Food Story

Mie Aceh Kring-kring di depan Balai Sudirman, Tebet: Dimasak dari Dalam Bus Mercy Antik Tahun 1984

Hanif Cordova menyulap bagian dalam bus Mercy itu menjadi sebuah dapur khusus masakan Aceh.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Penampakan Bus Mercy 508D Tahun 1984 yang disulap menjadi dapur ala konsep Foodtruck di Jalan Dr Saharjo, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan pada Senin (21/12/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, TEBET - Meski sudah uzur, bus Mercy yang terparkir tiap sore di depan gerbang Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan berjasa membantu roda perekonomian Hanif Cordova (42) agar terus berputar.

Dari dalam kendaraan bongsor berkelir jingga itu, kelezatan mie Aceh racikannya dimasak.

Menjelang senja, pengunjung pun ramai menyantap kuliner kaya rempah sembari menyeruput segelas teh tarik panas.

Sebagai alat transportasi, bus type Mercedes Benz 508 D Tahun 1984 milik Hanif tinggal kenangan. 

Di Kota Megapolitan Jakarta, bus gaek itu hanya bisa mengenang masa kejayaannya di hadapan bus-bus megah semisal bus TransJakarta buatan Swedia dan Cina.

Namun, di tangan Hanif, bus itu serasa memiliki peran lagi di masyarakat. Bukan bagi penumpang, tetapi bagi para pengunjung.

Sosok Hanif Cordova, pemilik Mie Aceh Kring-kring, sedang berpose di belakang kemudi bus Mercy 508D 1984 pada Senin (21/12/2020).
Sosok Hanif Cordova, pemilik Mie Aceh Kring-kring, sedang berpose di belakang kemudi bus Mercy 508D 1984 pada Senin (21/12/2020). (TRIBUNJAKARTA/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Ia menyulap bagian dalam bus Mercy itu menjadi sebuah dapur khusus masakan Aceh.

Hanif ingin menampilkan konsep yang menarik dan unik dalam usaha kulinernya yang dimulai sejak tahun 2018 itu.

Mantan staf ahli politikus ternama yang bekerja selama 14 tahun tersebut memutuskan mulai merintis usaha kuliner dengan konsep foodtruck.

"Saya melihat kalau saya masih menjual dengan konsep toko atau warung, tidak akan menarik," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (22/12/2020).

Konsep foodtruck ternyata cocok dipadukan dengan konsep rex, sebutan orang Aceh yang suka menyantap di ruangan terbuka.

Baca juga: Polres Metro Jakarta Pusat Selenggarakan Rapid Antigen Gratis di Stasiun Pasar Senen

Ia membeli bus tersebut pada tahun 2018 dari seorang petinggi Perusahaan Umum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI).

Kala itu, bus mercy tersebut sudah disimpan di dalam gudang.

"Ketika saya beli, bus itu posisinya sudah disimpan di gudang. Mesinnya masih hidup. Warna dasarnya putih. Saya modifikasi lagi," lanjutnya.

Tampak depan Bus Mercy 508D Tahun 1984 warna oren yang disulap menjadi dapur pada Senin (21/12/2020).
Tampak depan Bus Mercy 508D Tahun 1984 warna oren yang disulap menjadi dapur pada Senin (21/12/2020). (TRIBUNJAKARTA/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Modifikasi bus

Hanif membutuhkan dana tak sedikit untuk memodifikasi bus itu.

Sekira Rp 100 juta dikeluarkan dari dalam koceknya.

Ia mencat ulang busnya menjadi warna oren agar terlihat mencolok.

Bagian dinding bagian samping dan belakang dipotong agar juru masak merasa leluasa.

Bagian atapnya juga ditinggikan sehingga karyawan bisa nyaman ketika memasak.

Di dalam bus itu terdapat dua buah kompor, alat pemanggang, kulkas, freezer, rak-rak berisi piring dan peralatan masak.

Seporsi mie aceh telur rebus yang dimasak dari dalam bus Mercy 508D tahun 1984 pada Senin (21/12/2020).
Seporsi mie aceh telur rebus yang dimasak dari dalam bus Mercy 508D tahun 1984 pada Senin (21/12/2020). (TRIBUNJAKARTA/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

"Untuk tempat membuat minuman seperti kopi saring khas Aceh berada di luar," ucapnya.

Ketika mulai buka, bus itu dikeluarkan dari dalam Balai Sudirman. Bus akan dimasukkan kembali bila hendak tutup.

Mobilitas bus hanya sebatas itu saja. Dalam sebulan, Hanif hanya mengisi bahan bakar jenis solar sebanyak 10 liter.

Baca juga: Laga Liga Italia Juventus Vs Napoli Diulang, Si Nyonya Tua Berkurang 3 Poin

Kuliner Kayak Rempah Khas Aceh

Hanif memang menyuguhkan sajian kuliner khas kampung halamannya asal Serambi Mekah alias Aceh.

Mulai dari nasi goreng, mie, martabak dan roti canai. Pilihan minumannya juga khas. Antara lain, kopi saring, teh tarik dan es timun.

Harganya pun cukup terjangkau.

Dalam meracik resep, ia belajar dengan pamannya yang sudah berjualan mie aceh selama 30 tahun.

Dua karyawan Mie Aceh Kring-kring sedang memasak pesanan pengunjung di dalam dapur bus antik pada Senin (21/12/2020).
Dua karyawan Mie Aceh Kring-kring sedang memasak pesanan pengunjung di dalam dapur bus antik pada Senin (21/12/2020). (TRIBUNJAKARTA/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Akan tetapi, Hanif tidak sepenuhnya meniru resep pamannya. 

"Ada beberapa perbedaan untuk rasanya. Saya menyesuaikan rasa dengan lidah Jakarta. Kalau di Aceh rasa rempahnya lebih kuat," tambahnya.

Hanif berani bermain dengan rempah untuk mengolah masakan khas Aceh. Sekitar 30 jenis bahan dasar digunakan. Antara lain, cengkeh, kapulaga, sereh, jahe dan cabai kering.

Alasan Hanif menamakan usaha dengan nama Kring-kring karena ia hobi bersepeda.

"Kenapa namanya kring-kring? Karena saya gemar bersepeda. Itu kring-kring bel sepeda. Ide itu tercetus saat saya bersepeda di km 0 Sentul," pungkasnya.

Baca juga: Prediksi Jika Rizky Billar & Lesty Kejora Nikah Tahun Depan, Denny Darko Soroti Tempat Akad: Rahasia

Menyantap mie aceh di tengah musim hujan disertai angin saat akhir tahun rasanya pas sekali sebagai penghangat tubuh. 

(*)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved