Sisi Lain Metropolitan
Cerita Pemulung di Pondok Labu: Selain Mengais Sampah, Raup Untung dari Tangan Dermawan
Penghasilan yang pas-pasan dari hasil memulung membuat mereka terkadang mengharap derma di pinggir jalan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
Warga kampung pemulung Pondok Labu lainnya, Yani (32) juga senasib dengan Hasnah.
Ia tampak duduk di depan balai pertemuan warga sambil menyuapi dengan nikmat semangkuk bakso yang dicampur nasi bersama anaknya.
Yani bersama suaminya sudah empat tahun meninggalkan Klaten, Jawa Tengah demi mengadu nasib menjadi pemulung.
Di kampung pemulung, Yani juga menjadi anak buah Rubiyo.
Ia kerap kali dipinjami uang untuk biaya makan oleh pelapak tersebut.
Namun, sistem semacam ini ibarat gali lobang tutup lobang.
Sebab, hasil memulung dalam sebulan saat pandemi terkadang tidak cukup untuk melunasi utangnya.
Yani bahkan kembali berutang untuk biaya hidup selanjutnya setelah baru melunasi utangnya kepada Rubiyo.
"Kemarin udah minjem uang Rp 500 ribu buat makan. Itu pun masih kurang buat makan. Kalau dapatnya Rp 520 ribu sekali nyetor, untung 20 ribu. Nanti minjem uang Rp 500 ribu lagi" ujarnya.