Pembelajaran Tatap Muka
Debby Kurniawan: Generasi Masa Depan Harus Dilindungi di Masa Pandemi
Generasi muda saat ini adalah calon penerima estafet pembangunan di masa depan. Tentu keselamatan mereka menjadi prioritas di masa pandemi saat ini.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Generasi muda saat ini adalah calon penerima estafet pembangunan di masa depan.
Tentu keselamatan mereka menjadi prioritas di masa pandemi saat ini.
Pesan tersebut disampaikan Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Demokrat Debby Kurniawan di Jakarta, Jumat (24/9/2021).
Dirinya menuturkan, di masa pandemi, pendidikan menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah.
Tak hanya melulu pembelajaran yang harus digenjot hanya untuk menjaga kualitas pendidikan.
Lalu kemudian tidak sedikit siswa yang terpapar Covid-19.
“Kompetensi sumber daya manusia (SDM) generasi muda itu penting, tetapi keselamatan lebih utama di masa pandemi Covid-19,” katanya.
Menurut Debby, peningkatan SDM tidak melulu dengan pembelajaran konvesional.
Baca juga: Kemendikbud Temukan 25 Klaster Covid-19 di Sekolah, Disdik DKI: Cuma 1, Sisanya Klaster Keluarga
Perubahan pesat di era digital saat ini harus menjadi bagian dalam sistem pendidikan nasional.
“Tidak harus dengan pembelajaran tatap muka (PTM), generasi muda saat ini lebih akrab dengan teknologi. Jadi skema pembelajarannya pun harus disesuaikan,” katanya.
Ia melihat penerapan PTM terbatas saat ini seolah tak terbatas.
Akibatnya muncul klaster pendidikan di beberapa wilayah di Indonesia.
“Sekali lagi, kami mendukung program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset, Teknologi untuk mewujudkan merdeka belajar. Tapi keselamatan generasi masa depan kita harus diprioritaskan. Mereka harus dilindungi di masa pandemi ini,” ujarnya.
Di tempat terpisah, Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito meminta pemerintah daerah untuk sigap menanggulangi munculnya klaster penularan virus di sekolah.
Setiap terdeteksi ada penyebaran virus di sekolah maka sekolah itu harus ditutup.
"Pemerintah harus berupaya keras memastikan setiap institusi pendidikan secara tanggap menutup kegiatan jika ditemukan kasus positif, melacak, maupun kembali merekstruksi mekanisme pembelajaran," ujarnya.
Menurut dia, pemerintah harus terus melakukan evaluasi terhadap setiap perkembangan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas.
Baca juga: Ada 25 Klaster Covid Baru Selama PTM di Jakarta, Dinas Kesehatan Buka Suara
Agar guru dan siswa terlindungi dari Covid-19.
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Kemendikbudristek Jumeri menyebut jumlah klaster Covid-19 paling banyak ada di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 581 sekolah, lalu di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 525 sekolah, dan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 241 sekolah.
Sementara di Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 170 sekolah, di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada 70 sekolah, dan di Sekolah Luar Biasa (SLB) ada sebanyak 13 sekolah. “Pelajar SD menjadi yang paling banyak terkena Covid-19 akibat PTM Terbatas yakni sebanyak 6.908 orang, dan 3.174 guru SD juga positif Covid-19,” katanya.
Di tingkat SMP terdapat 2.220 siswa dan 1.502 guru positif Covid-19, PAUD terdapat 953 siswa dan 2.007 positif Covid-19. Lalu, 1.915 guru dan 794 siswa SMA positif Covid-19, 609 siswa dan 1.594 guru SMK positif Covid-19, dan 131 siswa dan 112 guru SLB positif Covid-19.