Sisi Lain Metropolitan
Kisah Suyadi, Pedagang Kopi Pakai Gerobak dan Tongkat di Jakarta Timur: Pasang Tarif Seikhlasnya
Muhammad Suyadi (57) masih terlihat semangat mendorong gerobak yang berisi kopi jualannya. Dengan tongkat kayunya ia menjanjakan kopi hingga malam
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Septiana
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Di tengah derasnya hujan, Muhammad Suyadi (57) masih terlihat semangat mendorong gerobak yang berisi kopi jualannya.
Suyadi atau akrab disapa Bapak Ali seolah tak menghiraukan pandangan sejumlah pengendara yang melihatnya dari kejauhan.
Dibantu tongkat kayu yang dibuat ala kadarnya, ia tetap mendorong gerobak kopinya sambil berharap ada pembeli yang memberhentikan langkahnya.
Bapak Ali menceritakan sudah berjualan kopi keliling sejak beberapa tahun belakangan.
Meski kedua kakinya terasa lemas karena polio yang dideritanya sejak usia 3 tahun, ia tak pernah putus asa.

Ia selalu tegar dan pasang badan untuk keluarga kecilnya di rumah.
"Saya asli Solo, cuma sudah merantau ke Jakarta dari tahun 2005. Selepas nikah setahun, langsung merantau ke sini," katanya di Jakarta Timur, Kamis (28/1/2021).
• Perempuan Hamil Coba Bunuh Diri di JPO Otista, Langsung Diamankan Petugas, Sang Adik Tak Rela
• DPN PERADI Lantik DKP dan Komwas Advokat
Dengan modal nekat, ia tiba di Jakarta dan mengontrak rumah satu petak di kawasan Jakarta Timur.
Selanjutnya, ia melanjutkan hidup sebagai kuli untuk mencukupi kebutuhannya.
Sedari dulu, ia mengingat satu kalimat yang membuatnya selalu percaya diri.
"Bagi saya pekerjaan itu, asal ada kemauan pasti ada jalan," ujarnya.

Sehingga apapun pekerjaan yang dilakoninya, ia selalu semangat dan tak pernah kurang percaya diri.
"Saya ingatnya begitu aja. Niat ke Jakarta memang untuk mengadu nasib di sini. Jadi sampai sini apapun dilakoni untuk keluarga selagi itu halal," ungkapnya.
Diawali sebagai kuli bangunan, kemudian ia memutuskan menjadi penjual jamu.
Ilmu yang didapat sewaktu di kampung, ia manfaatkan dengan baik saat modalnya terkumpul.
• Tabrak Pagar dan Dua Minibus, Seorang Pria Ditemukan Meninggal dalam Mobil di Kelapa Gading
Sayangnya baru berjalan beberapa tahun, ia memutuskan untuk menjadi penjual buah-buahan.
Sementara jamunya dilanjutkan oleh sang istri, Painem (35).
Bertambahnya anak, membuat Painem turut membantu suaminya.
"Kelar jadi kuli, saya jadi penjual buah-buahan. Istri saya jual jamu gendong. Semua dilakukan demi anak-anak," jelasnya.

Naas, ia kehabisan modal dan beralih menjadi penjual kopi dengan uang seadanya.
"Cuma sekarang jadi penjual kopi keliling aja. Istri jadi kuli di laundry. Jadi sistem kerja saya gantian sama istri. Kalau istri sudah pulang dari laundry, sayanya segera berangkat. Biasanya siang baru jalan," jelasnya.
Setiap harinya, Bapak Ali berjalan dari kontrakannya di Munjul dan menyusuri sepanjang Jalan Lapangan Tembak, Kelurahan Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur.
Dengan tongkat kayunya ia menjanjakan kopi hingga larut malam.
• Remaja Bau Kencur Terekam CCTV Coret 26 Rumah Warga Ciracas, Wakirah: Saya Mau Tanya Motifnya Apa?
Panas maupun hujan sudah tak lagi jadi masalah asalkan dua termos yang dibawanya habis.
"Sekarang kan lagi pandemi. Jadi sekarang pulangnya jauh lebih malam. Kalau belum habis saya enggak pulang. Jadi nunggu ada yang beli," jelasnya.
Bayar seikhlasnya
Meski hidupnya serba pas-pasan, ada kisah menarik dari Bapak Ali yang patut diacungi jempol.
Selama ini, Bapak Ali tak pernah mematok harga kopi yang dijualnya.

Bagi pembeli yang hendak membayar perbungkusnya Rp 3 ribu, ia akan menerimanya.
Bapak Ali menuturkan sama-sama mengerti keadaan tiap manusia adalah hal yang penting.
"Saya enggak matok harga kopinya. Kalau dibayar Rp 3 ribu saya terima. Ada yang bayar Rp 4 ribu saya terima," jelasnya.
Sehingga tiap harinya keuntungan yang didapatnya bervariatif.
• Perempuan Hamil Coba Bunuh Diri di JPO Otista, Langsung Diamankan Petugas, Sang Adik Tak Rela
Minimal Rp 60 ribu selalu ia dapatkan.
"Kalau omset enggak tentu ya. 2 termos ini habis dapat Rp 60 ribu. Tapi saya percaya yang namanya rezeki pasti ada aja jalannya. Jadi gimana pun ceritanya, yang penting saya masih bisa kasih uang ke istri dan sisanya diputar untuk modal beli kopi lagi," tandasnya.