Cerita Warga NTT Setelah 47 Tahun Barulah Mau Dekat dengan Air, Sejak Kecil Selalu Alami Kekeringan

Cerita datang dari seorang warga asal Dusun 3 Oehendak Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akhirnya mau dekat dengan air.

Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Yogi Jakarta
Youtube TNI AD
Efraim Sabu, warga Dusun 3 Oehendak Kupang, NTT yang selama 47 tahun berlalu mengaku dirinya akhirnya mau dekat dengan air. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Cerita datang dari seorang warga asal Dusun 3 Oehendak Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang akhirnya mau dekat dengan air.

Bukan tanpa alasan bahwa warga bernama Efraim Sabun sejak dia kecil, tepatnya di tahun 1974 dirinya selalu merasa khawatir dengan air.

Pasalnya, sejak dia kecil, daerah tempa tinggalnya selalu mengalami masalah kekeringan.

Namun setelah 47 tahun berlalu, Efraim, akhirnya mau dekat dengan air.

Hal itu setelah daerah tempat tinggalnya dipasangi mesin hidram oleh TNI AD untuk menghasilkan sumber air bersih.

Baca juga: Cerita Putra Asli NTT Nyaris Gagal Masuk Akabri Gara-gara Sering Angkut Air Sejak Kecil

"Selama ini dari tahun 74 mungkin baru ini saya mau dekat dengan air," kata Efraim dengan wajah penuh haru seperti dilansir dari Youtube TNI AD, Minggu (3/10/2021).

"Saya ngomong dengan sedih karena selama ini sejak kecil saya selalu jauh dengan air

Baru tahun 2021 ini saya mau dekat dengan air karena air kebutuhan yang paling penting buat sehari-hari," lanjut dia.

Warga membantu prajurit TNI dalam pemasangan mesin pompa hidram untuk mengatasi masalah kekeringan di NTT.
Warga membantu prajurit TNI dalam pemasangan mesin pompa hidram untuk mengatasi masalah kekeringan di NTT. (Youtube TNI AD)

Sementara itu, Aslog Kasdam IX/Udayana Kolonel CPL Simon P.K punya pandangannya tersendiri soal kondisi krisis air yang terjadi di NTT.

"Saya jelaskan kepada siapapun NTT itu sebenarnya bukan karena air ga ada tapi posisi air.

(solusinya) penerapan berbagai teknologi salah satunya hidram," ujar dia yang juga dikutip dari Youtube TNI AD.

Dengan bahu membahu bersama warga, jajaran TNI AD dari Korem 161/Wira Sakti memasang pompa hidram untuk menghadirkan sumber air bersih bagi warga di NTT.

Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Maruli Simanjuntak menuturkan pihaknya memang menargetkan untuk memasang ratusan pomda hidram guna mengatasi masalah kekeringan di NTT.

Baca juga: Cerita TNI Penjaga Pulau Terluar NKRI: Kerap Terkendala Logistik, Harus Memanah Ikan untuk Makan

"Salah satu pemecahan masalah kemiskinan adalah air.

Dari air jadi sehat, sanitasi.

Dari air itu mereka bisa bertani, beternak," kata Maruli.

Kondisi kekeringan krisis air yang terjadi di NTT.
Kondisi kekeringan krisis air yang terjadi di NTT. (Youtube TNI AD)

Cerita Putra NTT Nyaris Masuk Akabri karena Sering Angkut Air

Kolonel CPL Simon P.K. yang kini menjabat sebagai Aslog Kasdam IX/Udayana mengatakan dirinya sampai nyaris gagal masuk Akabri lamtaran sejak kecil setiap harinya disuruh memikul air bersih.

"Saya sejak lulus SD masuk SMP sudah harus angkut air.

Saya anak guru, tapi enggak ada alasan," tutur Simon menceritakan masa kecilnya.

Diketahui, krisis air bersih memang menjadi masalah yang terjadi di NTT sejak lama.

"NTT itu dari saya kecil sudah terkenal keringnya.

Saya gatau keringnya menjadi tantangan apa menjadi jualan," kata dia.

Baca juga: Kisah TNI Penjaga Ujung Selatan NKRI: Tak Hanya Fokus Warga dan Wisata, tapi Juga Pertahanan Negara

Simon pun menceritakan masa kecilnya yang harus penuh perjuangan mengangkuti air dari mata air untuk disimpan di rumahnya.

Menggunakan pikulan dari bambu, ujar Simon, semasa kecilnya tiap hari dia harus memikul puluhan liter air menuju rumahnya dengan kondisi jalan yang menanjak.

Kata dia, mengambil air sudah menjadi kewajiban anak-anak di desanya kala itu.

"Kalau mengingat masa kecil saya memang malu, benar-benar sengsara saya," tuturnya.

Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT.
Kolonel CPL Simon P.K. menceritakan masa mudanya yang nyaris gagal masuk Akabri karena masalah air di NTT. (Youtube TNI AD)

Bahkan, lantaran masalah air yang menjadi masalah di NTT membuat Simon menyebut dirinya sampai nyaris gagal masuk Akabri.

Hal itu karena kondisi tinggi badannya yang berada di ambang batas terendah untuk menjadi seorang taruna Akabri.

"Waktu mau masuk Akabri saya diukur ulang karena tinggi pas-pasan.

Waktu itu 160 (cm) batasnya, saya diisuruh ukur ulang.

Saya ingat ini gara-gara pikul air ini, saya yakin makanya saya tingginya pas-pasan

Saya gausah gambarkan susahnya saya masalah air, hampir gabisa lulus Akabri," bebernya.

Baca juga: Antara Keluarga & Tugas Negara, Praka Ruben Dampingi Istri Melahirkan Saat Baru Tugas di Perbatasan

Sebagai putra asli NTT, Simon pun tak mau daerahnya terhambat menghadapi kemajuan hanya karena masalah air.

"Saya sebagai putra NTT gamau NTT tetap miskin hanya karena kering," tegasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved