Ramadan Story
Ramadan Masa Kecil Wakil Wali Kota Jakpus: Sahur Telur Dadar Dipotong Tujuh, Buka Wajib Ada Jengkol
Ramadan masa kecil yang dijalani Irwandi diantaranya harus makan telur dadar dipotong tujuh hingga saat berbuka wajib ada jengkol.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Elga H Putra
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Ramadan masa kecil yang dijalani Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi, begitu berwarna dan berkesan.
Di antaranya, ia harus makan telur dadar dipotong tujuh sesuai jumlah anggota keluarganya saat sahur hingga wajib ada jengkol saat berbuka puasa.
Ingatan Irwandi kembali ke puluhan tahun silam.
Tepatnya ketika dia masih duduk di kelas satu Sekolah Dasar (SD) untuk mengingat kembali waktu saat awal dia menjalani puasa Ramadan.
Tahunnya di antara periode 1968 dan 1969 ketika dia masih berusia enam tahun dan duduk di kelas 1 sekolah dasar.
Baca juga: Cerita Benyamin Davnie, Beli Telur Dekat Penjara Hingga Buka Puasa Tak Bisa Lepas Sambal & Ikan Asin
Saat itulah, Irwandi mulai menunaikan ibadah puasa pertama kalinya.
Namun karena masih kecil, Irwandi belum kuat untuk berpuasa penuh sampai azan Magrib berkumandang.
Dia hanya menjalani puasa sampai azan Zuhur saja.
Namun, orang tuanya memahami hal tersebut dan mengajarkan Irwandi berpuasa secara sabar dan penuh kasih sayang.
Baca juga: Puasa Hari ke-3, Pegawai di Jakarta Barat Ini Tidur Siang di Kantor Bawa Sleeping Bag dan Bantal
Baca juga: Kurma dan Teh Manis Jadi Menu Wajib Buka Puasa Wagub DKI Ahmad Riza Patria
Baca juga: Makam Mbah Datuk Banjir Leluhur Lubang Buaya, Pantangan Khusus untuk Aparat, Bila Melangggar Benjol
"Pernah puasa setengah hari sampai jam 12 siang. Tapi tahun selanjutnya sudah mampu seharian," kata Irwandi kepada TribunJakarta.com di kantornya, Senin (19/4/2021) sore.
Begadang di Musala
Layaknya anak kecil kebanyakan saat bulan Ramadan, Irwandi pun pernah begadang di langgar atau musala.
Baca juga: Video Makam Habib Ali Al Habsy Kwitang dan Keluarganya di Masjid Al-Riyadh
"Main kain sarung, umpet-umpetan. Dulu saya sama teman-teman rajin mengisi kolam langgar untuk wudu. Dulu saya kan juga sering tidur di langgar saat Ramadan," cerita Irwandi.
Tujuan Irwandi berada di langgar guna menabuh beduk untuk membangunkan warga sekitar di Jalan Percetakan Negara sahur.

"Saya suka menabuh beduk," ucap Irwandi.
Beres membangunkan warga, Irwandi pun pulang ke rumah untuk sahur bersama keluarganya.
Pada waktu itu, sekitar Jalan Percetakan Negara masih terdapat sawah dan kebun.
Tidak seperti sekarang yang sudah sesak karena banyak pembangunan perkantoran dan perumahan.
Sahur Telur Dadar Dipotong Tujuh
Irwandi pulang ke rumah, biasanya saat waktu sahur tiba. Makanan sahur pertama yang dia santap, telur dadar.
Lauk sederhana itu dibagi-bagi untuk tujuh orang keluarganya.
"Telur dadar karena paling gampang. Saya keluarga kan bertujuh. Jadi telur ini dipotong tujuh," ucap Irwandi.
Baca juga: Juru Kunci Makam Mbah Datuk Banjir Perketat Syarat Peziarah yang Mau Tirakat
Terkadang, Irwandi bersama keluarganya sahur dengan mi instan dan sayuran. Semua itu sang ibu yang memasak.
Sedangkan saat menjelang berbuka, Irwandi pun kerap bermain papan selancar tradisional pada zaman itu.

Irwandi bersama temannya menyebut papan selancar tradisional itu dengan nama 'kelaher'.
"Kami suka main kelaher, skateboard yang dimodif dari kayu-kayu biasa dipotong mirip papan selancar, lalu dipasang roda seperti di kulkas itu, lho," tuturnya.
Hal itu sering dimainkan guna disebut sebagai kegiatan ngabuburit Ramadan.
Berbuka Puasa Wajib Ada Jengkol
Satu hal yang menjadi favorit berbuka puasa bagi Irwandi, yakni menyantap jengkol.
Jengkol menjadi menu yang wajib untuk Irwandi.
Tapi sayangnya, di keluarganya sekarang hanya dia yang doyan dengan makanan tersebut.
"Kalau makan jengkol pasti nafsu. Sama dendeng, deh. Tapi jengkol harus beli, karena orang rumah tidak ada yang doyan. Jadi, beli di luar," kata Irwandi, tertawa kecil.
Baca juga: Pantangan Ziarah ke Makam Datuk Banjir, Aparat Dilarang Pakai Seragam
"Tapi ada menu lainnya juga saat buka puasa sekarang ada sop iga dan teri. Tapi jengkol tetap," sambungnya.
Setelah beberapa kali berpuasa di rumahnya yang berada di Percetakan Negara, Irwandi pun sempat pindah ke Jalan Mardani, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Di sana, dia pernah menjadi remaja masjid dan membuat program selama ramadan.
Program tersebut berupa membagikan sembako kepada mereka yang kurang mampu.
Berpuasa Tanpa Sosok Ibu
Pada awal 2021, ibunda dari nomor orang dua di Jakarta Pusat meninggal dunia.
Bagi Irwandi, puasa tahun ini merupakan pengalaman pertamanya tanpa sosok ibu.
"Ini tahun pertama saya puasa tanpa sosok ibu yang meninggal dunia pada awal 2021," kata Irwandi.
"Biasanya saya kalau sebelum bulan puasa tuh, datang ke rumah ibu membawa makanan, sirup, dan sebagainya. Tapi sekarang tidak bisa lagi," sambung Irwandi, suaranya pelan.
Irwandi pun sempat berziarah ke makam ibunya sebelum Ramadan dilaksanakan.
Baca juga: Bolehkah Mandi Junub setelah Imsak? Sahkah Puasanya? Ini Penjelasan Lengkapnya
Sedangkan ayahnya telah wafat lebih dulu pada tahun 1989.
"Rasanya sedih, ada yang hilang. Suasanya pun berbeda, saya benar-benar kehilangan sosok ibu," ucapnya.
"Bapak ibu saya selalu mengingatkan salat, mengaji, dan tarawih," ingat Irwandi.
Kini, Irwandi menghabiskan waktu bersama istri dan ketiga anaknya.
Satu dari tiga anaknya telah menikah pada Oktober 2020.
Dia berharap dapat memiliki cucu dari anaknya.
"Ya, mudah-mudahan cepat diberikan keturunan biar punya cucu dan jadi MC (momong cucu)," harap Irwandi.
"Semoga saya juga diberikan kesehatan dan diberikan segala kemudahan diberikan rezeki untuk membantu orang lain. Saya bisa menikmati hari tua dengan tenang," ucap dia.