Cerita Warga NTT Setelah 47 Tahun Barulah Mau Dekat dengan Air, Sejak Kecil Selalu Alami Kekeringan

Cerita datang dari seorang warga asal Dusun 3 Oehendak Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akhirnya mau dekat dengan air.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Youtube TNI AD
Efraim Sabu, warga Dusun 3 Oehendak Kupang, NTT yang selama 47 tahun berlalu mengaku dirinya akhirnya mau dekat dengan air. 

Dari air itu mereka bisa bertani, beternak," kata Maruli.

Kondisi kekeringan krisis air yang terjadi di NTT.
Kondisi kekeringan krisis air yang terjadi di NTT. (Youtube TNI AD)

Cerita Putra NTT Nyaris Masuk Akabri karena Sering Angkut Air

Kolonel CPL Simon P.K. yang kini menjabat sebagai Aslog Kasdam IX/Udayana mengatakan dirinya sampai nyaris gagal masuk Akabri lamtaran sejak kecil setiap harinya disuruh memikul air bersih.

"Saya sejak lulus SD masuk SMP sudah harus angkut air.

Saya anak guru, tapi enggak ada alasan," tutur Simon menceritakan masa kecilnya.

Diketahui, krisis air bersih memang menjadi masalah yang terjadi di NTT sejak lama.

"NTT itu dari saya kecil sudah terkenal keringnya.

Saya gatau keringnya menjadi tantangan apa menjadi jualan," kata dia.

Baca juga: Kisah TNI Penjaga Ujung Selatan NKRI: Tak Hanya Fokus Warga dan Wisata, tapi Juga Pertahanan Negara

Simon pun menceritakan masa kecilnya yang harus penuh perjuangan mengangkuti air dari mata air untuk disimpan di rumahnya.

Menggunakan pikulan dari bambu, ujar Simon, semasa kecilnya tiap hari dia harus memikul puluhan liter air menuju rumahnya dengan kondisi jalan yang menanjak.

Kata dia, mengambil air sudah menjadi kewajiban anak-anak di desanya kala itu.

"Kalau mengingat masa kecil saya memang malu, benar-benar sengsara saya," tuturnya.

Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT.
Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT. (Youtube TNI AD)

Bahkan, lantaran masalah air yang menjadi masalah di NTT membuat Simon menyebut dirinya sampai nyaris gagal masuk Akabri.

Hal itu karena kondisi tinggi badannya yang berada di ambang batas terendah untuk menjadi seorang taruna Akabri.

"Waktu mau masuk Akabri saya diukur ulang karena tinggi pas-pasan.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved