Virus Corona di Indonesia
Upaya Kelompok Marginal Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Bagi orang dengan disabilitas, akses terhadap informasi dan bantuan sosial menjadi permasalahan selama pandemi.
"Kami juga memastikan layanan kesehatan di Rumah COVID yang diinisiasi pemerintah kabupaten inklusif dengan menyediakan materi komunikasi untuk kelompok marginal. Kami juga melakukan validasi data yang menjadi basis penyaluran program perlindungan sosial. Hampir 100% difabel di Kabupaten Sukoharjo mendapatkan bantuan," ucapnya.
Vivi Yulaswati, Staf Ahli Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh berbagai kelompok dan organisasi masyarakat sipil.
“Belajar dari COVID-19 ternyata modal sosial dan modal manusia menjadi kunci untuk kita sama-sama belajar menerapkan dan membangun dampak positif. Kemitraan kita bisa mulai dari partisipasi, memberikan kesempatan, akuntabel, dan menggunakan contoh konkret dari teman-teman yang ada di lapangan," ujarnya.
Dengan pandemi COVID-19 yang belum menampakkan situasi yang membaik, semakin maraknya informasi tidak akurat, dan kejenuhan masyarakat, penting untuk belajar dari praktik baik yang sudah dilakukan kelompok masyarakat yang termarginalkan.
Pemerintah perlu melihat dan menggunakan modal sosial yang sudah ada dan menengahkan mereka yang terpinggirkan.
Telah terbukti dan dapat dilihat bagaimana mereka bertahan dan bergerak di tengah pandemi dan menjadi tangguh meski dengan berbagai kondisi ketimpangan dan keterbatasan. Sudah saatnya untuk menengahkan yang terpinggirkan, kelompok-kelompok yang termarginalkan.
Sementara itu Wawan Mas’udi, Wakil Dekan Fisipol UGM menggarisbawahi pentingnya gerakan kolektif.
“Upaya akar rumput untuk memperjuangkan inklusi menunjukkan bahwa masyarakat inklusif bukan sesuatu yang given. Kewargaan inklusif adalah sesuatu yang harus terus diupayakan melalui gerakan, secara kolektif,” tegasnya.