Food Story
Meracik Kopi Lewat Mata Hati, Pesan Barista Tuna Netra: Berjuang dan Pantang Menyerah
Lewat kecintaannya terhadap kopi dan ketekunannya untuk selalu belajar, Hilmy kini jadi barista di kedai kopi bernama Mata Hati Koffie
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Sampai akhirnya, ia membuat kedai kopi sendiri dan menyajikannya lewat rasa dan hatinya.
Awal membuat toko kopi bermula dari pertemuan dengan seorang pemilik tempat kopi Tadi Pagi Coffee & Roastery bernama Teguh AW.
Sebelumnya, Hilmy juga sudah pernah berkerjasama dengan Teguh AW dalam bisnis biji kopi secara daring dengan jenama Blind Coffee Me.
"Saya jual kopi itu lewat online dari rumah. Ambilnya (biji kopi) ke mas Teguh," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Sabtu (25/7/2020).
Setelah itu, melihat kecintaannya dengan kopi, Hilmy disarankan Teguh AW membuat kedai kopi sendiri di rumah.
Ibu Hilmy, Hikmah Al Musawa (42) yang sudah cukup lama kenal dengan Teguh AW kemudian memfasilitasi Hilmy membuat kedai kopi sendiri.
Garasi rumahnya disulap menjadi sebuah kedai kopi bergaya kekinian.
Lewat racikan tangan Teguh AW, Hilmy diajarkan bagaimana meracik kopi dengan benar. Sampai akhirnya ia terampil.
"Saya dilatih selama sehari di Cafe Tadi Pagi sama mas Teguh AW," ujar mahasiswa semester enam jurusan Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Jakarta tersebut.
Setelah itu sekira pada tanggal (5/2/2020) Kedai Mata Hati Koffie buka perdana di rumahnya, Kawasan Pondok Cabe Ilir, Tangerang Selatan, Banten.
Dalam kesehariannya meramu kopi, Hilmy dibantu dua temannya, Munawaroh (22) dan Ahmad Ruyani (22).
Munawaroh, atau akrab disapa Mumun, ditugaskan sebagai kasir dan pengontrol situasi ruangan pembuat kopi.
Terkadang, ia mengingatkan Hilmy kala meracik kopi.
Sedangkan Ahmad yang menderita low vision ditugaskan menjadi barista kopi panas seperti V60, Kopi Tubruk, atau Vietnam Drip.
Butuh Konsentrasi