Kisah Pemulung Tidur di Trotoar Bandung demi Menahan Lapar, Dedi Mulyadi Terharu Teteskan Air Mata
Agung, seorang pemulung terpaksa tidur lama di trotoar Kota Bandung, Jawa Barat, demi menahan lapar, Kamis (4/3/2021).
TRIBUNJAKARTA.COM - Agung, seorang pemulung terpaksa tidur lama di trotoar Kota Bandung, Jawa Barat, demi menahan lapar, Kamis (4/3/2021).
Hal itu terungkap setelah pria berjaket lusuh dengan kaki tanpa alas itu dibangunkan oleh anggota DPR Dedi Mulyadi.
Kisah pria tersebut kemudian diunggah Dedi Mulyadi dalan akun Facebook miliknya, Dedi Mulyadi.
Dikonfirmasi via telepon, Jumat (5/3/2021), Dedi membenarkan pihaknya membangunkan Agung ketika tidur di trotoar.
TONTON JUGA:
Awalnya, Dedi hendak pergi mengunjungi rumah sahabatnya, Ustaz Yusuf Mansur dan Joko.
Ketika masuk pusat Kota Bandung, Dedi melihat selintas seorang pria tidur sambil memeluk karung pada pukul 10.00 WIB.
Dedi pun tidak mempedulikan pria tersebut.
Setelah bertemu dengan sahabatnya, lalu Dedi hendak pulang kembali ke Purwakarta.
Baca juga: VIDEO Adu Mulut Marzuki Alie vs Jansen, Eks Kader Bakal Hadiri KLB Demokrat: Saya Udah Dipecat
Di tengah jalan yang sama pada pukul 13.00 WIB, Dedi masih melihat pria itu tidur dengan posisi yang sama sebelumnya.
Dedi pun penasaran dan kemudian mendekati pria yang belakangan diketahui bernama Agung.
Dedi khawatir pemulung itu meninggal.
Ketika dibangunkan, Agung ternyata bangun.
Lalu Dedi bertanya alasan Agung tidur lama di trotoar.
Ternyata pria itu sedang menahan lapar.
Sontak, Dedi kaget, terharu dan meneteskan air mata.
"Saya tanya kenapa Bapak tidur pulas lama sekali di trotoar. Dia jawab tertidur sejak pagi karena dia tidak makan. Dia bercerita bahwa sudah tidur di tempat itu sejak subuh. Itu rentang waktu yang sangat panjang untuk tidur. Dia mengatakan bahwa pilihan untuk tidur dilakukannya untuk menahan lapar karena tidak ada uang untuk membeli nasi," ungkap Dedi.
Baca juga: Aksi Konyol Pemotor Paksa Masuk Jalur Busway dan Dorong Petugas yang Berjaga, Komentar Transjakarta
Diberi bantuan modal usaha
Dedi mengaku yakin pria tersebut tidak berbohong.
Menurut dia, Agung bukan berpura-pura menjadi gelandangan untuk mendapatkan rasa iba dari orang-orang.
"Saya secara intuitif bisa membedakan mana orang yang pura-pura dan mana yang benar-benar susah. Saya sudah punya pengalaman dengan orang yang pura-pura. Kalau dia tertidur pulas agak lama, berarti bukan pura-pura, tapi karena memang dia menahan lapar. Itu menjadi cara dia bersikap menerima. Ini memang alami," bebernya.
Dedi mengatakan, hasil memulung barang rongsokan yang dijalani Agung memang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dedi pun segera meminta pria tersebut pulang ke keluarganya dan memberikan modal usaha agar perekonomiannya lebih meningkat.
Baca juga: Lika-liku Cut Keke Jadi Istri Kedua Selama 15 Tahun, Sadar Tak Boleh Banyak Tuntutan Karena Ini
"Dikasih support untuk berjualan. Karena sehari kalau cuma mulung hanya dapat Rp 20.000. Saya minta dia segera makan, kembali ke rumah, dan menyiapkan sesuatu yang bisa dilakukan untuk berusaha agar bisa bernasib lebih baik dengan berjualan. Dia sempat menangis histeris," bebernya.
Dedi berharap pemerintah Kota Bandung bisa lebih tanggap untuk memilah pemulung, gelandangan dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang benar dan yang berpura-pura.
"Pemerintah harus reaktif. Kalau tidak reaktif, yang pura-pura nanti makin banyak. Kalau tidak ditangani segera, nanti Kota Bandung bisa jadi pusat gelandangan," tandasnya.
(Penulis: Putra Prima Perdana | Editor: Farid Assifa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pemulung Tua Tidur di Trotoar Bandung demi Menahan Lapar...", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2021/03/05/113458878/kisah-pemulung-tua-tidur-di-trotoar-bandung-demi-menahan-lapar.