Wisata ke Kota Tua: Melihat Secara Langsung Kamar Pangeran Diponegoro saat Ditahan di Batavia

Museum Sejarah Jakarta juga menjadi salah satu saksi bisu dari perkembangan Kota Jakarta di masa lampau.

Penulis: Pebby Ade Liana | Editor: Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM/PEBBY ADHE LIANA
Kamar Diponegoro, yang terletak di lantai dua Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua. 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Museum Sejarah Jakarta atau banyak dikenal dengan nama Museum Fatahillah menjadi salah satu destinasi yang seolah wajib dikunjungi kala berwisata ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat.

Tak hanya menyimpan banyak benda-benda bersejarah, Museum Sejarah Jakarta juga menjadi salah satu saksi bisu dari perkembangan Kota Jakarta di masa lampau.

Dalam sejarahnya, bangunan bergaya arsitektur Neoklasik ini dahulu merupakan bekas Kantor Balai Kota Batavia jauh sebelum diresmikan sebagai museum oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1974.

Sebuah ranjang kayu berkelambu tempo dulu berada di sudut sebuah ruangan dalam Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua.

Tepat di sebelahnya, terdapat payung-payung berwarna emas khas kerajaan, meja kursi, serta sebuah kandang burung yang tampak terbuat seperti dari kayu.

Baca juga: Wisata Kota Tua Mulai Bergeliat di Tengah Pandemi: Menziarahi Pahlawan Hingga Menengok Sumur Tertua

Konon, ruangan ini dahulu merupakan ruangan kamar yang digunakan Pangeran Diponegoro kala ditahan di Balai Kota Batavia.

"Dia tidak dipenjara di bawah tanah. Tapi ada (ditahan) di ruangan, karena beliau adalah seorang pangeran. Ini ruangan, gambaran bahwa dulu Pangeran Diponegoro itu ditahannya di ruangan khusus seperti ini," kata Kordinator Pemandu Wisata Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta, Amat Kusaini Al Alexs, baru-baru ini.

Suasana Kamar Diponegoro dan Pameran Jakarta Kota Kosmopolitan di Museum Sejarah Jakarta.
Suasana Kamar Diponegoro dan Pameran Jakarta Kota Kosmopolitan di Museum Sejarah Jakarta. (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Kamar Diponegoro, terletak di lantai dua Museum Sejarah Jakarta.

Tepat di bawah kamar ini, merupakan penjara wanita dimana salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Cut Nyak Dhien, pernah ditahan pada 1902.

Sementara lebih ke bawah lagi, adalah ruang bawah tanah dimana narapidana berstatus rendah seperti penasihat agama Diponegoro, Kiai Mojo dan 62 pengikutnya dipenjara pada Januari 1829 sampai Februari 1830, juga Untung Surapati yang ditahan pada 1680 hingga 1681.

Baca juga: Kabar Bahagia, Masyarakat Bisa Berolahraga di Kawasan Kota Tua, Satpol PP Beri Penjagaan Ketat

Menurut informasi, Kamar Diponegoro ini merupakan ruangan yang digunakan oleh Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro selama ditahan di Balai Kota Batavia selama 26 hari pada tahun 1830.

Awal mulanya kamar tersebut merupakan kamar pribadi kepala bui Kota Batavia. Namun wajib dikosongkan jika ada tahanan politik berstatus tinggi seperti Diponegoro saat ditahan di sana.

Pangeran Diponegoro, ditahan di Balai Kota Batavia sejak 8 April hingga 3 Mei pada 1830. 

Selama penahanan tersebut, Diponegoro menulis dua surat kepada keluarga dekatnya, yakni Ibunda dan anak laki-laki tertua.

Koleksi di Kamar Diponegoro yang ada di ?Museum Sejarah Jakarta.
Koleksi di Kamar Diponegoro yang ada di ?Museum Sejarah Jakarta. (TRIBUNJAKARTA.COM/ELGA HIKARI PUTRA)
Halaman
12
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved