Sisi Lain Metropolitan

Rumah Achmad Soebardjo Dijual Rp200 Miliar, Keluarga: Semoga Dibeli Pemerintah dan Dibuat Museum

Anak sulung mendiang Achmad Soebardjo, Laksmi Pudjiwati Insia (85) menaruh harapan agar pemerintah bisa membeli rumah keluarganya untuk dilestarikan

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Tampak depan rumah bergaya kolonial milik Menteri Luar Negeri Pertama Achmad Soebardjo pada Sabtu (17/4/2021) - Anak sulung mendiang Achmad Soebardjo, Laksmi Pudjiwati Insia (85) menaruh harapan agar pemerintah bisa membeli rumah keluarganya untuk dilestarikan 

Saya sempat menyambangi rumah zaman Belanda yang beralamat di Jalan Cikini Raya No. 82, Menteng, Jakarta Pusat, itu usai mendengar keriuhan di media sosial.

Gonjang ganjing dijualnya rumah Achmad Soebardjo seketika riuh terdengar di jagat maya. Sebagian besar warganet menyayangkan kabar itu karena sarat akan nilai historis.

Baca juga: Rumah Bersejarah Milik Mendiang Achmad Soebardjo Dijual Senilai Rp200 Miliar, Ini Kata Keluarga

Di halaman rumah, saya bertemu dengan Bambang, salah satu cucu Achmad Soebardjo

Dengan ramah, ia lalu mengajak saya untuk menemui anak pertama dari Achmad Soebardjo bernama Laksmi Pudjiwati Insia (85) di ruang tamu.

Ruang tamu rumah itu sangatlah megah. Saat pertama kali melangkahkan kaki ke dalam ruang tamu, nuansa zaman dulunya terasa. Ada enam jendela dan tiga pintu berkusen besar terpajang di depan ruang tamu.

Ciri khas rumah belanda lainnya yang saya rasakan ketika masuk ialah plafon rumah yang sangat tinggi tak seperti rumah zaman sekarang. 

Ruang tamu yang besar seakan membuat tubuh saya terasa kecil. Ruangan pun terasa sejuk karena sirkulasi udara yang baik.

Tampak depan rumah bergaya kolonial milik Menteri Luar Negeri Pertama Achmad Soebardjo pada Sabtu (17/4/2021).
Tampak depan rumah bergaya kolonial milik Menteri Luar Negeri Pertama Achmad Soebardjo pada Sabtu (17/4/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Di ruang tamu, terdapat sejumlah perabotan tua seperti sejumlah kursi, meja, lampu gantung dan sebuah cermin di dinding. Rumah ini terdiri dari empat kamar dan satu kamar mandi. 

Bambang bercerita bahwa plafon rumah ini terbuat dari kayu jati besi yang sudah berusia hampir 300 tahun. Saat kepala saya menengadah ke atas, terlihat plafon bercat putih itu sudah lapuk.

Semenjak Achmad Soebardjo tutup usia, rumah itu ditinggali oleh anak dan cucunya. Kini, ada tiga keluarga yang masih mendiami rumah tersebut.

Tak berselang lama, Ibu Laksmi menghampiri saya. Anak sulung dari lima bersaudara ini bersedia menggali kembali kenangan kala ayahnya membeli rumah ini.

Dibeli dari Orang Belanda

Kala itu, kenang Laksmi, keluarga Achmad Soebardjo tinggal di Jalan Palem, Menteng, Jakarta Pusat. Disana mereka menyewa sebuah rumah tinggal.

Kemudian ketika Jepang mengambil alih pemerintahan Belanda pada tahun 1942, keluarga mereka mulai mencari rumah tinggal baru.

Tampak depan rumah bergaya kolonial milik Menteri Luar Negeri Pertama Achmad Soebardjo pada Sabtu (17/4/2021).
Tampak depan rumah bergaya kolonial milik Menteri Luar Negeri Pertama Achmad Soebardjo pada Sabtu (17/4/2021). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Saat Jepang masuk, banyak orang-orang Belanda yang ditahan dan dijebloskan ke dalam kamp interniran. Peristiwa itu menyebabkan banyak rumah-rumah yang dihuni orang Belanda kosong. 

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved