Virus Corona di Indonesia
Curhat Sabar, Usaha Warteg di Ujung Tanduk Dihantam Pandemi, Omzet Anjlok Tapi Harga Sembako Naik
Hampir setahun pandemi Covid-19 menghantam negeri, ribuan nyawa meninggal dunia, ekonomi porak-poranda.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Warteg Tak Berkutik Rambah Online
Sabar pun sudah coba berinovasi. Ia mendaftarakan "Berkah"nya ke aplikasi ojek online agar bisa meraih masyarakat yang diam di rumah.
Namun apa daya, Sabar tidak berkutik melawan rumah makan atau restoran lain yang lebih dulu bermain di pasar online.
Nama wartegnya tidak muncul di layar utama.
"Sudah daftar, kalau di Gofood ada, cuma sama saja. Masuk Gofood itu yang baru-baru susah enggak bakal nongol, rating dia belum ada bintangnya, yang nongol yang lama-lama bertahun-tahun. Kalau enggak langsung nama enggk nongol," kata Sabar.
Harga Sembako Naik
Sudah omzet anjlok, modal harus ditambah lantaran harga sembako naik.
Harga minyak dan telur yang paling terasa. Dua bahan yang paling banyak digunakan di wartegnya itu melambung.
Cabai yang juga menjadi bahan utama olahan lauk sampai hari ini tak kunjung turun.
Belum lagi ditambah harga daging dan tempe tahu yang ikut-ikutan meroket.
"Harga sembako naik, cabe Rp 80 ribu, telur sudah turun kemarin sempat Rp 30 ribu. Harga sewa tetap, harga bahan naik. Kedelai naik, daging naik. Iyalah berimbas banget."
"Yang susah minyak, naik tinggi enggak turun-turun, sekarang Rp 27 ribu dua liter," ujar Sabar.
Sementara, harga sewa tempat tidak diturunkan.
Biaya operasional tetap namun pembeli menurun.
Di Ujung Tanduk