Sisi Lain Metropolitan
Eks Tukang Jahit Keliling Manfaatkan Halte 'Mati' dekat Pelabuhan Sunda Kelapa Jadi Tempat Cari Uang
Eks tukang jahit keliling manfaatkan Halte bus di Jalan Krapu, tepatnya di dekat gerbang masuk Pelabuhan Sunda Kelapa, Pademangan, Jakarta Utara.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Suharno
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Halte bus di Jalan Krapu, tepatnya di dekat gerbang masuk Pelabuhan Sunda Kelapa, Pademangan, Jakarta Utara, sudah tak lagi berfungsi selayaknya.
Lantaran tak ada lagi bus yang melintasi daerah itu, pengguna angkutan umum nampaknya juga enggan menunggu di halte tersebut.
Di balik tak berfungsinya lagi halte tersebut, ada seorang pria bernama Casmono (38) yang melihat adanya potensi dari halte itu.
Bagi sebagian orang halte itu bisa jadi halte 'mati'. Tapi bagi Casmono, kehidupannya beberapa tahun belakangan ini sedikit banyak ditopang dari apa yang ia lakukan di halte 'mati' tersebut.
• Apa Benar Pembuktian WHO Soal Covid-19 Bisa Menular Melalui Udara? Begini Video Animasinya
Sejak 2009, halte bus itu sudah dimanfaatkan Casmono untuk mencari uang sebagai tukang jahit yang sering juga disebut tukang vermak levis.
"Ini halte mah halte 'mati'. Udah nggak ada lagi yang pake untuk tunggu angkot di sini," kata Casmono saat dijumpai TribunJakarta.com pada Rabu (8/7/2020) malam.
Sehari-harinya, pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, itu mulai membuka lapaknya di halte tersebut sekitar pukul 17.00 WIB sampai seselesainya.
Lapak menjahit yang dibukanya di halte itu juga terbilang sederhana. Casmono hanya menempatkan meja jahit beserta alat penjahit manual yang ia beli seharga Rp 700.000 pada tahun 2015.
• Bocah 7 Tahun Hampir Jadi Korban Penculikan Modus Bekap Pakai Tisu di Depok, Polisi: Sukmajaya Rawan
Diungkapkannya, alat dan meja jahit itu masih menjadi andalannya meskipun sudah termakan usia. Sebab, ia belum punya uang lebih untuk membeli yang baru.
"Ini sudah sering kena hujan sampai keropos begini. Sebenarnya sudah layak ganti tapi duit lagi susah, jadi untuk kebutuhan lain," ucap Casmono.
Selain peralatan menjahit, tidak lupa juga sebuah bohlam dipasang di halte itu demi memberikan penerangan seadanya saat menjahit malam hari.
Kata Casmono, menjahit di halte yang sangat berdekatan dengan pelabuhan menimbulkan rasa cemas dengan sendirinya.
• Ridwan Kamil Sebut Hanya 1 Kota di Jabar Boleh Buka Sekolah, Kota Bekasi Tetap Gelar KBM Tatap Muka
Rasa cemas itu timbul bukan dari razia Satpol PP atau pengelola pelabuhan yang bisa menutup usahanya.
Rasa cemas itu dirasakan karena setiap harinya, terutama di malam hari, jalanan di depan halte tersebut selalu dilintasi truk trailer.
Casmono terkadang harus menoleh ke arah jalan apabila terdengar suara bising truk trailer yang melintas.
Itu menjadi suatu cara menjaga dirinya tetap waspada karena ia tak mau tewas ditabrak truk trailer.
• Kasatpol Konfirmasi Foto Para Anggota Pakai Sepeda Brompton Ratusan Juta: Buat Makan Aja Susah
Apalagi, beberapa waktu lalu halte tempatnya membuka lapak menjahit sempat ditabrak truk yang melintas.
Beruntung, saat itu lapak Casmono sudah tutup.
"Waktu itu halte ini pernah ditabrak truk. Saya lagi nggak di sini, karena waktu itu kejadiannya jam 2 (dini hari)," kata Casmono.
Menjadi tukang jahit di halte bekas nyatanya bukan pekerjaan pertama yang dilakukan bapak anak satu ini.
• Jadwal Masuk Sekolah Mulai Senin 13 Juli, Ini Daftar Wilayah Zona Hijau yang Boleh Buka Sekolah
Sebelum menetap di halte itu, Casmono sempat menjadi tukang jahit keliling yang beroperasi di dalam kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
"Saya di sini (halte) dari 2009. Sebelumnya keliling dari tahun 2007 sampe 2013 kalau enggak salah," kata Casmono.
Sebelum menjadi tukang jahit di halte secara penuh, Casmono pernah menjalankan dua shift pekerjaan. Dari pagi hingga sore ia akan berkeliling di dalam kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Sementara dari sore sampai malam baru ia akan menetap di halte.
Namun, seiring waktu berjalan pengelola pelabuhan sudah tak lagi memperbolehkan tukang jahit keliling masuk ke dalam.
Alhasil, Casmono pun memanfaatkan halte tersebut secara penuh untuk lapak jahitnya.
Adapun selama membuka lapak menjahit di halte dekat pelabuhan, otomatis pelanggan Casmono adalah orang-orang yang beraktivitas di sana.
Selain nelayan, polisi dan turis yang melintas kerap kali menggunakan jasa Casmono untuk membuat pakaian mereka bagus kembali.