Sisi Lain Metropolitan

Cerita Zakiyah, Perajin Dodol Betawi di Pasar Minggu: Jelang Lebaran, Pernah Produksi 80 Kuali Dodol

Dari tepi jalan Damai No. 39, Pejaten Timur, terpampang sebuah spanduk bertuliskan "Dodol Betawi Ketan Asli Ibu Zakiyah".

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS
Seorang pekerja tampak mengaduk adonan dodol Ibu Zakiyah di atas kerenceng atau kuali pada Rabu (28/4/2021). 

Meski terlihat simpel, nyatanya, mengaduk dodol betawi itu tak mudah.

Butuh tenaga ekstra serta teknik kala mengaduk adonan kecoklatan itu di atas kuali atau kerenceng. 

Bila salah aduk, bisa-bisa semua adonan dodol di dalam kuali rusak semua.

Dolah, pengelola usaha dodol Ibu Mariyam di Jalan Damai no.4, Pejaten Timur, Pasar Minggu, sempat merasakannya.

Ia pernah mengaduk adonan menggunakan sodet berbahan kayu Mahoni (semacam pengaduk panjang mirip dayung). Ketika mengaduk, lapisan tembaga tergerus oleh sodetan itu.

Lapisan itu pun tercampur ke dalam adonan dodol. Akibatnya, adonan dodol tak bisa dilanjutkan.

"Kalau ke lapisan kerenceng tergerus, masuk ke dodolnya rusak itu semua adonannya," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (28/4/2021).

Baca juga: Berikut Daftar Buah-buahan Segar Berkhasiat Meredakan Asam Lambung

Dolah melanjutkan ketika mengaduk adonan dodol dibutuhkan kesabaran lantaran memakan waktu berjam-jam.

Adonan dodol yang terdiri dari tepung beras ketan, santan dan gula merah itu diaduk sekitar 6 sampai 8 jam. 

Adonan harus terus menerus diaduk agar tidak hangus.

"Mengaduknya pun ada tekniknya, kalau enggak tahu pasti gagal. Hangus atau kerenceng bisa rusak kalau bolong," tambahnya.

Ia pun membutuhkan waktu dua hari untuk beristirahat setelah seharian mengaduk dodol.

Sebab, mengaduk dodol cukup menguras tenaga.

"Saya kalau mengaduk istirahatnya dua hari. Ibaratnya seperti mendayung. Kalau buat masak dodol, resikonya tinggi masaknya ribet," lanjutnya.

Baca juga: Mulai Besok, Bandara Halim Perdanakusuma Lakukan Percobaan Tes GeNose untuk Penumpang

Zakiyah (50), perajin dodol di Jalan Damai no. 39 bercerita pernah suatu saat kerencengnya rusak karena seorang pekerja belum menguasai betul tekniknya. 

"Kerenceng saya rusak tahun kemarin. Banyak yang bolong. Masalahnya orang baru kita ajarin udah mengaduk," keluhnya.

Menurutnya, pekerja yang sudah senior dan ahli, biasanya sekitar 6 jam dodol sudah matang.

Bila merekrut pekerja baru, bisa-bisa adonan dodol gagal. 

Ia lebih memilih pekerja yang sudah berpengalaman dalam mengolah dodol.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved