Terbuai Gurihnya Nasi Uduk Kakek Suryadi di Kebon Kacang: Berdiri Sejak 1950
Nasi Uduk Kakek Suryadi bisa dibilang menjadi sang perintis jalan usaha nasi uduk di kawasan itu
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Seandainya mampir ke Kebon Kacang, rasanya kurang lengkap kalau belum menyantap kuliner nasi uduk yang sudah tersohor di Ibu Kota.
Ada sejumlah tempat nasi uduk yang sudah lama berjualan di daerah itu.
Namun, Nasi Uduk Kakek Suryadi bisa dibilang menjadi sang perintis jalan usaha nasi uduk di kawasan itu.
Warung nasi uduk itu sudah berdiri sejak tahun 1950.
Lokasinya berada di tengah permukiman penduduk di Jalan Kebon Kacang 10 nomor 12, Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Biar lebih mudah, patokannya dekat Apotek Aries.
Tidak sulit menemukan warung makan ini karena berada di tepi jalan dan ada plang besar bertuliskan Nasi Uduk H. Suryadi (Kakek) Kebon Kacang.
Bagian teras rumah disulap menjadi tempat makan.
Meja panjang berisi aneka lauk pauk yang diletakkan di atas piring pun tersaji di depan.
Ada sate udang, paru, daging, babat, tahu, tempe, juga potongan dada dan paha ayam.
Semua lauk itu tampak sudah diungkep. Tinggal pilih lauk di atas meja sesuai selera, nanti lauk akan digoreng beberapa saat.
Sambil menunggu selesai digoreng, nasi uduk dibungkus daun pisang, sambal dan bumbu kacang sudah disiapkan di atas meja.
Tak berselang lama, piring berisi paru, babat, dan tahu goreng sesuai pesanan tersaji di atas meja.
Mencecap Gurihnya Nasi Uduk

Ketika disantap, nasi uduk terasa gurih dan legit. Teksturnya pun tidak lembek.
Beras yang digunakan berasal dari beras pera sehingga seperti butiran nasi tidak lengket.
Aroma wangi nasi membuai dinding mulut. Paru dan babatnya pun terasa empuk ketika dipotong. Namun, kedua lauk itu masih terasa kenyal kala dikoyak.
Rasa gurih juga didukung dengan kehadiran bumbu kacang yang menyerupai bumbu sate.
Rasa manis pun terasa di mulut karena bumbu kacang juga dilumuri oleh kecap manis.
Uniknya, nasi uduk dibungkus ke dalam beberapa daun pisang berukuran kecil. Anda harus mengambil beberapa bungkus lagi bila perut terasa belum "nendang".
Nasi Uduk Kebon Kacang Pertama
Generasi ketiga Kakek Suryadi, cucunya, Abu Syahri (63) menceritakan awal mula berdirinya nasi uduk Kebon Kacang hingga dikenal sampai saat ini.
Abu mengklaim bahwa nasi uduk kakeknya lah yang merupakan warung nasi uduk pertama di Kebon Kacang yang buka dari sore sampai malam hari.
Sebelum memulai usaha nasi uduk, Suryadi bekerja menjadi seorang pembatik di kawasan Karet Tengsin.
Ia juga pernah bekerja sebagai penjual pisang goreng, kopi dan ketan.
Suryadi mulai berjualan nasi uduk ketika di tahun 1950 banyak penjual nasi uduk setiap pagi hari.
Para penjual itu menyunggih dengan kepala dan menenteng dagangan berkeliling jalan.
Namun, tidak ada yang menjualnya saat malam hari.
"Kakek mencoba dagang nasi uduk malam-malam. Nasi uduknya ternyata banyak yang minat, laku. Akhirnya keterusan sejak tahun 1950," kenang Abu.
Resep nasi uduk kala itu berasal dari istri Suryadi.
Pembuatan nasi uduk Kakek Suryadi hampir sama dengan nasi uduk pada umumnya.
Bedanya terletak pada satu bumbu rahasia yang Abu tak beberkan.
Kakek Suryadi awalnya hanya menyajikan nasi uduk beserta telor balado dan kering tempe.
Lambat laun, aneka lauk pun ditambah sate udang, jeroan sapi seperti babat dan paru, daging, dan ayam goreng.
Pertama Kali Jualan di Pasar Gandaria
Kakek Suryadi sempat tiga kali berpindah tempat berjualan nasi uduk di seputar kawasan Kebon Kacang.
Ia berjualan pertama kali di Pasar Gandaria. Namun, lapaknya digusur karena ada peremajaan pasar.
"Ketika digusur dapet tempat di dekat velbak, enggak mau karena deket tempat sampah. Akhirnya lapak itu dijadiin warung kelontong, kakek jualan nasi uduk di rumahnya di Kebon Kacang 1 pada tahun 1973," ceritanya.
Setelah itu pada tahun 1996, nasi uduk Kakek Suryadi pindah lagi ke rumah mertua Abu di Jalan Kebon Kacang 10 sampai sekarang.
Kakek Suryadi yang meninggal di usia 100 tahun pada tahun 1994 berpesan kepada Abu untuk melanjutkan usahanya.
Sebab, dua anak perempuan kakek memilih fokus menjadi ibu rumah tangga. Abu pun dianggap juga sudah lama ikut berjualan nasi uduk bersama kakek.
Kakek Suryadi melarang kerja Abu. Ia diminta untuk meneruskan usaha nasi uduknya lantaran sayang bila berhenti.
"Dari kakek langsung ke cucu. Karena saya ikut kakek dari kecil," pungkasnya.
Ia mengatakan saat ini pedagang yang menjual nasi uduk sudah banyak dimana-mana.
Salah satu makanan cepat saji pun juga sudah menyediakan nasi uduk untuk daya tarik.
Belum lagi, ada saja pedagang yang menggunakan nama nasi uduk Kebon Kacang di sejumlah wilayah.
• Puskesmas Ciracas Setiap Hari Target Lakukan 50 Tes Swab Covid-19
• Ramalan Zodiak, Rabu 17 Juni 2020: Scorpio Ada Pertikaian, Aries Jangan Enggan Bepergian Hari Ini
• Ramalan Zodiak Rabu 17 Juni 2020: Percintaan Capricorn Terasa Sulit, Taurus Berhenti Berpura-Pura
Menanggapi hal itu, Abu tidak masalah. Sebab, ia mengedepankan rasa pada nasi uduknya.
Istri Abu, Lukita (58) menambahkan malah yang menyantap nasi uduknya sudah turun temurun dari mulai bapaknya turun ke anak hingga cucunya.
Sebab, kalau bukan rasa, apa lagi yang membuat warung makan peninggalan kakeknya masih bisa bertahan hingga saat ini?