Penangkapan Komplotan Penodong

Ikuti Jejak Ibu yang Kini Dibui, Remaja Tanggung Pimpin Komplotan Penodong, Punya Sebutan Kapten

Remaja tanggung memimpin komplotan penodong di Terminal Tanjung Priok, ia mengikuti jejak sang ibu yng lebih dulu dibui karena kasus serupa.

TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO
MRR alias Kapten (kanan) dan DS, pelaku penodongan yang biasa beroperasi di Terminal Bus Tanjung Priok, Jakarta Utara. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino

TRIBUNJAKARTA.COM, TANJUNG PRIOK - MRR alias Kapten, remaja yang ditaksir berusia 17-19 tahun, memimpin komplotan penodong bersenjata tajam yang beroperasi di Terminal Bus Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Remaja bertubuh kecil ini memiliki sedikitnya delapan anak buah yang membantu aksinya menodong penumpang bus serta pengendara di sekitaran terminal tersebut.

Kiprah Kapten sebagai pimpinan komplotan penodong itu ternyata tak terbentuk begitu saja.

Kapten dipercaya memimpin komplotan ini setelah sang ibu ditangkap polisi usai melakukan hal serupa: menodong di terminal.

Ibu dari Kapten, pada tahun 2018, sudah ditangkap aparat Polsek Tanjung Priok dan kini masih menjalani masa tahanannya.

Baca juga: Polisi Tangkap Geng Nona: Sudah Menodong 30 Kali, Modus Operandi Hingga Libatkan Anak di Bawah Umur

"Untuk MRR ini jangan dilihat kecilnya. Ini adalah pelaku yang orang tuanya, ibunya, melakukan perbuatan yang sama, yakni penodongan terhadap penumpang yang baru turun di Terminal Bus Tanjung Priok," kata Kapolsek Tanjung Priok Kompol Hadi Suripto di Mapolsek Tanjung Priok, Jumat (23/10/2020).

"Saat ini, ibu dari MRR masih di dalam lapas menjalani hukuman sejak 2018," imbuh Hadi.

Kapten ditangkap bersama anggota komplotannya, DS, usai beraksi pada Rabu (14/10/2020) lalu, sedangkan enam orang pelaku lainnya masih dalam pengejaran polisi.

Kala itu, komplotan penodong ini merampas dan melukai korban bernama Bahrudin (36) yang hendak pulang usai mengantar kerabatnya ke terminal.

Dalam aksi terakhirnya, Kapten berperan mengelabui korban dengan meminta uang.

Kemudian, pelaku lainnya yang sudah memantau langsung menyergap dan mengambil ponsel serta uang korban.

Kanit Reskrim Polsek Tanjung Priok AKP Paksi Eka Saputra menambahkan, meski masih berusia belasan tahun, Kapten disegani para anggota komplotan tersebut yang berusia di atas 20 tahun.

Para anggota komplotan ini tak berani berbuat macam-macam terhadap Kapten lantaran mereka menghormati sang ibu yang sempat memimpin aksi mereka.

Baca juga: Detik-detik Penangkapan Pelaku Pembunuhan Wanita Kerabat Jokowi, Polisi Datang Dini Hari

"Jadi bapaknya, ibunya, termasuk dia (Kapten), satu keluarga ini 'pemain' semua. Sehingga anak-anak yang dia pimpin adalah merupakan anak buah bapak dan ibunya," kata Paksi.

Komplotan ini mulai dipimpin oleh Kapten selama sekitar dua tahun belakangan, terutama setelah sang ibu dibui.

Paksi juga membenarkan bahwa wanita yang merupakan ibu dari Kapten ialah Nona Haryati (32).

Berdasarkan catatan TribunJakarta.com, Nona merupakan pemimpin komplotan penodong Terminal Bus Tanjung Priok yang ditangkap pada 12 November 2018 lalu.

Kapolsek Tanjung Priok saat itu, Kompol Supriyanto mengatakan, Geng Nona biasa beroperasi di Terminal Tanjung Priok dikarenakan anggota komplotannya tinggal di sana.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: Gol Tunggal Bepe Bantu Persija Bawa 3 Poin Saat Jumpa Pelita Jaya

Karenanya mereka dapat dengan mudah memantau situasi penumpang di terminal tersebut, terutama saat dini hari.

Beroperasi saat dini hari, Geng Nona mengincar penumpang dari luar kota, terutama mahasiswa.

"Kan kebanyakan penumpang yang jadi korban itu dari luar kota, mereka merasa takut dan kebanyakan mereka mahasiswa semua," kata Supriyanto dalam konferensi pers di Mapolsek Tanjung Priok, Senin (26/11/2018) silam.

Geng Nona sudah lama beroperasi di Terminal Tanjung Priok. Meski belum dapat dipastikan sejak kapan, Supriyanto mengatakan mereka sudah berbulan-bulan melakukan aksinya di terminal itu.

Bahkan, dalam periode Oktober-November 2018, mereka sudah beroperasi selama 30 kali.

Baca juga: Bioskop Cinepolis Dibuka Kembali, Pengelola: Pengunjung Antusias Sejak Hari Pertama Dibuka

"Kurang lebih dari pengakuan sudah 30 kali. Itu dalam sebulan. Belum bulan-bulan yang sebelumnya," ungkap Supriyanto.

Geng Nona memiliki modus operandi tersendiri untuk melancarkan aksinya.

Sebelum memulai aksinya, Geng Nona mengincar penumpang dari bus luar kota yang baru turun di terminal.

Nona mengajak beberapa anak di bawah umur yang biasa berkumpul bersama komplotannya di Terminal Tanjung Priok.

"Awal mulanya, pertama penumpang yang datang dari luar kota didatangi oleh pelaku yang anak kecil, pura-pura, om minta uang buat makan," kata Supriyanto.

Supriyanto menjelaskan setelah anak suruhan Nona mendapatkan uang dari korbannya, pelaku lainnya yang bersembunyi di sela-sela bus akan mengerubungi korban.

Secara bergerombol, mereka akan menodong dan merampas barang berharga milik korban, seperti misalnya handphone.

Baca juga: 5 Cara Ampuh Hilangkan Sakit Kepala Migrain, Coba Hirup Aroma Lavender dan Minum Jahe Hangat

Baca juga: Jelang MotoGP Teruel 2020, Andrea Dovizioso Ingin Hasil Maksimal, Joan Mir Berharap Tak Ada Order

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved