Kisah Tragedi Suami Korban Longsor di Ciganjur: Maut Menjemput Sang Istri saat Siapkan Makan Malam

Di teras rumah mertuanya di Kawasan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, ia sedang menjamu sejumlah kerabat yang datang menjenguknya.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Elga H Putra
Tribun Jakarta/Satrio Sarwo Trengginas
Ade Chandra, suami dari korban yang tewas tertimpa longsor di Ciganjur RT 004 RW 002 Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan saat ditemui pada Senin (12/11/2020). 

Brek!! begitu suara reruntuhan yang terdengar Ade.

Ia panik saat tahu rumahnya mendadak porak poranda.

Anaknya berteriak meminta pertolongannya. Begitu juga keponakannya. Ade melihat mereka dalam kondisi selamat.

Namun, suara istrinya yang sesaat sebelum kejadian sedang berbincang dengan keponakannya, tak lagi terdengar.

Ade Chandra, suami dari korban yang tewas tertimpa longsor di Ciganjur RT 004 RW 002 Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan ditemui pada Senin (12/11/2020).
Ade Chandra, suami dari korban yang tewas tertimpa longsor di Ciganjur RT 004 RW 002 Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan ditemui pada Senin (12/11/2020). (Tribun Jakarta/Satrio Sarwo Trengginas)

"Istri saya lagi mengaduk-aduk nasi mau mempersiapkan makan malam di ruang tengah. Begitu kejadian, suara brek terdengar. Saya sudah tidak mendengar lagi suara istri saya," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Senin (12/11/2020).

Tanpa pikir panjang, Ade langsung mencari keberadaan Wudiar di tengah lautan reruntuhan bangunan.

Namun, pencarian kian sulit karena air dari Kali Setu yang tersumbat puing meluap dan langsung menegalir ke dalam rumahnya.

"Saya ubek-ubek di ruang tengah. Sampai saya enggak sengaja minum air kali yang masuk. Saya sempat angkat tembok yang jatuh tapi enggak ketemu," bebernya.

Tidak sampai hitungan menit, luapan air kali tiba-tiba sudah mencapai sekira dengkulnya.

Ade kesulitan mencari istrinya seiring dengan air yang mengalir masuk ke rumahnya itu.

Baca juga: Densus 88 Antiteror Polri Kini Dinilai Lebih Humanis

Keluar Lewat Jendela

Ia pun memilih untuk lebih dulu menyelamatkan anak dan dua keponakannya keluar.

Namun, pintu rumah terhalang tembok bangunan.

"Pintu dari rumah enggak bisa terbuka karena tertahan bangku, barang-barang dan tembok. Saya keluar lewat jendela. Jendela saya dobrak biar bisa keluar. Makanya badan saya pada bengkak begini," ceritanya.

Setelah berhasil keluar, Ade meminta mereka untuk mencari pertolongan.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved