peremajaan pasar.
"Ketika digusur dapet tempat di dekat velbak, enggak mau karena deket tempat sampah. Akhirnya lapak itu dijadiin warung kelontong, kakek jualan nasi uduk di rumahnya di Kebon Kacang 1 pada tahun 1973," ceritanya.
Setelah itu pada tahun 1996, nasi uduk Kakek Suryadi pindah lagi ke rumah mertua Abu di Jalan Kebon Kacang 10 sampai sekarang.
Kakek Suryadi yang meninggal di usia 100 tahun pada tahun 1994 berpesan kepada Abu untuk melanjutkan usahanya.
Sebab, dua anak perempuan kakek memilih fokus menjadi ibu rumah tangga. Abu pun dianggap juga sudah lama ikut berjualan nasi uduk bersama kakek.
Kakek Suryadi melarang kerja Abu. Ia diminta untuk meneruskan usaha nasi uduknya lantaran sayang bila berhenti.
"Dari kakek langsung ke cucu. Karena saya ikut kakek dari kecil," pungkasnya.
Ia mengatakan saat ini pedagang yang menjual nasi uduk sudah banyak dimana-mana.
Salah satu makanan cepat saji pun juga sudah menyediakan nasi uduk untuk daya tarik.