Virus Corona di Indonesia

Kronologi Lengkap Seorang Relawan Vaksin Positif Terinfeksi Covid-19, hingga Penjelasan Ahli

Seorang relawan vaksin Covid-19 yang dirahasiakan identitasnya positif Covid-19. Tes swab dilakukan setelah ia pulang dari Semarang.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Tribun Jabar/Muhamad Syarif Abdussalam
Simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kota Bandung, Kamis (6/8/2020). 

TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang relawan vaksin Covid-19 yang dirahasiakan identitasnya positif Covid-19.

Tes swab dilakukan setelah ia pulang dari Semarang.

Relawan tersebut belum dipastikan disuntikkan vaksin atau plasebo.

Sebab, relawan dibagi menjadi dua kelompok yang disuntik vaksin dan plasebo.

Peneliti Utama Vaksin Covid-19 Unpad, Prof Kusnandi Rusmil menegaskan bahwa hasil pemeriksaan apus hidup tersebut bukan berasal dari tim penelitian tapi hasil dari program pemeriksaan pemeriksaan swab nasofaring oleh pemerintah.

Kusnandi memastikan satu relawan yang positif Covid-19 bukan akibat vaksin yang sudah disuntikkan.

 

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil didampingi Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriady, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, dan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Ade Eddy Adhyaksa, memperlihatkan lengan kanannya seusai disuntik vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8/2020). Keempat pejabat tersebut resmi menjalani penyuntikan atau uji klinis tahap III Vaksin Sinovac Covid-19 dengan menjalani banyak prosedur, dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan kondisi tubuh, rapid test, penyuntikan, kemudian menunggu reaksi penyuntikan selama 30 menit. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil didampingi Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriady, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, dan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Ade Eddy Adhyaksa, memperlihatkan lengan kanannya seusai disuntik vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8/2020). Keempat pejabat tersebut resmi menjalani penyuntikan atau uji klinis tahap III Vaksin Sinovac Covid-19 dengan menjalani banyak prosedur, dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan kondisi tubuh, rapid test, penyuntikan, kemudian menunggu reaksi penyuntikan selama 30 menit. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Relawan yang tidak disebutkan identitasnya itu, kata Kusnandi, diketahui positif Covid-19 setelah melakukan swab test, saat akan mendapat suntikan vaksin kedua.

Menurut Kusnandi, dugaan sementara relawan tersebut terinfeksi virus corona setelah melakukan perjalanan ke Semarang, Jawa Tengah.

"Jadi dia sudah disuntik pertama kali, kemudian pergi (ke Semarang), pas pulang dicek lagi swab-nya positif," ujar Prof Kusnandi Rusmil, dalam keterangannya, Kamis (10/9/2020).

Saat ini, kata dia, sudah ada 450 relawan yang mendapat suntikan vaksin Sinovac dari China.

Dari jumlah tersebut, 200 relawan sudah mendapat suntikan pertama dan 250 lainnya baru mendapat suntikan pertama.

Relawan lainnya tidak ada yang melaporkan keluhan besar dan tak ada yang masuk rumah sakit.

"Sampai sekarang belum ada yang masuk ke rumah sakit karena sakit, semuanya biasa saja. Keluhannya demam, nyeri yang dalam dua hari hilang. Jadi, seperti suntik biasa saja di puskesmas kalau imunisasi," katanya.

Petugas yang menangani pun, kata Kusnandi, melakukan pemantauan baik itu 30 menit setelah penyuntikan maupun saat relawan pulang ke rumah masing-masing.

"Tiga puluh menit pertama kita lihat, ada alergi atau tidak, ada memar atau tidak, terus dihubungi lagi dua hari berturut-turut dengan telepon," ucapnya.

Kusnandi mengimbau agar para relawan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan meskipun sudah disuntik vaksin.

Berdasarkan ketentuan, kata dia, relawan tak boleh keluar kota dan menjaga kondisi tubuh dan imunitas.

"Relawan tetap mesti physical distancing dan cuci tangan dan pakai masker," katanya.

Sebelumnya diberitakan, satu Relawan Covid-19 harus mendapat penyuntikan ulang, setelah dinyatakan positif Covid-19.

Kusnandi Rusmil mengatakan relawan yang telah disuntik vaksin itu dipastikan terinfeksi virus setelah pulang dari Semarang.

Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriady dan Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto mengenakan masker dan pelindung wajah melambaikan tangan saat tiba di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8/2020). Ridwan Kamil bersama Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudy Sufahriady dan Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto menjalani sejumlah tes kesehatan dan tes usap di Puskesmas Garuda sebagai tahapan yang harus dilakukan oleh relawan vaksin sebelum dilakukan penyuntikkan atau uji klinis tahap III Vaksin Sinovac Covid-19. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriady dan Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto mengenakan masker dan pelindung wajah melambaikan tangan saat tiba di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8/2020). Ridwan Kamil bersama Kapolda Jawa Barat, Irjen Rudy Sufahriady dan Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto menjalani sejumlah tes kesehatan dan tes usap di Puskesmas Garuda sebagai tahapan yang harus dilakukan oleh relawan vaksin sebelum dilakukan penyuntikkan atau uji klinis tahap III Vaksin Sinovac Covid-19. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Meskipun sudah terinfeksi, kata dia, relawan itu bakal disuntik ulang.

"Jadi dia sudah disuntik pertama kali, kemudian pergi (ke Semarang), pas pulang dicek lagi swab-nya positif," ujar Kusnandi, dalam keterangannya, Kamis (10/9/2020).

Menurut Kusnandi, relawan tersebut terinfeksi virus corona bukan akibat vaksin.

Sebab, kata dia, virus yang disuntikkan kepada relawan sudah dimatikan.

Kusnandi tidak menyebutkan identitas relawan yang terinfeksi tersebut.

"Positifnya bukan (dari vaksin). Kalau vaksin kan yang disuntikkan virus yang mati. Dia jalan-jalan ke Semarang," katanya.

Sebenarnya, kata dia, yang tidak boleh menjadi relawan itu warga yang pernah terpapar Covid-19.

Namun, jika sudah mendapat suntikan vaksin dan positif Covid-19, langkah selanjutnya adalah dilakukan penyuntikan ulang.

"Kalau di masyarakat memang kalau positif pertama kali itu enggak boleh ikut, tapi pemantauan itu kalau dia positif dari mana-mana kita ulang (penyuntikan) dan kita pantau," ucapnya.

Bukan berarti vaksin gagal

Menanggapi hal tersebut Ahli Biologi Molekuler Indonesia Ahmad Utomo mengungkapkan bahwa peristiwa ini tidak berarti bahwa vaksin gagal memproteksi dari infeksi virus corona.

"Ini bukan gagal proteksi, karena kita masih melakukan uji klinis. Sebab, uji klinis masih akan berlangsung hingga Desember 2020 atau Januari 2021," kata Ahmad kepada Kompas.com, Minggu (13/9/2020).

Kendati demikian, hal yang perlu ditekankan dalam kasus ini, kata Ahmad, yakni status relawan pada pasien tersebut.

Sebab, menurut dia, status tersebut tidak perlu dibuka, namun memang statusnya sebagai penyintas Covid-19 perlu dipublikasikan.

Tujuannya, untuk keperluan tracing atau kontak telusur sebagai upaya mengendalikan potensi penularan virus.

Menjelaskan perihal kasus relawan vaksin corona terinfeksi Covid-19 tersebut, Ahmad menyampaikannya dalam video yang diunggahnya di situs YouTube.

Namun, terkait klaim masyarakat bahwa vaksin Sinovac yang sedang diuji klinis itu gagal, Ahmad menduga ada pemahaman yang tidak tersampaikan.

Uji klinis vaksin corona buatan Sinovac, perusahaan bioteknologi asal China itu, saat ini sedang dalam uji fase 3 yang dilakukan oleh Universitas Padjajaran, Bandung.

"Dalam bayangan masyarakat, sebanyak 1.600 relawan itu, kesemuanya diberikan vaksin. Kalau menganggapnya demikian, maka wajar jika mereka gagal, kok, sudah divaksinasi masih terkena Covid-19," kata Ahmad.

Padahal, penting memahami bahwa dalam uji klinis vaksin Sinovac, ribuan relawan yang menjadi sampel tidak semuanya akan disuntik dengan vaksin.

Kelompok plasebo dan vaksin

Ahmad menjelaskan dari 1.600 orang, terbagi dua kelompok relawan, satu kelompok diberikan vaksin Sinovac, sedangkan kelompok kedua hanya diberikan plasebo.

Hal yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah, kata Ahmad, uji klinis untuk melihat efektivitas vaksin yakni dilakukan secara acak atau randomisasi yang sifatnya "double blind".

"Artinya, baik yang divaksinasi maupun yang memberi vaksinasi, sama-sama tidak tahu, apakah yang disuntikkan tersebut vaksin atau plasebo," jelas Ahmad.

Demikian juga pada kasus relawan vaksin terinfeksi Covid-19, dia juga tidak mengetahui apakah dirinya mendapatkan vaksin virus corona atau hanya plasebo.

"Jadi ini bukan satu bukti bahwa vaksin itu telah gagal. Kita akan lihat sekitar bulan Desember 2020 atau Januari 2021, akan dibuka datanya. Lalu dianalisa dan dibandingkan," ungkap Ahmad.  

Data tersebut akan menunjukkan perbandingan dari kelompok yang diberikan vaksin dan yang diberikan plasebo, mana yang lebih banyak terinfeksi Covid-19.

Perbandingan ideal efektivitas vaksin

Lebih lanjut Ahmad menjelaskan bahwa nantinya pada akhir tahun 2020 atau awal 2021, data uji klinis akan sedikit menunjukkan hasil perbandingan dari dua kelompok relawan yang telah diberikan vaksin dan plasebo.

Ahmad mengungkapkan apabila hasilnya menunjukkan bahwa lebih banyak relawan yang divaksin terkena Covid-19, maka secara etika uji klinis tersebut harus dihentikan.

"Tetapi kalau misalnya sama-sama tidak terjadi Covid-19 itu hingga Desember maupun Januari, maka itu juga dianggap gagal," ungkap Ahmad.

Kenapa hal ini bisa mungkin terjadi, Ahmad menjelaskan pemerintah Jawa Barat sangat agresif dalam mengkampanyekan 3T (test, tracing, treatment) dan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak).

Akibatnya, bisa saja perilaku dan penerapan protokol kesehatan ini membuat masyarakat menjadi terhindar dari infeksi.

"Tapi sebenarnya targetnya di bulan Juli. Kalau Desember atau Januari nanti tidak ada kasus Covid-19 yang ditunjukkan pada relawan, maka uji klinis akan diperpanjang sampai Juli," imbuh Ahmad.

Idealnya uji klinis vaksin Sinovac ini efektif jika terdapat 0 kasus Covid-19 per 800 orang (relawan disuntik vaksin).

Dan 80 kasus Covid-19 per 800 orang (disuntik plasebo).

"Artinya, berarti vaksin corona ini memberikan proteksi 100 persen terhadap infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2," jelas Ahmad.  (KOMPAS.com/Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas/TribunJabar/Fidya Alifa Puspafirdausi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Relawan Kena Covid-19, Apakah Vaksin Corona Sinovac Gagal? Ini Kata Ahli"

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Relawan Positif Covid-19 Setelah dari Semarang, Disuntik Vaksin Lagi, Lainnya Tak Ada yang Masuk RS

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved