Cerita Pedagang Bunga Rawajati: Ditinggal Pergi Acara Nikahan, Bertahan Hidup dari Ucapan Duka
Pandemi Covid-19 turut menghantam perekonomian para pedagang bunga. Pesanan papan karangan bunga untuk ucapan selamat menikah menurun drastis.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Dalam sebulan, Ani hanya meladeni pesanan karangan bunga untuk satu atau dua pesanan saja.
Itu pun kebanyakan untuk ucapan duka cita.
Selain untuk acara pernikahan, ada juga pembeli yang memesan untuk acara wisuda atau sidang anak kuliah.
"Tapi sekarang enggak ada. Paling ada satu, seringnya enggak ada," keluhnya.
Ia juga pernah mendapatkan pesanan ucapan duka cita untuk orang yang positif Covid-19.
Namun, pesanan itu di tengah jalan dibatalkan.
Pihak keluarga tidak bersedia dikirimkan karangan bunga ke rumahnya.
• Buruh Desak DPRD Kota Bekasi Berikan Rekomendasi Betalkan UU Omnibus Law Cipta Kerja
• Kepergok Mencuri, Maling di Duren Sawit Merengek Minta Ampun ke Warga
"Datanya udah masuk, tapi akhirnya di-cancel karena pihak keluarga enggak menerima," lanjutnya.
Annisa (49), pedagang bunga di sebelah Ani, juga mengatakan pendapat serupa.
Ia menceritakan beberapa waktu silam ketika Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta tutup usia, Saefullah, deretan kios bunga RawaJati banjir orderan.
Hampir semua pedagang kebagian pesanan untuk mengerjakan ungkapan bela sungkawa kepada mendiang pejabat periode 2014 sampai 2020 tersebut.
Namun, pesanan itu akhirnya dibatalkan lantaran Pemprov DKI Jakarta dan pihak keluarga tidak berkenan untuk dikirimkan karangan bunga.
Biasanya dalam sebulan, Annisa bisa meladeni orderan ucapan selamat menikah sebanyak 10 papan.
Kini, paling hanya sekitar tiga papan untuk acara nikahan.