Mengalah Demi Tukang Bakso, Pedagang Daging Pasar Serpong Rela Jualan Merugi
Para pedagang daging di Pasar Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) terpaksa berjualan dengan harga di bawah pasaran
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Para pedagang daging di Pasar Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) terpaksa berjualan dengan harga di bawah pasaran sampai merugi.
Seperti diketahui, pedagang daging se-Tangsel dan sejumlah daerah lainnya sempat mogok berjualan selama tiga hari.
Aksi mogok tersebut sebagai bentuk protes karena harga daging dari produsen terlalu tinggi, sedangkan pelanggan tak kuat membeli. Namun, usai mogok harga daging tak kunjung menurun.
Mereka kembali berjualan mulai hari ini, Sabtu (23/1/2021).
Ismed (35), salah satu pedagang di Pasar Serpong, mengatakan, permintaan daging sapi tinggi, namun pembeli menolak jika harganya terlalu mahal.
"Ya sebenarnya bingung pak, ini respon dari atas belum ada respon cuman karena konsumen sudah banyak permintaan bingung juga. Sebenarnya bukan untung untuk jualan yang di pasar ini, karena harganya masih tinggi," ujar Ismed.
Ismed menjual dagingnya Rp 120 ribu, sedangkan harga pasaran mencapai Rp 140 ribu.
"Kalau harus ikutin harga pasar itu harus Rp 140 atau Rp 135 ribu. Cuma mau gimana karena daya penjualan enggak kuat, ya kita ikutin saja kalau mau kuat penjualan ya Rp 120 ribu," ujarnya.
Ismed mengaku rugi dengan menjual dagingnya di bawah harga pasaran.
Namun ia rela merugi karena para pembelinya yang mayoritas pedagang bakso, hanya mau harga maksimal Rp 120 ribu per kilogram.
"Iya 120 itu bukan untung untuk ngebelain pelanggan doang. Karena enggak kuat daya penjualannya, kasihan sama pedagang bakso, warung-warung nasi," kata Ismed.
Ismed merinci, harga modal membeli daging senilai Rp 100 ribu per kilogram.
Namun daging tersebut masih beserta tulang dan gajih yang tidak bernilai.
"Harga modalnya kalau sekarang ini dibilang harga daging itu satu potong belinya sama tulang-tulangnya, sama gajihnya sudah 100 ribu. Sedangkan naiknya dari daging doang kaya tulang sumsum kan gratis enggak jadi duit kasarnya," ujarnya.
"Enggak kesampaian ke modal lah, sehari itu seekor bisa Rp 2 juta atau Rp 3 juta ruginya," tambahnya.
Keterangan Ismed soal kerugian harga daging juga diperkuat pernyataan Arwan (44), Ketua Paguyuban Pedagang Daging Pasar Serpong.
Arwan mengatakan, jika para pedagang tidak berjualan, dikhawatirkan pelanggan akan beralih ke pedagang daging lain.
"Ya sebenarnya kalau mau untung ya jual harga Rp 130 ribu. Cuma kan kondisinya lagi gini kan kita mau naikin juga nanti konsumen enggak ada pada kabur karena terlalu mahal," ujar Arwan.
Pria yang sudah berdagang daging selama 22 tahun itu mengaku bisa memahami para tukang bakso dan pengusaha kecil lainnya yang tidak mampu mengikuti harga pasaran.
Faktornya tidak lain adalah pandemi Covid-19.
Baca juga: Satpol PP Kota Bekasi Grebek Muda-mudi Asyik Mesum di WC Rooftop Stadion Patriot
Baca juga: Penjaga Parkir Sebut Rooftop Gedung Parkir Stadion Patriot Kerap Dijadikan Tempat Pacaran
Baca juga: Tak Sembarangan Iptu Novita Rindi yang Dampingi Calon Kapolri: Jago Naik Moge, Diakui Internasional
Pelanggan bakso, warung makan dan usaha kecil lainnya juga kehilangan pelanggan karena kesulitan ekonomi.
"Enggak mau naik, enggak kuat. Iya karena kondisi pandemi Covid-19," jelasnya.
Arwan berharap harga daging dari produsen atau rumah pemotongan hewan (RPH) bisa segera turun, sehingga harga pasaran bisa normal kembali.
"Ya harapannya RPH jangan sampai naik-naikin lagi harapannya jadi kan repot ke kita ya," harapnya.