Lembaran Pahit Hidup Musdalifah, 5 Tahun Tidur Beralas Puing & Gigitan Tikus di Kampung Akuarium
Musdalifah (31) dan keluarganya harus merasakan lembaran pahit dalam hidup selama lima tahun tinggal beralaskan puing sisa penggusuran Kampung Akurium
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Musdalifah (31) dan keluarganya harus merasakan lembaran pahit dalam hidup selama lima tahun tinggal beralaskan puing sisa penggusuran Kampung Akurium.
Selain itu, Musdalifah menerima gigitan tikus, sulit mendapatkan air bersih hingga pasokan listrik.
Musdalifah dan keluarganya bersama sejumlah orang lainnya memilih bertahan hidup di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara.
Lima tahun lalu tepatnya 11 April 2016, tempat tinggal Musdalifah dan keluarga lainnya di Kampung Akurium digusur Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Mudalifah pun terpaksa pindah dan bertahan hidup di shelter sejak saat itu.
Baca juga: Warga Kampung Akuarium Terkenang saat Digusur Ahok Hingga Tidur di Tenda Darurat yang Penuh Tikus
Ia pun bercerita mengenai pengalaman penuh duka saat tinggal di tempat tersebut.
Ia masih mengingat masa-masa sulit itu warga yang bertahan di Kampung Akuarium merasakan kehidupan yang miris.

Kenangan yang paling membuatnya susah tidur malam di tenda darurat yakni banyaknya tikus berkeliaran.
Tak sekali dua kali ia digigit tikus.
Bukan itu saja, selama di tenda pengungsian, warga susah dapat pasokan listrik dan air bersih. Belum lagi cuaca tak bersahabat.
Baca juga: Biaya Hunian Kampung Susun Akuarium Ditetapkan Secara Kekeluargaan
"Hidup di tenda paling ingat, susah nyari air, nggak ada listrik, sama digigit tikus," cerita Musdalifah kepada TribunJakarta.com di lokasi, Kamis (19/8/2021).
Menurut Musdalifah, warga tak berdaya ketika ribuan personel gabungan Satpol PP, TNI, Polri, dikerahkan saat penggusuran Kampung Akuarium berlangsung.
"Saya di sini hampir 20 tahun. Pokoknya pas tahu tanggal 11 April 2016 itu terjadi penggusuran," kenang Musdalifah.

"Waktunya itu sangat cepat sekali, enggak ada sosialisasi dulu kepada warga."
"Dalam jangka waktu 11 hari diratakan dan kita pun enggak tahu peruntukkannya buat apa," kata Musdalifah.
Singkat cerita, Kampung Akuarium akhirnya rata dengan tanah.
Baca juga: Foto-Foto Perubahan Drastis Kampung Akuarium di Era Anies Baswedan
Pascapenggusuran, Musdalifah dan suaminya Helmi (36) serta anak pertamanya sempat kebingungan mencari tempat tinggal.
Sebagian warga akhirnya memilih menempati rumah susun yang dijanjikan pemerintah pada era Ahok.

Sedangkan Musdalifah dan sebagian warga memilih bertahan di tenda.
Bukan tanpa alasan, Musdalifah memilih bertahan di kawasan tersebut karena pekerjaan sang suami yang berdekatan dengan Kampung Akuarium.
"Mata pencaharian suami saya kan buruh harian. Seandainya ditempatkan di Rusun Marunda atau Rusun Cakung itu terlalu jauh buat kerja," ucap dia.
"Sedangkan penghasilan saja sehari cuma berapa. Kalau buat bolak balik ongkos enggak cukup," bebernya.
Baca juga: Digusur Ahok Lalu Dibangun Anies Baswedan, Intip Sederet Fasilitas Kampung Susun Akuarium
Musdalifah pun sempat menitipkan barang-barang ke rumah kerabat sebelum kembali ke puing-puing penggusuran, di mana tenda-tenda pengungsian mulai terpasang.
"Bingung mau tinggal di mana, tadinya numpang dulu ke rumah kakak saya."
"Pas di sini ada tenda ya sudah saya tinggal di tenda sini aja, bareng sama warga lain," kata Musdalifah.

Bertahan hidup di tenda jauh dari kata nyaman bagi Musdalifah dan mereka yang tetap bertahan di Kampung Akuarium.
Beralaskan bebatuan sisa-sisa penggusuran, Musdalifah dan keluarga kecilnya hidup jauh dari kata enak.
Mereka harus berbagi ruang dengan warga korban penggusuran lainnya.
Seingat Musdalifah, dirinya harus hidup di tenda selama dua tahun.
Baca juga: Siap Dihuni, Kampung Susun Akuarium Akan Dikelola Koperasi dari Warga untuk Warga
Selama itu, sengatan matahari, angin kencang, hujan deras, membuat mereka yang tinggal di tenda begitu sengsara.
Tak jarang warga setempat harus begadang hingga pagi untuk memegang erat besi penyangga tenda.
Maksudnya, supaya tempat mereka berteduh tidak rubuh seketika.
"Kalau enggak salah di tenda hampir dua tahun. Saya ngerasain panas, kehujanan."
"Apalagi pas angin gede, kita enggak bisa tidur. Sama-sama pegangan tiang aja," kenang Musdalifah mengenang masa-masa sulit bertahan di atas puing penggusuran.

Satu tenda ada yang berisi enam keluarga sampai tujuh keluarga.
Tinggal di tenda selama dua tahun, hidup Musdalifah dan warga lainnya jauh dari rasa nyaman karena sehari-hari tanpa listrik serta air bersih
Berlalu dua tahun, Gubernur Anies mulai membangun hunian sementara bagi warga tergusur.
Saat itu Anies berjanji bakal kembali membangun Kampung Akuarium, tapi dengan hunian yang lebih layak dari sebelumnya.
Anies membangun sedikitnya 90 unit shelter untuk warga yang masih berharap rumah mereka dibangun kembali.
Baca juga: Ini Alasan Kampung Akuarium Dipilih Jadi Lokasi Pencanangan HUT ke-494 DKI Jakarta
Musdalifah salah satu yang merasa terbantu dengan keberadaan shelter.
"Alhamdulillahnya, begitu masuk shelter ada identitas diaktifkan, air ada, listrik ada, semua ada," kata dia.
Perjuangannya bertahan hidup di tenda pengungsian selama lima tahun terbayar tuntas saat Anies datang pada Selasa (17/8/2021) lalu.
Tepat di hari kemerdekaan RI, Anies meresmikan pembangunan tahap 1 Kampung Susun Akuarium sebagai kemerdekaan baru bagi warga.
"Hari ini kita rayakan di Kampung Akuarium, merdeka untuk keadilan, merdeka untuk kesejahteraan," kata Anies dalam sambutannya.
Baca juga: Siap Dihuni, Kampung Susun Akuarium Akan Dikelola Koperasi dari Warga untuk Warga
"Warga di sini tabah melewati masa itu dengan ketahanan mental yang luar biasa. Periode 5 tahun mereka menjalani ujian amat besar," imbuh Anies.
Peresmian tahap 1 Kampung Susun Akuarium tepat setahun sejak peletakan batu pertama, yaitu 17 Agustus 2020.
Dua blok bangunan lima tingkat berisi 107+1 unit hunian tipe 36 itu menjadi awal sebuah kisah baru bagi Musdalifah dan warga Kampung Akuarium.
Musdalifah dan keluarganya mendapat unit di lantai 3 Blok D.
Ia bisa bernafas lega karena perjuangannya bertahan di atas hamparan puing tak sia-sia.
"Saya sudah sempat melihat ke dalamnya, senang. Itu sesuai konsep warga juga. Alhamdulillah hasilnya memang bagus," kata dia.
Kini, Musdalifah dan warga lainnya bersiap mengemasi barang-barang untuk segera menempati unit blok Kampung Susun Akuarium.
Dalam waktu dekat, warga yang dulu tinggal di atas batu akan segera menempati rumah baru.
Fasilitas Kampung Susun Akuarium

Kampung Susun Akuarium telah diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bertepatan dengan momen HUT ke-76 RI.
Anies mendatangi Kampung Susun Akuarium di Penjaringan Jakarta Utara pada Selasa (17/8/2021).
Diketahui, pembangungan Kampung Susun Akuarium melewati proses panjang.
Kawasan tersebut sempat digusur era Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada 11 April 2016.
Namun, pada era kepemimpinan Anies Baswedan, Pemprov DKI Jakarta membangun kembali Kampung Akuarium.

Pembangunan itu dutandai dengan peletakan batu pertama pada 17 Agustus 2020.
Dikutip dari Kompas.com, hunian layak untuk warga Kampung Akuarium itu berkonsep kampung susun yang dibangun di atas lahan lebih kurang 10.300 meter.
Rencananya 241 hunian yang terdiri dari 5 blok di kawasan tersebut.
Lalu apa saja fasilitas Kampung Susun Akuarium ? Yuk, intip sederet fasilitasnya.
Berdasarkan informasi dari akun instagram Pemprov DKI Jakarta @dkijakarta terungkap fasilitas Kampung Susun Akuarium
Tahap 1 pembangungan Kampung Susun Akuarium selesai
A. 2 blok
B. 5 lantai
C. 107 unit hunian
Hunian Tipe 36
A. 1 Kamar Tidur
B. 1 Kamar Mandi
C. Dapur
D. Ruang Keluarga
Konsep Unik Kampung Susun Akuarium
A. Desain split level untuk ruang interaksi antarpenghuni
B. Material roster untuk memperkuat identitas bentuk dan warna atap
C. Warna dinding putih menyesuaikan kawasan heritage setempat
Fasilitas pendukung yang sudah tersedia
A. 3 lokasi usaha
B. 1 galeri yang akan menampilkan dokimentasi peninggalan cagar budaya di kawasan Kampung Akuarium
Fase Penting Kampung Susun Akuarium
A. 2017 - Pengosongan Lahan
B. 2018 - Penataan Kembali
Pembangunan 90 unit hunian sementara (shelter)
C. 2019 - Perencanaan Partisipatif
Perencanaan Kampung Susun oleh warga dan pembahasan kajian arkeologi oleh Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta
D. 2020 - Konstruksi Gedung
E. 2021 - 2 Blok terbangun
Penghunian tahap pertama
F. 2022 - Serah Terima 100%
Penyelesaian 3 blok hunian dan kawasan
Penghunian tahap kedua
Pidato Anies

Pembangunan Kampung Susun Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara mencapai 87,5 persen. (Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta)
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menilai diresmikannya hunian Kampung Susun Akuarium sebagai sebuah arti kemerdekaan baru.
"Hari ini kita rayakan di Kampung Akuarium, merdeka untuk keadilan, merdeka untuk kesejahteraan," kata Anies dalam sambutannya di lokasi.
Kampung Susun Akuarium yang diresmikan ini ialah tahap pertama dari keseluruhan pembangunan.
Bangunan yang sudah selesai dibangun dan siap ditempati antara lain Blok B dan Blok D Kampung Akuarium.
Nantinya, kedua hunian yang masing-masing lima lantai itu bisa menampung 107 KK.
Anies menyatakan, kehadiran Kampung Susun Akuarium ini menjadi angin segar warga yang selama 5 tahun ini menanti hunian baru di lokasi bekas gusuran.
Lewat proses panjang dan perlahan, lanjut Anies, akhirnya warga bisa kembali menempati Kampung Akuarium secara layak.
"Warga di sini tabah melewati masa itu dengan ketahanan mental yang luar biasa. Periode 5 tahun mereka menjalani ujian yang amat besar," kata Anies.
Pengelolaan Kampung Susun Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, akan diserahkan kepada para warga yang sejak awal menghuni permukiman tersebut.
Lewat Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri bentukan warga, pengelolaan segala hal yang berkaitan dengan hunian baru ini diharapkan berjalan baik.
Dikelola Koperasi Warga
Progres pembangunan Kampung Susun Bahari Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, memasuki 10 persen (Dok. Istimewa)
Ketua Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri Dharma Diani mengatakan, sebelum siap dihuni, ada kesepakatan dengan pemerintah bahwa Kampung Susun Akuarium dikelola oleh koperasi warga.
"Ini kita beda dengan rusun lainnya yang diserahkan kepada UPRS atau pihak ketiga dari Pemda. Jadi ini lebih kepada dari warga untuk warga, karena koperasi adalah warga," kata Diani di lokasi, Selasa (17/8/2021).
Konsep paripurna terkait pengelolaan rusun oleh Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri masih akan didiskusikan dalam hari-hari ke depan.
Namun, sejauh ini gambaran pengelolaannya adalah, warga terlibat dalam segala hal yang berkaitan dengan operasional rusun.
"Memang itu sih yang diharapkan warga juga sebagai petugas kebersihannya, petugas keamanan, semuanya. Jadi kita dari warga untuk warga," ucap Diani.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap, pengelolaan Kampung Susun Akuarium tak hanya soal bangunannya saja.
Anies berharap lewat pengelolaan dari warga untuk warga, timbul rasa kekeluargaan yang semakin kuat.
"Saya secara khusus untuk menitipkan agar pengelolaan ini berjalan dengan baik. Dikelola bukan hanya fisiknya. Karena ini bukan hanya soal menjaga ketertiban dan menjaga ketertiban saja," ucap Anies.
"Tunjukan bahwa ketika bangunan menjadi baru dan nyaman, justru ikatan kekeluargaan di kampung ini menjadi makin kuat," katanya. (TribunJakarta/Gerald Leonardo Agustino)