Cerita Penambang Resmi yang Akui Uang Tambang itu Panas: Segala Rupa Datang Tak Terduga
Seorang pengusaha tambang pasir yang berizin resmi menyebut bahwa uang dari hasil usaha di sektor tambang itu ibaratnya uang panas.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang pengusaha tambang pasir yang berizin resmi menyebut bahwa uang dari hasil usaha di sektor tambang itu ibaratnya uang panas.
Sebab, apa yang diterimanya tak seindah yang dilihat orang banyak.
Banyak pengeluaran tak terduga yang harus dilakukannya bila usahanya mau tetap berjalan.
Hal itu diceritakan Iwan Santoso, yang merupakan pengusaha tambang pasir di Desa Jambelaer, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Padahal, izin tambang pasir yang dikelolanya ini resmi dan berizin.
Baca juga: Berstatus Anggota DPR tapi Tak Mau Tinggal di Jakarta, Ini Yang Buat Dedi Mulyadi Resep di Kampung
Papan izin itu terpampang di depan area proyek penambangan selyas 15 hektar itu.
Dalam setiap harinya, puluhan bahkan ratusan truk membeli pasir dari lokasi tambang ini seharga Rp 250 ribu per truknya.
Keberadaan tambang pasir resmi ini didatangi oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi yang memang memerlukan pasir untuk pembangunan di area rumahnya.

Kang Dedi pun menyetir sendiri truk yang akan mengangkut pasir itu.
Akan Direklamasi
Di lokasi penambangan pasir, terlihat masih cukup tinggi gundukan bukit pasir di area itu.
Para kuli angkut tengah bekerja mengangkuti pasir itu ke dalam truk yang mengantre meski ada juga alat berat yang dilibatkan.
Kang Dedi pun menanyakan apa yang akan dilakukan oleh pemilik tambang untuk menjaga lingkungan di saat usaha mereka sudah selesai.
"Yang tebing kalau udah gundul direklamasi jadi sawah," ujar Iwan Santoso seperti dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Rabu (29/9/2021).
Baca juga: Aksi Dedi Mulyadi Jadi Sopir Truk Pasir, Bingung Cara Buka Pintu dan Tutup Jendela: Mobil Butut
"Saya kan lagi lihat mana penambang yang sesuai aturan dan mana yang serampangan
Yang tak berizin pasti saya bubarin," kata Kang Dedi.
Mantan Bupati Purwakarta itu kemudian menanyakan berapa lama lagi potensi penambangan pasir di lokasi ini masih bisa dilakukan.
"10 tahun lagi ada," jawab Iwan Santoso selaku pemilik area penambangan resmi ini.

Kang Dedi pun kemudian mengingatkan pengusaha itu bahwa sejatinya uang dari bisnis tambang akan cepat habisnya tanpa jelas alurnya.
"Modalnya sekali beli tanah doang, kesananya tinggal peliharaan alat aja
Diambilnya setiap hari.
Tapi hati-hati di tambang, kadang-kadang ilangnya cepet," pesan Kang Dedi.
"Saya ngerti karena kadang-kadang pengeluarannya banyak yang aneh-aneh," lanjut anggota DPR RI itu.
Pengusaha tambang itu pun menyadari ucapan Kang Dedi dan dia pun mengakui bahwa bisnis di sektor tambang sama saja berada di lingkaran uang panas.
"Tuh, kata orang tambang tuh, duit tambang, duit panas," kata Kang Dedi saat mendengar pengakuan pengusaha tambang itu.
Baca juga: Cerita Dedi Mulyadi Minta Motor Saat SMA, Bukannya Dibelikan tapi Malah Digampar Orangtua
Kang Dedi kemudian menanyakan apa yang membuat sang pengusaha menyebut bahwa bisnis tambang adalah layaknya usaha di lingkaran uang panas.
"Yang beda apanya?," tanya Kang Dedi.
"Banyak tantangannya," jawab Iwan.
"Pengeluarannya yang tidak diduga juga banyak," sambung dia.

"Segala rupa datang," timpal Kang Dedi.
Dedi Mulyadi Dianggap Preman Lokal
Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi tak terima dirinya dianggap preman lokal.
Hal itu dikatakan Kang Dedi kepada pengusaha cut and fill yang lakukan penjualan tanah ilegal di sebuah proyek perumahana di Purwakarta, Jawa Barat.
Pasalnya, pengusaha itu mengajak makan malam anggota DPR itu saat ditegur untuk menghentikan usahanya karena tak berizin.
Kang Dedi pun menolak tawaran itu dan menyelesaikan langsung permasalahan ini di lapangan.
Baca juga: Muncul Kerajaan Angling Dharma, Dedi Mulyadi Tak Kaget: Karena Cerita Raja Memang Selalu Menarik
Hal itu bermula ketika di saat sedang blusukan, Kang Dedi melihatv ada banyak truk mengangkut tanah di area proyek perumahan yang belum juga dibangun.
Di hari pertama kedatangan Kang Dedi ke proyek itu, dia hanya berkomunikasi melalui telepon dengan sang pengusaha yang melakukan penjualan tanah berkedok cut and fill.
Keesokan harinya barulah mereka bertemu dengan turut dihadiri pejebat setempat yang berwenang dan pihak developer perumahan.

Di sanalah, Kang Dedi menjelaskan alasan dirinya menolak ajakan makan malam sang pengusaha.
"Bapak saya minta ketemu malam ini, ketemu dulu diluar bapak," ujar Kang Dedi menirukan ucapan pengusaha itu kala keduanya bertemu, seperti dilansir dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (24/9/2021).
"Emangnya saya preman lokal sini," sambung Kang Dedi dengan gaya bicaranya yang disertai senyum dan tawa.
Kang Dedi menegaskan dirinya sama sekali tak ada kepentingan apapun.
Dia hanya ingin pengusaha itu melakukan pekerjaanya sesuai regulasi yang ada untuk menjaga alam.
"Gausah begitu bapak (ngajak makan malam).
Bapak gausah banyak duit keluar, usaha bapak harus baik, enggak banyak cost keluar," pesan Kang Dedi kepada pengusaha itu.