Kisah dari Ciliwung
Ingatan Penarik Perahu Eretan di Sungai Ciliwung: Dulu Tiap Bulan Sering Lihat Mayat Mengambang
Penarik perahu eretan, Azis (50) sudah tak asing lagi dengan keberadaan ular atau biawak di sekitar Sungai Ciliwung.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TEBET - Penarik perahu eretan, Azis (50) sudah tak asing lagi dengan keberadaan ular atau biawak di sekitar Sungai Ciliwung.
Sebelum dibangun di sekitar bantaran sungai ditanggul, pria asal Bumiayu, Jawa Tengah tersebut bahkan sering melihat mayat melintas di sungai tersebut.
Pemandangan itu sudah akrab di matanya.
"Kalau di sungai ketemu mayat sering. Waktu belum ada gusuran dan ditanggul, setiap bulan pasti ada aja (mengambang). Perempuan, laki-laki atau bayi pernah saya lihat," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (4/11/2020).
Namun, ia tidak berani menarik mayat yang mengambang itu ke atas perahunya.
Soalnya, Azis enggan berurusan dengan pihak kepolisian. Nanti, malah jadi panjang urusannya.
"Enggak berani angkut, resikonya polisi," ucapnya.
Kisah si penarik eretan sejak 1987

Hujan deras mengguyur kota Jakarta saat senja hari, Azis (50) terlihat masih bekerja mengantarkan penumpang dengan perahu eretannya.
Tangan kanan Azis sesekali menarik tali tambang yang membentang antara wilayah kampung Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan dan Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.
Sebuah kerekan yang dipasang di tali tambang memudahkan perahu kayu itu untuk menyeberang saat ditarik Azis.
Perahu eretan itu membelah Sungai Ciliwung yang berair keruh hingga ke tanggul di Kampung Pulo.
Beberapa orang menaiki perahu kayu itu untuk menyeberang ke kampung Bukit Duri.