Sisi Lain Metropolitan
Bayinya Menderita Epilepsi, Warga Penjaringan Harap Pemerintah Anggarkan Susu Khusus Intraktabel
Warga Penjaringan, sekaligus seorang ibu dari Kenzi, anak penderita epilepsi intraktable dan mikrosefalus, Ima (37) mengaku kesulitan mencarinya.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Ima bercerita bahwa anaknya harus memakai selang di hidung lantaran tak bisa minum secara normal. Dikhawatirkan Kenzi bisa tersedak saat minum melalui mulut.
"Karena kalau tersedak bisa masuk paru-paru nanti takut fatal," tambahnya.
Pihak rumah sakit memasangkan selang di hidung Kenzi. Ima diminta untuk mengalirkan cairan susu melalui selang yang didorong dengan pompa suntikan di rumah.
Lima jenis obat-obatan untuk penyembuhan kejang pun dimasukkan melalui selang itu.
Semakin bertumbuh, Kenzi kerap mencabut selang itu dari hidungnya. Karena cemas harus mondar-mandir di masa pandemi, Ima diajarkan pihak rumah sakit untuk memasang sendiri selang itu bila sewaktu-waktu lepas.
"Selangnya saya yang masukkin sendiri, itu tega enggak tega sih. Sudah diajarin oleh pihak rumah sakit," ucapnya.
Susu yang harus diberikan pun bukan susu bayi pada umumnya. Ima diminta dokter untuk memberikan susu medis untuk penyembuhan kejang-kejang yang diderita Kenzi.
Bayi itu juga harus menjalani diet ketogenik (diet karbohidrat) untuk mengurangi frekuensi kejangnya.
Sebab, Kenzi sempat mengalami kejang 47 kali dalam satu hari.
"Saat ini belum bisa konsumsi susu lain selain susu medis. Dia juga harus mengikuti diet ketogenik untuk proses penyembuhan kejang-kejangnya," lanjutnya.
Untuk penyembuhan mikrosefalus, Kenzi melakukan terapi untuk merangsang motoriknya di RSCM.
"Ia diajarin untuk tengkurap dan duduk. Diajak berkomunikasi agar merangsang otak dia," pungkasnya.
Ia berharap agar pemerintah dapat memfasilitasi para penderita epilepsi intraktabel seperti Kenzi terutama dalam pemenuhan susu medis secara berkelanjutan.