Menyingkap Tabir Kelezatan yang Melegenda Mie Linggarjati di Bandung Sejak 1950
Kota Bandung menyimpan segudang kuliner lawas yang masih bertahan sampai saat ini. Satu diantaranya Mie Linggarjati.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Menurut saya, mie ayam yang disantap bersama babat dan sambal tauco merupakan perpaduan menarik yang jarang ditemui selama saya menjelajah kuliner bakmi Cina.
Malahan, jelas Dedo, menyantap mie ayam di Linggarjati tanpa babat seakan ada kepingan rasa yang hilang.
Beberapa pelanggan bahkan urung makan ketika babat tidak tersedia.
"Kalau enggak ada babat, kadang pelanggan balik lagi enggak jadi makan," katanya kepada TribunJakarta.com.
Setelah tuntas menandaskan semangkuk mie dan babat, segelas alpukat kocok menjadi hidangan pencuci mulut sebelum beranjak pergi.
• Fitur Lengkap Pelayanan Pajak Online Dihadirkan demi Permudah Masyarakat Lapor
Minuman alpukat ini tidak diblender melainkan hanya dikocok sehingga masih menyisakan dagingnya.
Di atas gelas berisi alpukat kocok diisi serutan es yang disiram sirup moka.
Alpukat kocok menjadi penetralisir selepas menyantap hidangan "surga" itu.
Sepenggal Nostalgia
Rumah Makan Linggarjati tidak tergerus zaman yang terus berderap maju.
Sulur demi sulur mie ini tetap memanjakan lidah warga Bandung sendiri maupun warga luar kota.
• Nasi Uduk Gondangdia Sejak 1993: Kuliner Legendaris Betawi Berbentuk Kerucut Racikan Orang Minang
Kini rumah makan ini diteruskan oleh generasi kedua, Agus Rusmana (82).
Banyak pelanggan yang datang berasal secara turun temurun.
Seperti sepotong kenangan yang kadung melekat di benak Susy Dhamayanti (53).
Kepada TribunJakarta, ia mengenang masa kecilnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jakarta/foto/bank/originals/suasana-rumah-makan-linggarjati-di-kota-bandung-1.jpg)