Food Story
Habiskan Seharian di Pasar Baru, Jangan Lewatkan 3 Kuliner Legendaris Ini
Daftar tiga kuliner legendaris di Pasar Baru, Jakarta Pusat yang enak dan memuaskan hasrat makan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, SAWAH BESAR - Pasar Baru atau dulu pada zaman Batavia lebih dikenal dengan Passer Baroe, tidak saja menjadi pusat perbelanjaan tertua di Jakarta.
Di samping surga belanja berbagai produk, Pasar Baru juga menyimpan beberapa kuliner legendaris yang enak.
Bila anda mampir ke Pasar Baru di jam waktu makan siang, sempatkan mampir ke 3 tempat ini.
Eits tunggu, tentu tidak perlu semuanya anda sambangi demi memuaskan hasrat makan di kala siang.
Tempat makan yang belum dipilih mungkin bisa dicoba di lain kesempatan.
Berikut beberapa tulisan kuliner legendaris di Pasar Baru.
1. Bakmi Gang Kelinci

Di Jalan Kelinci Raya, ada satu tempat makan legendaris di Pasar Baru bernama Bakmi Gang Kelinci.
Rasanya kurang afdal bila pengunjung yang belanja ke Pasar Baru tapi belum mencicipi bakmi ini.
Restoran yang sudah berdiri sejak tahun 1957 itu memang menyajikan bakmi cina yang nikmat.
Seingat saya di waktu makan siang, sebelum pandemi Covid-19, restoran ini ramai sekali.
Seluruh bangku terisi penuh pengunjung. Pelayan sibuk melayani pesanan dan mengantarkannya ke meja makan.
Namun, setelah pandemi melanda, tepatnya di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Transisi, suasana pengunjung tak ramai akan tetapi tak sepi juga.

Suasananya agak terasa berbeda lantaran banyak bangku dan meja yang dihilangkan dari lantai satu demi menerapkan social distancing.
Soal makanan, saya selalu menyantap bakmi spesial AK. Semangkuk mie dengan taburan potongan daging ayam asin dan daging ayam kecap yang mantap di lidah.
Di daftar menu, tidak tersedia bakmi pangsit goreng atau rebus dan bakmi bakso. Makanan pendamping itu harus dipesan terpisah.
Tidak lengkap bila belum memesan pangsit gorengnya. Bisa pesan isi dua atau lima buah.
Sambil menunggu, anda bisa memesan lebih dulu ngohiong udang sebagai appetizer. Namun, enak juga disantap bersama bakmi bila datangnya berbarengan.
2. Soto Padang H Mangkuto

Pasar Baru tak hanya identik dengan sentuhan tionghoa, Tanah Minang juga menyumbangkan kontribusi kuliner di sini.
Di antara deretan ruko-ruko di Jalan Pintu Air Raya, ada tempat makan Minang yang khusus menjual Soto. Namanya Soto Padang H Mangkuto.
Soto Padang legendaris ini berdiri sejak 1966 di Ibu Kota. Dalam semangkuk soto, terdapat perkedel kentang, sejumput sohun, taburan daging, seledri dan bawang goreng.
Daging soto padang H Sutan Mangkuto bertekstur garing atau crispy dan kuah yang sarat rempah berwarna kuning.
Aroma harum kuah sotonya saja sudah menerbitkan air liur saya.
Sesapan pertama kuah soto yang kental terasa gurih.

Potongan daging sapi kehitam-hitaman yang digoreng sampai kering terasa crispy kala digigit.
Menyantap soto padang juga bisa dinikmati bersama telur asin atau paru goreng yang tersaji di meja makan.
Dalam sepenggal sejarah restoran Soto Padang H Sutan Mangkuto di meja makan, mendiang pengamat kuliner terkenal, Bondan Winarno sempat mengomentari rumah makan itu.
Menurut Bondan, dalam bukunya berjudul "100 mak nyus Jakarta", Soto Padang H Sutan Mangkuto merupakan perintis soto padang di Jakarta dan juga soto favoritnya.
3. Koh Atek

Kuliner yang satu ini lebih masuk ke dalam kategori jajanan. Cakwe dan kue bantal Koh Atek juga terkenal di kawasan Pasar Baru.
Tempat Cakwe Koh Atek berada di Gang sempit bernama Gang Belakang Kongsi.
Kebanyakan orang mengira gang ini disebut Gang Kelinci, sesuai nama dari restoran bakmi Gang Kelinci. Padahal bukan.
Di Gang ini lah, Koh Atek (64) menggoreng adonan cakwe dan kue bantal di sebuah wajan (wok) berisi minyak kelapa yang berlimpah.
Kata Koh Atek, yang membuat enak cakwe salah satunya dari penggunaan minyak kelapa merek Barko.
Selain itu, minyak Barko membuat rasa cakwenya khas.
Dulu Koh Atek menjual cakwe hingga malam hari.

Namun, sekarang berbeda. Jangan datang menjelang magrib. Wah, anda pasti sudah ditinggal pergi Koh Atek pulang.
Soalnya, ia hanya buka dari tengah hari sampai sore sekitar jam 16.00 WIB.
Saat jam makan siang, biasanya banyak yang mengantre untuk membeli cakwe Koh Atek dan kue bantalnya.
Cakue dan kue bantal seharga Rp 6 ribu per buah.
Kini selama pandemi Covid-19, Koh Atek ditemani oleh istrinya, Lie Pin Tui (57) kala menjajakan cakwe di tempat sederhana di dalam gang sempit itu.
Bila tidak bisa ke Pasar Baru, anda bisa memesannya via layanan daring.
Demikianlah hasil liputan saya seputar kuliner di Pasar Baru beberapa waktu lalu.
Pastinya ini masih sedikit dari banyaknya kuliner di sana yang belum terungkap dalam tulisan ini, barangkali ada yang mau menambahkan?