Tukang Pikul Peti Jenazah Covid-19 Mogok: Sakit Hati Disebut Walikota Pungli, Pemakaman Terlantar

Puluhan pemuda itu akan diangkat sebagai tenaga bantuan khusus membantu penggotongan jenazah

Editor: Erik Sinaga
(tribunjabar/mega nugraha)
Pemikul Mogok, Jenazah Covid-19 Telantar di TPU Cikadut, Keluarga Terpaksa Angkut Tanpa Pakai APD 

TRIBUNJAKARTA.COM BANDUNG - Tiga peti jenazah Covid-19 sempat telantar saat hendak dimakamkan ke liang lahat di TPU Cikadut, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung, Rabu (27/1/2021).

Sebab telantar, karena ada aksi mogok tim angkut peti jenazah yang biasanya dilakukan para pemuda di sekitar TPU Cikadut.

Selama pandemi, mereka terbiasa mengangkut peti jenazah. 

Pemkot Bandung tidak punya tim khusus untuk mengangkut peti jenazah dari tempat ambulans parkir ke liang lahat.

Selama ini, keluarga jenazah meminta bantuan pada tim jasa pikul dengan imbalan uang. 

Imbalan uang itulah yang dimasalahkan Pemkot Bandung karena memberatkan.

Di sisi lain, Pemkot Bandung hanya menyiapkan tim gali dan urug saja, tidak menyiapkan tim angkut dan melarang tim pikul memungut uang.

"Sebenarnya kami juga bukan tidak ada rasa kemanusiaan untuk menolong lagi. Namun, kami juga memiliki perasaan lah karena banyaknya hujatan dari netizen bahkan dari instansi pejabat sekalipun kata-katanya mungkin kurang pas buat kami. Akhirnya kami hentikan dulu aktivitas memikul peti jenazah," ucap Fajar Ifana (39) selaku Koordinator Tim Pikul Jenazah Covid 19 di TPU Cikadut.

Karena aksi mogok itu, dia meminta maaf pada keluarga jenazah yang permintaan bantuannya tidak bisa dikabulkan sebagai bentuk kritik atas kebijakan Pemkot Bandung yang tidak jelas. 

"Hingga dari tadi pagi ada tiga jenazah yang datang, sempat terabaikan hingga berjam-jam nunggu. Akhirnya ahli waris yang angkut sendiri tanpa dilengkapi APD," ucap Fajar.

Ia menjelaskan, selama pandemi Covid 19, Pemkot Bandung tidak pernah memperhatikan mereka. Sedangkan di sisi lain, setiap keluarga jenazah membutuhkan tim pikul untuk angkut peti ke liang lahat.

"Alasan kami berhenti memikul karena kami sudah diabaikan selama 11 bulan tanpa ada perhatian dari pemerintah. Mungkin saatnya sekarang pemerintah memerhatikan kita disini, bahwa kami itu ada disini. Para pejabat jangan hanya melihat ke atas coba lihat ke bawah," ujarnya.

Dalam postingan di Instagram Walikota Bandung Oded M Danial menyebut aktivitas Fajar dan kawan-kawannya sebagai pungli. Fajar mengaku tersinggung.

"Seperti kami selalu dikatakan pungli yang terlontar dari akunnya Mang Oded. Juga ada kata-kata bahwa kami tega disaat-saat ada jenazah kita memanfaatkan, terus ada kata-kata kita itu berbisnis. Kami sebenarnya sudah memaafkan, cuma alangkah baiknya, bila si pejabat tersebut meminta maaf kepada rekan-rekan kami yang sudah tersudutkan," ujarnya.

Dampak aksi mogok ini, akhirnya, warga juga yang jadi korban. Lantas, sampai kapan aksi mereka.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved