Antisipasi Virus Corona di Tangsel
Cerita Handoko : Instruktur Senam di Rumah Isolasi Covid-19 Hingga Ciptakan Gerakan 3M Didi Kempot
Pria 58 tahun itu tengah menjadi instruktur senam di tempat isolasi orang-orang yang terpapar virus corona di Rumah Lawan Covid-19 Tangsel.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Elga H Putra
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Berdiri paling tinggi di atas panggung berukuran 2x2 meter, Handoko bergerak harmoni dengan alunan musik yang melantang dari speaker besar di sampingnya.
Tangan kanan bergerak ke kiri, kaki kanan memanjang ke kanan, sekali waktu membentuk kuda-kuda, tepuk tangan di ketukan tertentu. Handoko bergerak lincah namun tertata.
Di depannya, puluhan pasien Covid-19 mengikuti serius sambil bermandikan siraman matahari pagi.
Pria 58 tahun itu tengah menjadi instruktur senam di tempat isolasi orang-orang yang terpapar virus corona di Rumah Lawan Covid-19 Tangsel, Ciater, Serpong, Minggu (4/10/2020).
Di sela-sela senam yang dibarengi alunan musik, Handoko berceloteh jenaka dan membuat tawa di wajah para pasien.
Kepada TribunJakarta.com, Handoko mengaku sudah terjun selama 12 tahun dalam dunia senam.
Melihat pandemi Covid-19, nuraninya tergerak. Ilmu senam kesehatan yang tidak dimiliki semua orang itu ingin ia gunakan untuk membantu peramg melawan Covid-19.
Handoko merasa, peningkatan imun yang menjadi senjata utama memerangi penyakit ganas itu, erat berkaitan dengan olahraga senam yang digelutinya.
Ikhlas Demi Pasien Sembuh
Ikhlas, itu kata yang ia lontarkan kala bicara mengenai imbalan. Handoko hanya ingin melihat pasien sembuh lebih cepat dan tetap bugar.
"Kalau saya sendiri tidak memandang full untuk mencari duit di sini. Bahkan kalau mau dibayar, enggak sanggup membayar saya. Saya ikhlas dari jiwa saya mau melayani mereka sampai sehat kembali, sampai pulang kembali," tutur pria 58 tahun itu.
Handoko menyadari, senam biasa atau bergerak untuk mencari keringat sudah bisa membangkitkan imun. Tetapi jika gerakan yang dilakukan berdasarkan ilmu tentang kesehatan maka akan lebih efektif dan berguna.
Ia menjelaskan sejumlah senam dan manfaaatnya untuk berbagai organ tubuh dan penyakit.
"Yang kita ajarkan adalah senam terapi, kesehatan buat jantung, buat paru, senam osteoporosis, senam rehabilitasi, termasuk buat diabetes melitus. Jadi kita senamnya senam terapi. Kalau Covid-19 kan mengarahnya ke paru-paru, itu yang cocok senamnya pernapasan," paparnya.

• Mulai Hari Ini, Hotel Kyriad Kota Tangerang Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19 Berstatus OTG
Dengan senam yang tepat, tubuh akan merespons lebih baik dan menjadi lebih prima.
"Biasanya badan itu segar kembali karena kita mengacu pada saya tahan tubuh. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat," ujarnya.
Senam "Ojo Mudik" Didi Kempot
Perkara musik yang digunakan juga penting. Handoko bahkan menciptakan gerakan senam untuk lagu Didi Kempot berjudul "Ojo Mudik".
Lagu yang diciptakan sang legenda musik campur sari itu berkaitan dengan anjuran menerapkan protokol kesehatan.
Baginya, lagu sang maestro sangat tepat untuk mengampanyekan gaya hidup bersih dan sehat dalam mengantisipasi Covid-19.
"Itu ada lagu salah satunya 'Ojo Mudik', waktu masih gencar-gencarnya Covid-19, Didi Kempot menciptakan itu, saya langsung bikin gerakan, mereka pada suka juga. Saya bikin sendiri jaga jarak cuci tangan pakai masker, jadi mereka selalu ingat. Saya menanamkan ini harus selalu ada. Selalu disampaikan pas senam," ujarnya.

Takut Tertular
Bukan tanpa rasa takut. Datang ke rumah isolasi Covid-19 dan bertemu pasien dengan jarak yang cukup dekat, tetap membuat Handoko khawatir.
Baginya, ia bisa saja tertular, di manapun. Yang lebih membuatnya khawatir, Handoko takut menularkan virus ganas itu kepada keluarganya, ibunya.
Di rumahnya, sang Ibu merupakan penderita stroke. Covid-19 bisa berdampak sangat berbahaya.
"Saya takutnya cuma satu, saya bawa pulang penyakit ini rumah. Karena saya punya orang tua juga ke rumah, punya orang tua yang usianya cukup tua juga di rumah 85 tahun dan saat ini stroke," ujarnya.
Namun tekad mulia ingin jadi bermanfaat dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, membuatnya yakin virus tidak mudah masuk ke dalam dirinya.
"Sudah, setiap dua minggu sekali saya tes, negatif," ujarnya.