Tangis Remaja Demi Bisa Berjalan, Sepekan Dikubur Separuh Badan Hingga Nginap 2 Bulan di Rumah Dukun

Tangis Fahmi Sodik, remaja berusia 15 tahun di Kabupaten Pamekasan agar bisa berjalan. Nginap di rumah dukun hingga dikubur separuh badan.

Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Yogi Jakarta
tabloidnova.com/ist
Ilustrasi Berjalan. Tangis Fahmi Sodik, remaja berusia 15 tahun di Kabupaten Pamekasan agar bisa berjalan. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Tangis Fahmi Sodik, remaja berusia 15 tahun di Kabupaten Pamekasan agar bisa berjalan.

Orangtua Fahmi Sodik yakni Sabber (57) dan Sajuni (45) pung melakukan berbagai cara agar anaknya dapat sembuh dari sakit.

Mereka merupakan warga Dusun Laok Gunung, Desa Waru Timur, Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan Madura.

Upaya yang mereka lakukan mulai dari menginap di rumah dukun selama dua bulan hingga Fahmi dikubur separuh badan selama delapan hari di halaman rumah mereka.

Fahmi dikubur separuh badan pada siang hari.

Baca juga: Tangis Keluarga Besar dan Teka-teki Jejak Kaki Berbeda di Lokasi Temuan Ibu & Anak di Bagasi Mobil

Orangtua Fahmi meyakini cara dapat membuat anaknya dapat berjalan.

Saat malam hari, keduanya mengangkat tubuh Fahmi untuk beristirahat.

Perjuangan Orangtua Fahmi

Fahmi Sodik belajar jalan dengan tongkat kayu dan bambu.
Fahmi Sodik belajar jalan dengan tongkat kayu dan bambu. (KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN)

Orangtua Fahmi, Sabber mengakui banyak orang memberikan saran agar anaknya bisa berjalan normal.

Saran itu antara lain cara pijat dan terapi.

Saat berusia 6 tahun, Fahmi pernah diterapi ke dukun di Pamekasan.

Fahmi bersama ibunya Sajuni harus mengingap di rumah dukun tersebut selama dua bulan.

Baca juga: Kisah Pilu Uniyah Derita Gizi Buruk Tinggal di Rumah Reyot, Lemas Tertelungkup Tahan Sakit

Namun, tidak ada hasilnya.

"Menginap di rumah dukun dua bulan pernah. Bahkan dikubur separuh badan juga pernah. Keduanya tidak ada hasilnya," kata Sabber, Senin (23/8/2021).

Fahmi pun menjadi tontonan warga dan teman-temannya saat dikubur separuh badan.

Bahkan Fahmi menangis ketika awal-awal dikubur.

"Sebetulnya saya tidak tega, tapi namanya usaha tetap harus ditempuh meskipun hasilnya nihil," ungkap Sabber.

Baca juga: Pilu Kurir Ratapi Sepeda Motor Hangus Terbakar Saat Antar Paket Pelanggan

Ikat Seluruh Tubuh

Selian itu, Saber mengungkapkan seseoran juga memberi saran agan seluruh tubuh Fahmi diikat menggunakan kain. Hal itu seperti bayi waktu baru lahir.

Itu dilakukan selama kurang lebih tiga bulan saat Fahmi berusia 10 tahun. Cara ini juga tak ada hasilnya.

Tanpa disangka, ada orang dari Jember, Jawa Timur yang prihatin mengetahui kondisi Fahmi dan keluarganya.

Baca juga: Pilu Kurir Ratapi Sepeda Motor Hangus Terbakar Saat Antar Paket Pelanggan

Orang tersebut datang ke rumah Fahmi dan mengajaknya berobat ke salah satu rumah sakit di Surabaya.

Saat dilakukan pengecekan ke seluruh kondisi tubuh Fahmi, ada kelainan pada otot di tungkai pahanya.

"Usai dari dokter itu, Fahmi diberi tongkat untuk berlatih. Tapi tongkat itu tidak dipakai karena tidak cocok untuk kondisi jalan di rumah yang berbatu. Fahmi sering jatuh," terang Sabber.

Perlahan, Fahmi yang awalnya hanya bisa merangkak, mulai belajar berjalan dengan bantuan tongkat kayu dan bambu seadanya.

Baca juga: Kisah Pilu Jelang HUT RI, Kronologi Bocah Meninggal Tersetrum Saat Hendak Dirikan Tiang Bendera

Harapan Orangtua

Sabber mengaku sudah menghabiskan banyak biaya untuk menyembuhkan kondisi sang anak.

Terhitung sudah lebih dari Rp 20 juta dikeluarkannya.

Padahal kondisi ekonomi Sabber tak menentu. Dia hanya bekerja sebagai kuli serabutan.

"Sekarang saya hanya bisa pasrah dan tak pernah putus asa dalam doa untuk kesembuhan Fahmi," ungkap Sabber.

Sampai saat ini, belum pernah ada bantuan dari pemerintah untuk penanganan kondisi Fahmi secara khusus.

Sebelumnya diberitakan, seorang bocah 15 tahun di Pamekasan mengalami kelainan hingga menyebabkan dirinya tak bisa berjalan.

Baca juga: Kisah Tragis Bocah 11 Tahun Berujung Pilu, Niat Mulia Menolong Ibu Buatnya Juga Ikut Meregang Nyawa

Tak seperti kebanyakan anak-anak lain seusianya, Fahmi tak bisa berjalan.

Dokter memvonisnya menderita cerebral palsy hingga menyebabkan kelainan gerakan pada bagian tungkai pahanya.

Sehari-hari, Fahmi berangkat ke sekolahnya di Lembaga Pendidikan Raudlatul Mubtadi'in, Waru Timur dengan cara merangkak.

Namun, belakangan ini Fahmi mulai belajar berjalan kaki dengan dibantu tongkat kayu dan bambu.

"Sudah sekitar tiga bulan ini Fahmi belajar jalan kaki. Sebelumnya merangkak kalau ke sekolah," ujar M Syahrawi Fadli, Kepala Sekolah Dasar Islam Raudlatul Mubtadi'in, saat ditemui Senin (23/8/2021).

Baca juga: Curhat Pilu Citra Monica Kehilangan 2 Calon Janin, Istri Ifan Seventeen Berusaha Ikhlas

Meskipun menggunakan tongkat sebagai alat bantu, Fahmi masih sering terjatuh.

Bahkan dia kerap berguling-guling, baik di sekolah atau pun di jalan menuju sekolah.

Tak heran, di tubuh Fahmi terdapat banyak bekas luka, terutama di bagian dagu.

Luka itu dialami Fahmi sejak masih merangkak menuju ke sekolah hingga berjalan dengan tongkat.

"Bekas luka di paha karena belajar jalan kaki. Kalau bekas luka yang lain, waktu dia jalan merangkak," kata Sabber, ayah Fahmi.

Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul CERITA Pilu Fahmi, Hanya Bisa Menangis Saat Separuh Badan Dikubur Selama 8 Hari di Halaman Rumah,

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved