Antisipasi Virus Corona di Tangsel
Cerita Dokter Dessy Tangani Vaksinasi Covid-19 Bagi ODGJ di Pamulang: Tidak Masalah Kalau Mengamuk
Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), juga bisa terpapar Covid-19. Hanya saja jarang mendapat perhatian warga
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, PAMULANG - Penyandang disabilitas mental atau yang biasa disebut orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), juga bisa terpapar Covid-19.
Belum lama narasi komedi tentang ODGJ yang tidak bisa terinfeksi virus ganas itu sempat meluas di dunia maya.
Meski tidak dengan nada serius, masyarakat bisa saja berbeda dalam mengonsumsinya.
Dessy Tristiviyati, dokter umum Puskesmas Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel), membantah narasi tersebut.
Baca juga: Vaksinator Covid-19 Jemput Bola di Pondok Cabe Ilir, Pasien ODGJ Teriak Saat Disuntik
Dessy yang diberi tanggung jawab memimpin vaksinasi Covid-19 untuk ODGJ di Pondok Cabe Ilir itu, tegas mengatakan tak seorangpun benar-benar imun dari Covid-19.
Menurut Dessy, anggapan bahwa ODGJ kebal Covid-19 karena banyak di antara mereka yang terlantar sehingga tidak ada yang memperhatikan kondisi kesehatannya.

Maka, ODGJ juga perlu mendapat vaksinasi Covid-19.
"Bukannya enggak bisa kena Covid-19, karena ODGJ itu enggak ada yang perhatiin. Jadi kalaupun Covid-19 enggak ada yang tahu. Padahal dia juga sama bisa kena," ujar Dessy.
Hari- hari Dessy kini disibukkan dengan rencana vaksinasi pasien ODGJ di wilayahnya.
Ia harus turun langsung dengan tim vaksinator menjemput bola atau door to door ke rumah pasien, karen tidak semua pasien ODGJ bisa koperatif diajak ke puskesmas.
Baca juga: Viral ODGJ Ngamuk di Minimarket Pamulang, Setelah Diamankan Polisi Diajak Berkelahi
Kunci dari keberhasilan menyuntik vaksin pasien adalah restu keluarga.
"Kesulitannya lebih ke keluarga. ODGJ ini sama dengan orang dengan penyakit lain, kalau keluarganya mau ngurus kondisinya akan baik-baik aja," kata Dessy.
Jika ODGJ yang akan divaksin tak punya keluarga, untuk menahannya saja sudah sulit.
Baca juga: Pria Diduga ODGJ di Kronjo Kabupaten Tangerang Tewas Ditembak Polisi karena Ancam Warga dengan Golok
Dessy bahkan sudah menetapkan diri tidak memprioritaskan vaksinasi bagi ODGJ terlantar, ataupun yang ditutup-tutupi keluarganya.
"Kesulitanya itu si pasien seperti diabaikan oleh keluarga, jadi saya kesulitan menangkap ODGJ ini untuk divaksin. Kalau keluarganya menutup diri ya sudah saya juga nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Kalau ada pasien yang keluarganya mau kerjasama. adalah restu keluarganya," ujarnya.
Jika si pasien ODGJ tiba-tiba bereaksi seperti ngamuk atau mencoba kabur, Dessy tidak takut.
Sebab selama ada keluarga, pasien ODGJ bisa ditenangkan.
"Ngamuk nggak masalah. Kalau selagi ada keluarga yang bantu atau masyarakat yang bantu bisa diatasi," jelas Dessy.
Rasa khawatir tentu ada. Hanya saja sebagai palang pintu terakhir melawan Covid-19, Desay harus tegar.
Ia selalu menyebut semua kondisi pasien di lapangan bisa digangani.
"Yaiyalah takut, takutnya dia melakukan kekerasan. Tapi sampai saat ini belum nemu yang sampai kayak gitu, masih bisa diatasi," pungkasnya.
Baca juga: 162.173 Pelajar di Jakarta Selatan Telah Disuntik Vaksin Covid-19
Pada Rabu (18/8/2021) petang, Dessy dan dua tenaga kesehatan mendatangi rumah Adi Riyanto (40), pasien ODGJ yang tinggal dengan keluarganya di Jalan Kubis 4, Pondok Cabe Ilir.
Saat disambangi, Adi sedang tertidur di teras rumah dekat motor yang terparkir.
Pihak keluarga mengatakan, Adi sering tidur karena meminum obat penenang.
Jika sedang kumat, Adi suka berteriak sendiri, namun kondisinya mulai membaik.
Baca juga: Stok Vaksin Covid-19 Semakin Menipis, Dinkes Tangsel Hanya Fokus Suntik Dosis Kedua
Pada tahun 90-an akhir, Adi terjatuh dari kereta hingga kepalanya cidera parah. Semenjak itu, kondisi kejiwaannya terganggu.
Setelah dibangunkan dan Adi mengusap wajahnya, vaksinasi dipersiapkan.
Adi terlihat bingung, namun setelah ditenangkan ayah ibunya, Adi manut kata dokter dari puskesmas.
Tak mendapat kesulitan berarti, vaksinator menembuskan jarum suntik dan memasukkan vaksin Sinovarm ke lengan Adi.
Dari Kubis 4, Dessy dan dua vaksinator lain naik motor berpindah ke Jalan Cabe 3, Pondok Cabe Ilir.
Di sebuah rumah pinggir jalan yang agak menjorok ke dalam, ada Hendra kiswadi (37), pasien ODGJ lainnya.
Setelah memberi penjelasan, akhirnya pihak puskesmas mendapat restu orang tua Hendra untuk vaksinasi.
Hendra terlihat koperatif saat bersiap sambil duduk di kursi pelataran rumah.
Namun ketika melihat jarum suntik matanya membelalak.
"Jangan dilihatin, jangan nangis," canda Dessy mencairkan suasana.
Saat jarum disuntikkan, Hendra berteriak, "Aaauuww!"
Namun tidak lama Hendra tersenyum karena penyuntikan berlangsung cepat.
"Makasih ya," kata Hendra sambil masuk ke dalam rumahnya.
Terima kasih juga disampaikan Sikam, (68), ayah dari Hendra.
Menurut sikam, Hendra kerap berjalan keliling Cabe 3 dan sangat rawan menularkan ke orang lain jika terpapar Covid-19.
Baca juga: Kenapa Sertifikat Vaksin Belum Muncul Meski Sudah Divaksinasi? Ini Penjelasannya
"Biar sehat, jangan sampai kena corona. Karena kalau kena corona nanti pasti menular ke mana-mana. Iya biar keluarga juga lebih aman," kata Sikam.
Terlebih, Hendra sulit untuk diminta menerapkan protokol kesehatan, terlebih menggunakan masker.
"Karena dia susah kalau disuruh pakai masker. Kadang-kadang dipakai, kadang-kadang enggak. Takutnya kan penyakit saja dah, dibawa pulang. Di sini kan banyak keluarga," pungkas Sikam.