Menyeruput Kopi Sambil Menikmati Alam Terbuka Berprotokol Kesehatan di Bali

Di Gianyar, Bali, ada satu tempat kopi bernuansa alam bernama Kumulilir yang bisa dijadikan referensi bagi Anda yang ingin berlibur.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Septiana
TribunJakarta/Elga Hikari Putra
Paket kopi yang disajikan di kedai kopi Kumulilir. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, GIANYAR - Menikmati kopi kini bukan sekadar soal rasa dan aroma.

Suasana dimana kita menikmatinya bisa menjadi pembeda dari setiap cangkir kopi yang disajikan.

Kedai kopi berkonsep kafe dengan pemandangan alam kini menjadi tren.

Di Gianyar, Bali, ada satu tempat kopi bernuansa alam yang bisa dijadikan referensi.

Tempatnya bernama Kumulilir yang terletak di Jalan Raya Pujung Kala, Sebatu Tegallalan, Kabupaten Gianyar, Bali.

Yang favorit di Kumulilir adalah kopi Bali dan kopi luwak yang diproses sendiri.

TribunJakarta.com bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkesempatan mendatanginya untuk mengecek protokol kesehatan wisata disana saat pandemi Covid-19 ini.

Bila dilihat dari jalan raya, tempat ini tak terlihat seperti tempat kopi.

Suasana tempat kopi Kumulilir yang bernuansa alam terbuka di di Jalan Raya Pujung Kala, Sebatu Tegallalan, Kabupaten Gianyar, Bali.
Suasana tempat kopi Kumulilir yang bernuansa alam terbuka di di Jalan Raya Pujung Kala, Sebatu Tegallalan, Kabupaten Gianyar, Bali. (TribunJakarta/Elga Hikari Putra)

Sebab, hanya terlihat parkiran mobil dan sebuah saung kecil.

Namun siapa sangka didalamnya terdapat tempat ngopi yang begitu nikmat dan mengasyikan.

Adapun saung tersebut adalah posko pertama sebelum pengunjung menuju alam terbuka yang menjadi tempat ngopi.

Pandemi Covid-19 yang mewajibkan tiap tempat usaha menerapkan protokol kesehatan membuat saung tersebut digunakan tempat pengecekan kesehatan kepada tiap pengunjung.

Setelah mencuci tangan, pengunjung diharuskan cek suhu tubuh oleh petugas disana menggunakan thermo gun.

Sebuah sertifikat verifikasi dari Dinas Pariwisata Pemkab Gianyar terpampang untuk lebih meyakinkan pengunjung bahwa tempat ini menerapkan protokol kesehatan.

Pengunjung harus berjalan beberapa ratus meter melewati sawah dan perkebunan untuk menuju tempat kopi.

Sebuah burung raksasa yang dibuat dari anyaman bambu berdiri tegak di tengah sawah. Menjadikan tempat favorit bagi pengunjung untuk berfoto.

Selama berjalan menuju lokasi ngopi, pengunjung juga akan dipandu melihat-lihat penyajian kopi luwak, mulai dari proses pakan hewan luwak, penjemuran biji kopi hingga menumbuk dan menyangrai biji kopi yang berasal dari luwak.

Seekor luwak yang menghasilkan biji kopi di tempat ini memang berada di dalam kandang.Makanan bagi hewan itu pun juga tersedia di kebun area Kumulilir.

Setelah melihat penyajian kopi, wisatawan dapat memesan berbagai jenis kopi. 

Paket kopi yang disajikan di kedai kopi Kumulilir.
Paket kopi yang disajikan di kedai kopi Kumulilir. (TribunJakarta/Elga Hikari Putra)

Ada paket sampel 10 jenis kopi dan teh yang ditawarkan Kedai Kopi Kumulilir seharga Rp 50 ribu.

Di paket itu pengunjung dapat menjajal mulai dari teh rosela, teh jahe, teh kunyit, kopi asli Bali, kopi vanila, cokelat asli dan berbagai jenis teh dan kopi lainnya.

Jika mau lebih spesial lagi, pengunjung dapat memesan satu cangkir Kopi luwak yang dihargai Rp70 ribu percangkir.

"Yang favorit memang kopi Bali dan kopi luwak," ujar Nyoman Deyana, pemilik kedai kopi Kumulilir, Sabtu (7/11/2020).

Situasi Saat Pandemi

Selain penerapan cek suhu dan cuci tangan di pintu masuk, penerapan protokol kesehatan juga dilakukan di lokasi ngopi yang berada di ketinggian.

Saat berjalan menuju tempat ngopi, pengunjung bisa melihat proses pembuatan kopi.
Saat berjalan menuju tempat ngopi, pengunjung bisa melihat proses pembuatan kopi. (TribunJakarta/Elga Hikari Putra)

Kursi yang ada disana dibuat berjarak dan dikurangi kapasitasnya.

Nyoman mengatakan, pandemi Covid-19 membuat usahanya terdampak begitu besar bahkan sempat tutup beberapa bulan.

Kini dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, Nyoman berharap dapat menarik para pengunjung.

Tak hanya itu, dia pun membuat gebrakan baru yakni dengan membangun lahan sisa di belakang kedai kopinya menjadi arena playground.

Pengunjung bisa menjajal beragam arena playground, mulai dari trampolin, ayunan di tepi jurang, hingga ke jembatan goyang yang berada di tengah jurang.

Diharapkan Nyoman, arena playground itu dapat memancing wisatawan lokal untuk berkunjung ke Bali mengingat semenjak pandemi Covid-19 memang hanya wisatawan domestik yang berkunjung.

"Sebelum pandemi marketnya internasonal tapi sekarang cenderung domestik. kita harus fasilitasi kebutuhan market itu sendiri," ujarnya.

Ciri Khas Kopi Bali

Bekerjasama dengan para petani, Nyoman memasok biji kopi dari wilayah Kintamani yang memang sudah terkenal.

Nyoman menjelaskan ada ciri khas dari kopi Bali yang berbeda dengan kopi dari daerah lain.

"Rasanya sedikit masam dan punya rasa sendiri. Kalau bagi penikmat kopi, mereka sudah tahu kalau itu kopi Bali," kata dia.

Karena rasanya yang memang begitu tajam, maka penyajian kopi Bali hanya disuguhkan di cangkir kecil.

Agar lebih menikmati, pisang goreng dan serabi menjadi kudapan pendamping saat menyeruput kopi Bali.

"Tak hanya rasa yang berbeda, higienitasnya juga sangat kita perhatikan karena pangsa disini adalah internasional," ujarnya.

Segala protokol kesehatan yang diterapkan di Kumulilir sesuai dengan InDOnesia Care (I DO Care) yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf). 

Maka dari itu, jika nanti kondisi sudah membaik, tetap jadi pahlawan bagi negeri sendiri dengan berwisata di Indonesia Aja.  (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved