Pilu Anak Autis Jadi Korban Perlakuan Orangtua: Buta Akibat Dipasung, Dianggap Kemasukan Roh Jahat

Anak yang menderita autisme hiperaktif menjadi korban perlakuan orangtuanya di Limbangan, Kendal. Ia mengalami kebutaan.

Tribun Bali
Ilustrasi Pemasungan. Anak yang menderita autisme hiperaktif menjadi korban perlakuan orangtuanya di Limbangan, Kendal. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Anak yang menderita autisme hiperaktif menjadi korban perlakuan orangtuanya di Limbangan, Kendal.

Anak tersebut dipasung orangtuanya hingga mengalami kebutaan.

Bahkan anak tersebut dianggap kemasukan roh jahat sehingga orangtua memilih untuk memasungnya.

Perlakuan orangtua terhadap anaknya tersebut dianggap tak manusiawi.

Adanya anak yang dipasung hingga mengalami kebutaan diungkapkan
Perwakilan PPDI Kota Semarang, Laili N Linda Fatmawati.

Laili menemukan anak penderita autisme hiperaktif itu berjenis kelamin laki-laki berusia 17 tahun.

Anak tersebut masing dipasung oleh orangtuanya di rumah sampai saat ini.

Anak itu mengidap autisme hiperaktif sehingga ketika tantrum mengamuk.

Orangtua yang tak tahu cara menghadapi anaknya saat tantrum memilih memasungnya.

Bahkan mereka menganggap anaknya kemasukan roh jahat sehingga memilih dipasung.

Akibat pemasungan itu anak tersebut mengalami kebutaan.

"Kami mendapatkan informasi tersebut memang terlambat sehingga anak tersebut dipasung hingga buta. Hingga kini kami masih berusaha membujuk orangtua anak tersebut," katanya dikutip dari TribunJateng.com, Kamis (22/4/2021).

Menurut dia, kesulitan yang dihadapi para relawan dan para guru SLB lantaran keyakinan orangtua yang masih kolot.

Mereka berpikir anak mereka yang seorang penyandang disabilitas lebih dikaitkan ke hal mistik berupa kemasukan roh jahat.

Baca juga: Uya Kuya Kaget Astrid Positif Hamil Anak Ketiga, Makin Bingung saat Tahu Fakta Sebenarnya: Yaelah!

Mereka membentengi diri sehingga petugas kesulitan untuk membujuk agar anak tersebut mendapat perlakuan layak.

"Orangtua selalu bilang itu anaknya jadi orang lain tak perlu mencampurinya. Namun para petugas belum menyerah dan masih terus membujuk," terangnya.

Untuk di Kota Semarang, kata dia, tak kalah mirisnya.

Kejadian yang menimpa para penyandang disabilitas di Kota Semarang ada seorang anak difabel ditempatkan bersebelahan kandang kambing di Rowosari, Tembalang, Kota Semarang.

Anak itu penyandang difabel down syndrome.

"Hal itu kami temukan saat home visit. Kami lantas menanganinya. Mirisnya Ayah anak difabel itu lebih rajin mengurus kambing daripada anaknya," kata dia.

Dia tak memungkiri kejadian-kejadian tersebut seringkali ditemukan di daerah pedesaan.

Kurangnya edukasi dari pihak-pihak terkait membuat orangtua cenderung abai.

"Tentu edukasi harus melibatkan harus dari berbagai pihak baik dari pemerintah, tenaga medis, komunitas dan lainnya," terangnya.

Baca juga: Nasib Pilu Bocah Autis 10 Tahun Dipasung Lalu Disiksa di Kandang oleh Orangtua Kandung

Persoalan di perkotaan yang dihadapi para penyandang disabilitas di Kota Semarang juga tak kalah peliknya.

Mereka mendapatkan pelecehan seksual ketika beraktivitas di tempat umum.

Dominasi difabel yang mendapatkan pelecehan teman tuli dan netra.

"Contohnya saat mereka naik BRT mereka sering dilecehkan lantaran kondisi mereka yang kekurangan.

Belum lagi bullying yang menimpa mereka di lingkungannya," paparnya.

Dia pun mendorong Pemkot Semarang untuk segera membentuk Perwal Disabilitas.

Perwal tersebut dibutuhkan para teman-teman disabilitas Kota Semarang sebagai payung hukum mereka ketika ada persoalan.

Sekaligus menjamin disabilitas untuk memperoleh hak-haknya.

"Selain untuk pemenuhan hak-hak difabel berdasarkan potensi yang ada juga menutup kemungkinan pemerintah daerah untuk abai terhadap persoalan disabilitas," terangnya.

Dia menyebut, 12 daerah dari 35 Kabupaten / Kota di Jateng sudah memiliki perda / perwal Disabilitas.

Mirisnya, Kota Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi belum memiliki Perda tersebut.

Padahal penetapan Perda tersebut dilakukan untuk menjamin hak, kewajiban, peran dan kedudukan yang sama serta melindungi dari berbagai bentuk diskriminasi bagi penyandang disabilitas.

Hal itu sangat urgent dibutuhkan para teman disabilitas sehingga kami meminta Pemkot segera menyusun dan mengesahkan perwal Disabilitas.

Perwal atau perda tersebut sangat dibutuhkan teman-teman disabilitas sebagai payung yang menaungi disabilitas ketika ada masalah kami kuat," terangnya.

Selain itu, lanjut dia, disabilitas Kota Semarang juga membutuhkan unit layanan disabilitas.

Unit tersebut berfungsi sebagai wadah pelatihan inklusi bagi teman-teman disabilitas.

"Unit itu melatih disabilitas yang menitik beratkan pra bencana dan stretegi penanggulangan bencana," paparnya.

Dia mengatakan, para disabilitas juga membutuhkan pemberdayaan mulai dari ekonomi, politik, sosial kesehatan, tenaga kerja, akses fasilitas umum.

"Apakah kebijakan Pemkot Semarang untuk difabel berhasil atau gagal Pemkot harus melibatkan para disabilitas," ujarnya.

Baca juga: Kisah Pilu Bocah Autis 10 Tahun Dipasung & Disiksa di Kandang, Orangtua Sebut Kerap Buat Jengkel

Baca juga: Ibunya Lumpuh Karena Polio, Sang Anak yang Menderita Gangguan Jiwa Dipasung Selama 7 Tahun

Meski demikian, dia tetap mengapresiasi lantaran sudah berusaha memenuhi hak-hak disabilitas.

Namun dia memberi catatan perlu ada perbaikan lantaran aksesibilitas penyandang disabilitas belum berjalan optimal.

"Hal itu dapat dilihat ne lalui kondisi fasilitas publik di Kota Semarang," katanya.

Dia menambahkan, Pemkot Semarang harus melakukan dua pendekatan mulai dari fokus pada kebijakan dan memperoleh fakta apakah kebijakan tersebut efektif atau sebaliknya.

Melakukan pemetaan dari bawah ke atas yang menekankan birokrat level bawah dan kelompok sasaran merupakan pengaruh yang paling utama dalam implementasi kebijakan.

Peristiwa Pemasungan

Pemuda ODGJ Dipasung di Tasikmalaya

Seorang pemuda bernama Yadi Supriadi (31) terpaksa dikurung dalam ruang sempit karena pengidap ODGJ.

Yadi sudah sekitar tiga bulan hidup dalam pasungan di dalam ruang sempit tak jauh dari rumah orang tuanya di Kampung Sabeulit, Desa/Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

Endang (59), ayah kandung Yadi, menuturkan, Yadi kerap mengamuk dan juga suka mengancam keselamatan dirinya.

"Yadi memang selama ini mengalami gangguan jiwa dan suka mengamuk. Atas persetujuan aparat di sini Yadi akhirnya dikurung," kata Endang, Minggu (27/12).

Menurutnya, Yadi sudah pernah diobati secara medis. Tapi karena tak punya biaya, pengobatan rutin akhirnya dihentikan.

"Dibawa ke orang pintar pun sudah beberapa kali. Tapi tidak membawa hasil. Daripada terus mengganggu, atas persetujan aparat di sini, Yadi akhirnya dikurung," ujar Endang.

Endang mengaku sebenarnya tak tega memperlakukan Yadi seperti itu. Tapi tak ada cara lain demi keamanan warga serta Yadi sendiri, akhirnya dipasung seperti itu.

"Saya berharap ada uluran tangan pemerintah untuk mengobati penyakit Yadi," kata Endang.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Seorang Pemuda Dipasung di Ruangan Sempit, Kerap Mengamuk dan Membahayakan Warga, .

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Warga di Kendal Pasung Anak Tantrum Sampai Buta, Dikira Kerasukan Roh Jahat

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved