Duduki Batu Tempat Bertapa Prabu Siliwangi, Kang Dedi Beberkan Mitos Sanggabuana di Tanah Sunda
Dedi Mulyadi menduduki batu yang disebut bekas tempat bertapa Prabu Siliwangi di area Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Dedi Mulyadi menduduki batu yang disebut bekas tempat bertapa Prabu Siliwangi di area Gunung Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat.
Sebagai pria asli Sunda dan disebut keturunan dari Prabu Siliwangi, Kang Dedi kemudian menjelaskan sejarah dan mitos keberadaan Gunung Sanggabuana dalam sejarah Kerajaan Pajajaran.
Adapun kedatangan Kang Dedi menyusuri Gunung Sanggabuana, salah satunya untuk melihat kondisi ekosistem dan habitat satwa yang masih tinggal di area tersebut.
Dalam perjalanan itu Kang Dedi melihat sejumlah satwa yang masih mendiami Gunung Sanggabuana, mulai dari elang jawa sampai lutung.
Harimau juga disebut masih mendiami area gunung yang bagi masyarakat Sunda memiliki sejarah cukup panjang ini.
Baca juga: Lihat Warga Panen Petai di Hutan, Kang Dedi Langsung Borong tapi Minta Ditaruh di Pohon: Untuk Apa?
Setelah berjalan kaki cukup lama, Kang Dedi tampak senang ketika menemukan air terjun di area kaki Gunung Sanggabuana.
"Raja-raja dulu pikirannya cerdas-cerdas karena yang dilihatnya seperti ini (air terjun)," kata Kang Dedi sambil membasuh mukanya di air terjun itu, dilansir TribunJakarta.com dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Tempat Bertapa Prabu Siliwangi

Usai menikmati kesegaran air terjun, Kang Dedi kemudian duduk di sebuah batu besar yang disebutnya bekas tempat bertapa sosok Prabu Siliwangi.
"Prabu Siliwangi dulu disini bertapanya," kata Kang Dedi.
Kang Dedi kemudian menjelaskan mengenai Gunung Sanggabuana dalam sejarah Kerajaan Pajajaran.
Gunung Sanggabuana sendiri secara administratif berada di wilaya Karawang dan Kabupaten Bogor serta berbatasan dengan Purwakarta dan Cianjur.
"Dulu saya engga kepikiran kalau Kutamanah (Purwakarta) Kuta Tandingan (Karawang) itu benteng pertahanan Pajajaran.
Sekarang saya baru paham itu ada hubungannya.
Baca juga: Lagi Motoran di Kaki Gunung, Kang Dedi Spontan Jatuhkan Diri Saat Lihat Alat Berat Belah Bukit
Karena kan ternyata Pakuan Pajajaran itu di Bogor, istananya itu ya istana presiden itu.
Ternyata kan terkoneksi ke Loji (Karawang), Kutamanah, Kuta Tandingan masuk ke Parungbanteng, Bogor ke Taman Buah," beber Kang Dedi.
Salah satu pecinta alam yang ikut rombongan Kang Dedi kemudian menambahkan bahwa di sekitar Sanggabuana memang ada desa yang disebut dulunya tempat menaruh logistik dari sosok Adipati Singaperbangsa.
"Ada Desa Tipar dulu tempat logistik untuk Adipati Singaperbangsa.

Makanya yang bekas prajurit Singaperbangsa itu sering nongol di sini," ujarnya.
Prinsip Ketuhanan Masyarakat Sunda
Dalam kesempatan itu, masih duduk di batu bekas tempat bertapa Prabu Siliwangi, Kang Dedi menjelaskan tentang prinsip ketuhanan dari masyarakat Suku Sunda.
Awalnya Kang Dedi menjelaskan bahwa gunung adalah tempat yang dianggap sakral bagi masyarakat Sunda.
"Orang Sunda itu lambang ketuhannya itu gunung. Segitiga, sama kayak orang Jawa.
Tri Tangtu di Buana.
Baca juga: Dipepet Kang Dedi Saat Berkendara, Mama Muda Tolak Rp 2 Juta untuk Lakukan Ini: Uang Bisa Dicari
Prinsip ketuhanannya itu Papat Kalima Pancer menjadi satu kekuatan. Tanah, air, udara, matahari.
Sama di Bali juga sama, hitam, kuning, putih, merah," papar Kang Dedi.
Borong Petai yang Dipanen di Gunung Sanggabuana
Sebelumnya, saat berjalan di hutan kaki Gunung Sanggabuana, Kang Dedi sempat memborong petai yang sedang dipanen dua pemuda di sana.

Namun bukan tanpa alasan Kang Dedi memborong petai yang baru dipetik dari pohonnya itu.
Kang Dedi meminta petai itu diletakan lagi di sekitar pohonnya seusai memberikan uang kepada warga yang memanen itu.
Kang Dedi awalnya melihat ada dua sepeda motor terparkir tanpa diketahui pemiliknya.
"Wah ada ojol di sini," ujar mantan Bupati Purwakarta sembari tertawa seperti yang TribunJakarta.com dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Rabu (1/9/2021).
Setelah berjalan beberapa meter, Kang Dedi rupanya menemukan pemilik dua motor yang parkir itu.
Keduanya ialah pemuda yang sedang memanen petai di area hutan Gunung Sanggabuana.
Baca juga: Dedi Mulyadi Nyaris Tertabrak Mobil PLN, Sopirnya Langsung Dimarahi: Malu Pak Perusahaan Negara
Kang Dedi pun menanyakan asal usul pemilik pohon petai yang dipanen oleh kedua pemuda itu.
"Punya orang tua dulu," jawab si pemanen yang terlihat sedikit gelagapan.
Mengetahui bahwa petai itu makanan satwa kera yang ada di kaki Gunung Sanggabuana, Kang Dedi berinisiatif memborong petai yang baru dipanen itu.
Asalkan, petai itu diletakan kembali di dekat pohonnya agar bisa dimakan satwa yang ada di hutan.

"Ini ada 70 papan petai, satu papan harganya dijual Rp 2 ribu," ujar si pemanen petai.
"Berarti semuanya Rp 140 ribu kan.
Saya kasih Rp 1 juta tapi enggak boleh diambil lagi di sini," ujar Kang Dedi.
Kedua pemuda ini awalnya tak mau lantaran mereka mengaku hanya disuruh untuk memanen petai itu.
Setelah diberikan penjelasan bahwa petai itu merupakan makanan kera yang ada di sini dan agar para satwa itu tak menyerang ke permukiman, barulah kedua pemuda itu bersedia memberikan petainya.
"Ini kan buat dahar (makan) monyet," ujar Kang Dedi mencoba memberi penjelasan.