Aksi 1812

Aksi 1812 Bela Rizieq Shihab Digelar, Rocky Gerung Sebut Adanya Dukungan Batin dari Masyarakat

Rocky Gerung menanggapi aksi unjuk rasa Front Pembela Islam (FPI) dkk menuntut pembebasan Rizieq Shihab di depan Istana Negara pada Jumat (18/12).

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Muji Lestari
Kompas.com/Sherly Puspita
Rocky Gerung 

TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik Rocky Gerung menanggapi aksi unjuk rasa Front Pembela Islam (FPI) dkk menuntut pembebasan Rizieq Shihab di depan Istana Negara pada Jumat (18/12).

Demo massa FPI itu akan digelar setelah Salat Jumat pukul 13.00 WIB.

Dalam poster yang beredar, aksi tersebut bertajuk 'Aksi 1812 bersama anak NKRI'.

Terdapat beberapa tuntutan dalam aksi itu, di antaranya usut tutas pembunuhan 6 syuhada, bebaskan IB HRS (imam besar Habib Rizieq Shihab) tanpa syarat, stop kriminalisasi ulama, stop diskriminasi hukum.

TONTON JUGA:

Pada poster itu, juga terdapat pesan Habib Rizieq 'Jika saya dipenjara atau dibunuh, lanjutkan perjuangan'.

Baca juga: Punya Suami Konglomerat, Begini Pengorbanan Nia Ramadhani Jadi Penari Kostum Boneka Demi Mikhayla

Adanya aksi 1812 ini Polda Metro Jaya lantas menggelar operasi kemanusiaan untuk mencegah kerumunan massa.

FOLLOW JUGA:

Dalam operasi ini, polisi akan melakukan 3T (testing, tracing dan treatment) terhadap peserta aksi.

Dilansir dari vlog terbarunya, Rocky Gerung lantas buka suara terkait aksi 1812 yang digelar FPI dkk.

"Angka Covid Jakarta memang tinggi tetapi rasa cemasnya lebih tinggi. Memang betul ada soal covid-19 tetapi kita awal mengerti adanya intensi ketidakadilan untuk Rizieq oleh teman-teman FPI dan hal ini didukung secara batin oleh masyarakat."

Baca juga: Imbas Kisruh Rumah Tangga Kakak, Pria 27 Tahun Nekat Berenang dengan Galon dari Balikpapan ke Malang

"Jadi yang bisa dicegah hanya hadirnya manusia di Monas, bukan hadirnya tuntutan keadilan. Orang bisa mencari cara lain untuk mengepung arogansi kekuasaan," jelas Rocky Gerung.

Polisi menyekat perbatasan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat di Jalan Gunung Sahari, depan Gedung Maspion, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (18/12/2020).
 
Polisi menyekat perbatasan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat di Jalan Gunung Sahari, depan Gedung Maspion, Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (18/12/2020).   (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Rocky menilai, berkumpul atau tidak di Monas itu bukanlah terkait jumlah orangnya namun berkaitan dengan pengertian baru tentang ketidakadilan.

"Secara etis masyarakat menganggap kalau ditutup jalannya pun juga tidak akan menghalangi memberi dukungan via online," papar Rocky Gerung.

Adapun berkaitan dengan Brimob yang diterjunkan, Rocky Gerung lantas mempertanyakan mengapa Brimob tak dilarang ke Jakarta karena adanya Covid-19.

Baca juga: Tanggapi Kasus Rizieq Shihab, Buya Yahya: Biasakan Berkomentar Baik dan Jangan Berdusta

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved